Bab. 25 Gozel Library

34 2 0
                                    

“Apakah kita bisa terbang?” tanya Luusi. Pemandangan luar biasa membuatnya sulit berkedip. Wilayah ini seperti pulau mengapung, satu tempat ke tempat lain dipisahkan oleh perairan. Ternyata Mur Gate merupakan tebing, sehingga dari atas sini ia bisa melihat deretan pulau yang menyempurkan Wizard Kingdom.

Para pegunjung berjalan melintasi sebuah jembatan raksasa menuju pulau lain, sedangkan penyihir menggunakan sapu terbang. Tim tidak langsung beranjak, mereka masih menikmati keelokan ranah ini. Ketika Amara mengajak tim berjalan menuju jembatan, seekor hewan besar melintas. Tatapan mereka berfokus pada hewan hijau itu sampai tidak sadar bahwa salah satu dari tim melangkah ke ujung tebing.

“Luusi!” pekik tim terkejut.

Sejarah tidak pernah mencatat, bahwa Ras Manusia memiliki dua pasang sayap. Sekalipun mendapat berkah seorang roh. Terbang di langit seperti burung merupakan keinginan Luusi, ia senang bisa merasakannya sejak memasuki Kalzar Academy. Namun, kali ini ia merasakannya lagi. Terjun dari atas tebing menuju dasar perairan. Rasanya begitu mengerikan, seolah nyawa tengah diangkat secara paksa menuju alam lain. Seluruh wajah Luusi sudah pucat pasi saat tubuhnya melayang di udara. Elias, jika diriku mati saat ini … jangan menangis, ya. Wajahmu jelek saat cairan hijau mengalir dari kedua hidungmu.

Katrine segera mengembangkan sayapnya, ia terbang menukik menuju Luusi. Kecepatan terbangnya sudah mencapai batas. Ia berusaha untuk mencapai tangan gadis itu, tetapi tidak terjangkau. Ketika Katrine sudah tidak kuat terbang cepat, seekor naga melewatinya begitu saja. Ia tersentak. “Apa itu?”

Luusi memejam saat merasakan tubuhnya makin terasa lemas. Entah berapa lama lagi, kulitnya menyentuh air. Ketika ia pasrah, keajaiban datang menyelamatkan. Luusi membuka mata, jantungnya berdetak cepat kala seekor hewan raksasa menolongnya. “K-kau! Hei! Turunkan diriku!”

Bodoh! Kau sudah diselamatkan harusnya berterima kasih. Elias mencibir Luusi. Sedangkan, gadis itu menggerutu karena rohnya kini mulai bersikap menyebalkan.  

“Amara! Hewan apa itu?” Valindra mengguncangkan tubuh si penyihir. Saat Katrine tidak berhasil meraih tubuh Luusi, ia ingin menangis saat itu juga. “Hei! Amara!”

Amara mengerjap sekaligus terkejut. “Astaga! Beruntung sekali Luusi menaiki Morqi!” pekiknya. “Ayo, kita susul Luusi sebelum hewan itu membawanya terbang jauh!”

Tentu saja tim dan Mr. Jackson dibuat panik atas penuturan Amara. Mereka berlari menuju jembatan raksasa, lalu menyalip pejalan lain agar sampai di Flying Vehicle. Katrine terbang mengikuti tim. Sesampainya di Flying Vehicle, Amara segera menyewa kendaraan berupa FlowerWings. Tempat ini padat oleh pegunjung karena dikhususkan untuk menitip, membeli, atau menyewa alat transportasi.

“Teman-teman, kita butuh uang sebesar dua keping emas untuk menyewa satu alat transportasi. Bagaimana? Kalian setuju?” tanya Amara berdiskusi setelah menargetkan sebuah FlowerWings.

Katrine menggangguk diikuti tim. Mereka segera mengumpulkan dua keping emas sesuai harga, masing-masing menyerahkan satu keping perak, kecuali Katrine. Gadis Fallen Angel ini memberikan dua keping perak sebagai ganti uang Luusi. Setelah terkumpul Amara segera menyewa alat transportasi, sedangkan Mr. Jackson menggunakan kendaraannya.

FlowerWings, berbentuk seperti kelopak bunga raksasa. Benda ini mampu menampung sekitar empat sampai lima orang. Para Wizard menggunakan sihir agar FlowerWings dapat bergerak dan terbang. Amara akan mengendalikan benda ini menuju Morqi, hewan khas Wizard Kingdom.

“Tunggu, kau sebagai pengemudi?” tebak Valindra saat Amara menaiki FlowerWings lebih dulu.

Amara menggangguk. “Tentu saja.” Keningnya mengernyit, memahami pertanyaan Luusi. “Kalian ini mencoba mengendarainya?”

Sontak tim menggeleng. Tim menaiki FlowerWings, ternyata kendaraan ini cukup kokoh untuk dipijaki. Ketika semua sudah naik, kelopak benda ini menutup, sehingga tim bisa berpengangan pada kelopaknya. Amara menggunakan sihir mulai mengendarai FlowerWings dengan kecepatan sedang.

Tim tidak bisa menikmati indahnya wilayah ini sebelum menemukan Luusi. Entah ke mana Morqi membawa gadis berambut biru itu pergi. Mr. Jackson mencoba menghubungi Luusi, tetapi agak kesulitan karena ia juga tengah mengendarai. Sekitar satu menit berlalu, cip Mr. Jackson tersambung dengan cip Luusi.

“Mr. Jackson! Tolong!” pekik Luusi merinding.

“Kau di mana?”

Luusi menggeleng. Ia tidak tahu di mana sekarang, hewan besar ini membawanya berkeliling Wizard Kingdom. Terkadang pengunjung menatap Luusi heran karena berteriak. Ia senang bisa mengunjungi wilayah ini, tetapi tidak seperti ini caranya! “Kukira … sebuah kota?”

Di sisi lain Mr. Jackson mengernyit, Luusi bilang berada di sebuah kota. Ia tebak muridnya itu dibawa menuju Caldenia City. “Kalian! Ikutiku!”

Tim mengikuti Mr. Jackson. Valindra dan Katrine jelas tidak mengetahui ke arah mana sang guru membawa mereka, sedangkan Amara mengerti tempat tujuan Morqi membawa Luusi. Setelah mengudara selama sepuluh menit, tim bisa melihat kota utama wilayah ini dari ketinggian. Amara segera mengarahkan FlowerWings agar terbang lebih rendah.

Mr. Jackson kembali menghubungi Luusi, tetapi gadis itu tidak menjawab panggilannya. Ia berbalik, kemudian menepuk pundak Amara. “Kira-kira ke mana hewan itu pergi? Kau memiliki peliharaan Morqi, kan?”

Luusi menahan napas saat hewan besar ini menurunkannya di tempat asing. Pegunjung lain memang tidak terganggu akan kedatangan Luusi yang cukup mencolok. Sepanjang hewan ini membawanya terbang, Luusi menyimpulkan satu hal. Wizard Kingdom memiliki alat transportasi berbentuk seperti bunga, sepeda, dan lain sebagainya. Namun, semua alat transportasi ini dapat terbang sesuai keinginan.  “Hei, beritahu diriku. Kau menurunkanku di mana? Apa nama tempat ini?”

Hewan besar berwarna hijau ini menatap Luusi polos. Mata bulat keemasan itu membuat Luusi gemas. Bagaimana bisa hewan selucu ini membawanya pergi? Sekarang Luusi benar-benar merasa bodoh telah berbicara pada seekor hewan. Ia pun duduk di bangku sembari memperhatikan sekeliling. Luusi baru sadar kalau tempat ia berpijak saat ini sungguh indah dan memiliki udara menyegarkan.

“Kita berada di Caldenia City.”

Luusi terkesiap, hewan hijau itu berbicara padanya. “K-kau … bisa bicara?”

“Tentu saja!” Hewan besar ini memperkecil diri, kemudian duduk di pangkuan Luusi. “Namaku adalah Hio, berasal dari Ras Morqi. Kau sendiri?"

Iris ruby itu berkedip beberapa kali mencoba menyadarkan diri bahwa dunia ini memiliki kejaiban. “Kau bisa memanggilku Luusi. Ras Manusia.” Ia membalas jabat tangan Hio. “Jadi, bisa kau jelaskan … Ras Morqi itu apa?”

“Ras Morqi merupakan penjaga wilayah ini sebelum kedatangan bangsa Wizard. Leluhur kami membuat perjanjian. Ras Wizard dapat tinggal di sini dengan satu syarat, yaitu menjaga ranah ini apapun keadannya. Sedangkan, Ras Morqi akan melindungi para Wizard.” Morqi memejam. “Sebuah perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak. Barulah para Wizard merubah nama wilayah ini menjadi Wizard Kingdom. Ada pertanyaan?”

Luusi mengangguk paham.  Ia mengusap kepala hijau Hio, tak lama terdengar suara dengkuran dari hewan ini. “Ah, kau sudah tidur rupanya.” Luusi mengembuskan napas lelah. “Hio … tahu tidak perpustakaan ini wilayah ini? Diriku harus pergi ke sana untuk mencari informasi.”

Tidak ada jawaban dari Hio, Luusi mendengkus sebal. Tahu begitu ia akan memaksa Hio untuk memberitahunya perpustakan di wilayah ini. Kini, ia benar-benar tersesat.

“Berjalanlah menuju utara. Kau akan menemukan perpustakaan terbesar nanti.”

Luusi kembali terkesiap. Hewan ini meski tengah tertidur, masih bisa menjawab pertanyaannya. “Baiklah! Kita buktikan perkataanmu, Hio!” Ia segera bangkit sembari menggendong Hio menuju utara. Beberapa pasang mata menatapnya aneh karena membawa Ras Morqi dalam gendongan. Namun, Luusi tidak peduli, selagi tujuannya tercapai ia tak akan menyerah begitu saja!

Lama berjalan, akhirnya Luusi menemukan sebuah perpustakaan. Tempat ini sangat besar dan mewah, matanya tidak berkedip beberapa detik hanya untuk mengagumi Gozel Library, nama perpustakaan besar ini. Ketika Luusi ingin masuk ke dalam, suara asing membuatnya menoleh.

“Luusi! Akhirnya kami menemukanmu!”

Baguslah. Kalian bisa menemukanku.

🥀🥀🥀

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang