Pengungkapan

524 23 0
                                    

Gana POV

Sudah 3 hari aku tidak di bolehkah untuk keluar meskipun hanya untuk sekolah. Saat ini aku begitu merasa bosan tidak ada hp, karna di saat aku berkelahi dengan 14 pria itu hp aku terlempar entahlah kemana.

Dan sampai saat ini aku masih menunggu informasi dari om albert tentang keberadaan perempuan yang aku cari. Sampai sekarang belum ada tanda² dari om albert tentang perempuan itu.

Aku sungguh sangat merindukan kebersamaan dengan vania dan temen²ku yang hanya memiliki setengah otak itu. Meskipun mereka kadang² membuat ku naik darah, tetapi mereka juga yang selalu membuat ku tertawa.

Terkadang aku selalu berfikir 'kenapa mereka itu sangat sangat menyebalkan?'. Tetapi aku bahagia bisa berteman dengan mereka, ya wajar saja jika aku merasa bahagia bisa mendapatkan teman seperti mereka. Karna dulu aku pernah merasakan yang namanya tidak punya temen. Meskipun waktu di kanada aku juga punya temen tetapi tidak se asik mereka, jangankan aku yang asik dengan mereka bahkan orang tua ku pun asik dengan mereka.

Untuk vania kemarin aku di buat tertawa terbahak² karna mendengar cerita vania yang di kira selingkuh dengan om² gojek. Bahkan luka tembak ku sempet di lempar bantal olehnya.

Di saat aku sedang berdua dengan vania dan di barengi canda tawa, aku selalu berfikir gimana kalo vania tau tentang hubungan aku dan perempuan yang selama ini aku cari. Apakah di saat vania tau dia akan meninggalkan ku? atau bahkan membenci ku?, banyak pertanyaan yang muncul di otakku di saat aku sedang bersamanya.

Aku takut jika harus cerita sekarang. Aku takut vania akan meninggalkan ku, dan aku takut kehilangan vania. Aku takut jika harus kehilangan perempuan yang aku cintai untuk yang kedua kalinya. Dan biarlah jika suatu saat aku di bilang egois.

Ceklek!

Suara pintu di buka itu mampu membuyarkan lamunanku, dan muncul lah seorang wanita paruh baya dengan rambut yang setengah putih namun masih terlihat begitu cantik.

"cucu oma kenapa ini kok kaya kaget gitu pas oma datang?" aku langsung menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bahwa aku tidak apa².

"oma ngapain kesini, ada yang mau gana bantu?" tanyaku dan oma hanya menggeleng kan kepalanya.

"kamu ini lupa apa gimana, ini udah siang dan kamu harus makan siang sayaang" ucap nya lembut sambil mengusap² kepalaku.

"gana udah kenyang oma" ucapku dan oma hanya menatap ku bingung.

"emang kamu makan apa?" tanya nya.

"gana ngga makan apa² si, tapi gana emang udah kenyang karna dari tadi di kamar mulu." balasku dan oma hanya tersenyum.

"kamu ini ada² aja, udah cepet buruan turun kalo ngga makan siang oma kasih vania ke agis" ancam nya sambil berlalu meninggalkan ku.

Terus saja aku selalu mendapat ancaman seperti itu. Terkadang aku berfikir emang Vania nya mau gitu sama agis yang pesonanya tidak sebanding dengan ku?.

Aku langsung menuruti perintah Oma sebelum vania benar² di berikan ke agis. Dengan malasnya aku menuruni anak tangga ini menuju kebawah, yang saat ini sudah terdapat banyak makhluk di meja makan itu.

Sesampainya di meja makan aku langsung mendudukkan pantatku di kursi empuk ini, dan dengan santainya aku langsung menyantap makanan di depan ku ini tanpa memperdulikan tatapan mereka² yang sedang menatap ku dengan berbagai jenis tatapan.

Mereka yang melihat ku sudah memasukan nasi untuk yang ketiga kalinya pun langsung ikut memakan makanan nya. Dan lihat lah kawan ternyata mereka benar² sudah lapar seperti orang kelaparan.

VAN'GANA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang