Terbalaskan

613 38 2
                                    

Aku menggenggam tangan gana dan menatap nya dengan tatapan sendu. Aku ngga terima kalo gana menganggap dirinya ngga normal. Kalo dia menganggap dirinya ngga normal dengan alasan mencintai sesama jenis otomatis aku juga ngga normal dong? Karna aku juga mencintai gana.

"akhirnya perasaan gue selama ini terbalaskan dan lo akhirnya peka juga" ucapku tersenyum tulus

"aku juga tau sebenarnya kamu juga memiliki perasaan yang sama kaya aku. Hanya saja kamu menunggu aku duluan yang ngungkapin, bukankah begitu nona vania argana?" ucap gana menggoda ku di akhir kalimat nya

Aku pun langsung menutup mata gana menggunakan tangan ku, aku ngga mau dia ngliat wajah merah aku yang seperti kepiting rebus. Di tambah lagi aku sungguh sangat tidak kuat jika harus menatap mata tajam miliknya yang membuat siapa saja yang melihatnya akan terjatuh kedalam pesonanya termasuk nya aku vania larissa riquelme richard.

"nama aku vania larissa ya bukan vania argana" kataku sedikit malu dan masih menutup mata gana.

"nanti marga anak kita kan argana bukan larissa maupun riquelme" ucapnya membuatku senyam senyum sendiri seperti orgil.

Aku pun langsung mencubit perut ratanya menggunakan tangan kiri ku sedangkan tangan kanan ku masih setiap menutup mata tajam nya. Akibat karna dia selalu membuat pipiku memerah akhirnya aku memilih untuk mencubit nya sekuat yang aku miliki.

"awww! awww! sakit ih sakit" ucapnya sambil menepis tangan ku pelan.

"sakit tau badan kecil tenaga samson" sambungnya

"apa si ngliatin mulu, gue cakep? lah emang iya baru sadar lo" ucapnya PD sekali dan kali bener² membuat ku ingin menampar nya.

Plak!

Nah kan akhirnya tamparan pertama ku tepat mendarat di pipi tirus nya dan meninggalkan cap 5 jari dari tangan mulusku.

"awww! vaniaaa apa²an si" ucapnya sedikit keras membuat ku langsung menunduk.

"kamu kenapa si kok nampar aku? belum cukup nyubit nya? apa mau kasih bogem sekalian ke aku hm?" sambungnya dan kali ini terdengar begitu lembut di telingaku. Aku pun langsung mendongakkan kepalanya dan menatap mata nya yang memerah.

"maafin aku yah udah berbicara dengan nada tinggi sama kamu, maafin ngga?" ucapnya lagi sambil menggenggam tanganku dan mengelus² punggung tangan ku menggunakan ibu jarinya.

"sakit yah?" tanya ku sambil memegang pipi gana yang masih memerah.

Gana menggelengkan kepalanya cepat "ngga lah ailah tamparan lembut doang masa sakit si, aku ini cuma kaget loh" ucap gana

"maafin aku yah" kataku dan dia hanya mengangguk dan tersenyum hangat.

"jadi sekarang kita..." ucap ku menggantung kan kalimat nya.

"ya, apa kamu mau menjadi kekasih ku vania larissa? menjalani setiap hari nya dengan ku dan melangkah kan kakinya_"

Tanpa menunggu ucapan gana aku langsung mengangguk antusias dan langsung memeluk tubuh jangkung nya. Meskipun dia sedang duduk tetapi tubuh jangkung nya masih terlihat tegap.

"ini yang aku nantikan dari dulu argana" ucapku dan tanpa aku sadari ternyata butiran bening telah lolos dari mataku.

Aku bisa merasakan gana membalas pelukan ku dan mengelus² rambut ku.


***

Gana POV

Aku bisa merasakan saat ini punggung vania bergetar dan aku bisa merasakan seragam yang aku kenakan basah, mungkin vania menangis.
Aku langsung mengusap rambut panjang vania menenangkan dirinya yang sedang di landa air keharuan.

VAN'GANA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang