Yang lalu

68 17 4
                                    

"Itu Bela bukan sih?"

Gibran menunjuk dengan dagunya, pada kafe pojok lantai dasar Mal, di Sabtu malam itu.
Ada Bela, pacar Jean yang seminggu lalu diributkan oleh Haekal, berebut panggilan telepon. Gadis itu dengan santai menikmati makan malamnya dengan Fredi, anak jurusan sebelah.

"Asu."

Tentu saja mulutnya sangat ringan mengumpat dengan raut mukanya masam. Baru beberapa jam lalu tiba-tiba Bela membatalkan janji temu malam minggu yang diagendakan Jean, padahal seharusnya sekarang mereka tengah berbagi gejolak asmara di bioskop yang minim cahaya. Membangun chemistry dalam perasaan magis, menjadikan mereka semakin erat dan meletupkan perasaan seperti pasangan lain.

Jadi ini yang disebut Bela dengan sibuk? Sibuk berduaan dengan cowok lain.

Jean yang merasa diduakan mendecak tak santai sedang Gibran menahan tawa. Lucu.
Jean si playboy ternyata jadi pelarian seorang Bela.

Rendika menatap miris Jean yang mulai sibuk merogoh koceknya—tak peduli. untung saja Haekal malam ini terlambat datang. Kalau tidak, bisa heboh kejadian kali ini. Jadi bahan olokan baru Haekal. Pamor Jeansyah sepertinya mulai luntur melihat bagaimana rekor bertahannya kali ini ditukas paksa Bela.

"Ganti pangkat aja deh Je, jadi sadboy." Gibran tak kuasa menahan semirik dan terkikik geli.

"Yang gak laku diem aja. Lu gak di ajak."

Sontak saja Gibran bersungut. Di antara teman-temannya, Gibran lah yang paling tidak punya progres masalah percintaan. Motto hidupnya kan 'jomblo sampai halal'. Halah, jangan percaya. Sebenarnya itu kan hanya alibi. Gibran hanya malas memperumit masalah perasaan dengan pertemanannya.

"Mau nyamper?" tawar Rendika, masih mengamati Jean dan Bela bergantian.

"Gak, males." 

"Idih, gini banget yang punya stok cewek segudang." nyinyir Gibran.

"Udahlah muter aja, sekalian cari awewe kali aja nyangkut satu." finalnya, baru saja berbalik badan. Keplakan panas pada belakang kepalanya membuat ia berbalik dengan mata membola sempurna—tak habis pikir.

Rendika menatapnya dengan tenang walaupun dalam hati sedikit kesal sebenarnya. Sekalian ingin memastikan juga, siapa tahu di dalam sudah tidak ada isinya.

"Cepet tobat, Je. Inget azab mantan dzolim matinya gak ditahlilin, tapi diajak party sikok bagi duo."

"Bicid! Gue yang solimi di sini njeng." sungut Jean. Kesal bukan main, teman-temannya tak pernah jadi support system yang baik untuk masalah percintaannya.

"Lama banget, Kal." seru Gibran menyambut kedatangan Haekal yang lumayan ngaret. Membuat Jean dan Rendika menyudahi acara mereka.

"Dompet gue ketinggalan." jawab Haekal dengan tenang, jelas ini bukan hal lazim jika mendadak Haekal sangat tenang. Ada sesuatu yang hanya bisa ditangkap oleh Gibran, menduga-duga hal apa kali ini yang membuat pemuda itu berbeda dari biasanya. 

Tak ingin berlama-lama, mereka memutar arah dengan tujuan lantai atas sambil menikmati hiruk pikuk lantai dasar Mal yang tengah ramai, ada festival band lokal.
Jean berbalik memastikan matanya tidak salah. Di antara banyaknya manusia di kerumunan festival malam itu ada sosok Nana yang berlari melewatinya dengan tergesa-gesa.

IRIDESCENT [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang