Bersurih

199 66 52
                                        

"Kamu sama si Sis sis itu aja, beneran aku gak papa Je."

"Aku sama dia cuma adek-kakak doang Na."

Tawanya meledak, Naya menatapnya dengan remeh. Setelah ketahuan saling bertukar panggilan manis di pesan dan ketahuan diam-diam bertemu. Hah, apalagi? Sismita menangis dipelukan seorang Jeansyah?

Oke, kalau sebuah pelukan mungkin kalian akan berkilah 'cuma adik-kakak'. Tapi Naya tahu pasti, pacarnya itu membelikan album boygrup dengan versi yang berbeda dan memesankan suit room untuk merayakan ulang tahun adik kesayangannya itu.

Nayaka, anak itu mana pernah meminta. Dia tahu diri dan tak mau membebani seorang Jean, bahkan untuk segelas es teh kantin sekolah pun mereka terbiasa membayar sendiri.

Tolong diingat. Jean anak tunggal.

A N A K    T U N G G A L.

Adik-kakak? Alibi Je! Konyol sekali.
Katak bertelur juga tahu kalau itu hanya akal bulus buaya.

2 minggu lalu, ia juga memergoki dengan mata kepalanya sendiri dua sejoli itu berciuman di Mal. Gila.

Kalau kalian tanya kenapa selama ini Naya diam saja. Kalian pasti mengerti betapa lelahnya Naya ketika dihampir setiap hari mereka berdebat, bahkan untuk masalah sepele.
Menambah topik masalah untuk berdebat bukan sesuatu yang cukup pantas untuk dibanggakan. Kalau bisa masalah itu diredam, kenapa harus dibesar-besarkan sedang masalah kecil saja bisa jadi bumerang.

"Je, ko gak percayaan banget sih? Aku beneran gak papa. Mau kamu selingkuh sama Sis sis itu atau adek-kakak doang, i'm fine Je."

"Aku gak mau putus Na."

"Terus apa? Kalo disuruh milih, kamu juga gak bisa kan?"

"Kamu mau apa? Aku bakal lakuin apapun. Tapi tolong Na, kasih aku kesempatan.. kasih aku waktu buat beresin ini semua."

"Beresin apa? Perasaan kamu ke dia?"

"Kita saling butuh Na, dan aku cuma dianggep kakak doang. Gak lebih."

"Tck, one sided love gitu? Kamu kejar dia aja. Peranku cukup Je buat ngisi waktu luangmu."

"Nana. Stop! Kalo kamu minta putus, gak bakalan."

"Lawak banget sih. Gak usah bentak bisa? Disini kita sama-sama salah, dan aku juga berhak marah. Emang kamu gak cape sama hubungan kita? Jujur aja, kamu juga capek kan makanya cari pelarian."

Jean terdiam, mengeram pelan. Tangannya mengacak-acak rambutnya dengan kasar, frustasi.

Memang faktanya begitu kan? Tapi kalau disuruh memilih antara Naya atau Sismita, tetap saja ia tak bisa. Mereka sama-sama mengisi posisi masing-masing di hidup Jean, di hatinya juga.

Naya mati rasa, hingga pada titik ia menatap Jean dari kejauhan memeluk Sismita; ia sungguh baik-baik saja. Entah perasaannya yang sudah telah lama kuyu, atau memang sudah terlalu sakit berjalan pada rel terjalnya dengan Jean. Gadis itu hanya tersenyum gamang.

Baginya ini sangat lucu. Mereka tahu sudah sama-sama lelah, tapi enggan untuk benar-benar berpisah.

"Iyaa.. aku tau aku salah banget. Tapi tolong Na, kasih satu kesempatan.."

IRIDESCENT [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang