Cinta, katanya.

376 133 88
                                    

People say we're so weird

I just like you so much
You know it so well and control me
So do I

We're in a very weird and strange relationship
We crush each other
And hug each other

"Jangan posesip amat napa Je? gue ngeri liatnya."

"Lu mana ngerti, Kal. Perasaan gue udah dalem banget sama Nana."

"Se-ngenesnya gue ya. Tapi gue ngerti mana yang bucin mana yang mendekati psikopat. Cinta sama gila beda tipis, Je."

∞ ᴥ ∞

Siang itu Jean membawa Nayaka ke rumahnya seperti biasa, seolah pasangan itu baik-baik saja. Padahal dalam perjalanan mereka sengit beradu pendirian. Naya keukeh minta di antar pulang, sedang Jean juga kolot membawa Naya ke rumahnya (re: Jean). Membuat suasana hati mereka berantakan.

Nana, begitu Jean memanggilnya.
Gadis itu menatap punggung Jean kesal setengah mampus, pacarnya kini tengah melajukan motornya berkecepatan tinggi, sedang Jean menutup kaca helmnya dengan kasar mengakhiri perdebatan sepanjang jalan itu. 
Naya bisa merasakan amarah yang sama dari balik punggung Jean.

Sinting.

Hanya kata itu yang mampu ia pikirkan saat ini. Dalam hati tak henti merapal doa semoga ia sampai di rumah dengan keadaan utuh dan selamat. Naya masih muda dan tidak ingin mati konyol. Amit-amit, siapa tahu besok ada berita kecelakaan lalu-lintas karena mereka berantem dijalan. Kan gak lucu.

Jean berdalih Mamanya ingin bertemu Naya, meskipun tentu saja itu hanya akal-akalan Jean. Memaksanya mau tidak mau harus turun ketika Honda CBR yang mereka kendarai terparkir sempurna digarasi rumah bercat abu itu.

Padahal maksud Jean membawanya ke rumah untuk menenangkan isi kepala sambil membicarakan masalah sepele.
Iya, sepele. Naya hanya meminta waktu Me Time untuk malam ini. Bukan sesuatu yang harusnya jadi masalah serius, sebab hampir setiap hari mereka bertemu di sekolah, kemana-mana berdua.

"Eh? Tumben ke rumah Na?" pertanyaan tadi seolah menegaskan bahwa alasan Jean membawa ke rumah bukan karena Mamanya ingin bertemu.

"Iya Ma. Kata Jean mama kangen aku, hehe."

Naya berjalan mendekat dihujani cium dan pelukan hangat. Beliau masih sama hangatnya seperti terakhir kali Naya kesini.

"Iya dong, Mama kangen banget, tau. Kamu kenapa jarang kesini? nanti bilang dulu sama mama ya kalo mau main, biar mama bikinin cupcake kesukaanmu."

"Ko jadi repot sih, Ma.. kan cuma main." saat ini ia sedang meredam kegundahannya. Hatinya menghangat sesaat menatap wanita itu, gurat tua jelas nampak di wajah ayunya.

Sedang Jean dengan tegas melengos menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Nanti makan dulu ya sebelum pulang, Mama mau ke rumah laundry-an dulu."

Naya mengangguk dan tersenyum "Aku nyusul Jean ya, Ma." Ucapnya di sambut anggukan cepat dari Mama Jean.

Jean sudah berganti kaus hitam bermotif rock, matanya tersirat amarah yang ditahan sepanjang jalan. Pikirannya siap bermanuver memuntahkan pertanyaan demi pertanyaan kolot yang sudah ribuan kali dilontarkannya ke Naya setiap kali beradu mulut.

Dan benar saja, baru melewati daun pintu Naya sudah dicecar habis-habisan.

"Kamu suka banget ngilang kenapa sih? Aku tu gak suka ya kalo kamu gak ngasih kabar. Kamu kan udah tau aku paling benci gak dikabarin. Segitunya gak mau aku hubungin?"

IRIDESCENT [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang