Jangan lupa vote ya, happy reading, guys!
•••
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Hari pertama Livi sekolah telah usai. Livi berjalan ke parkiran untuk mengambil motornya. Saat sampai di sebelah motornya, Livi mengernyitkan dahinya. Livi melihat sosok Nathan duduk di jok motornya.
"Ngapain lo?"
Nathan yang mengetahui jika Livi sudah melihatnya pun turun dari jok motor lalu bergegas pergi.
"Gapapa." ucap Nathan singkat sebelum pergi meninggalkan Livi.
Livi hanya mengedikkan bahunya acuh. Livi pun segera memasang helm dan bersiap untuk pulang. Tak sengaja ia melihat Belinda yang berada di belakangnya melalui kaca spion motornya. Belinda terlihat senyum senyum sendiri namun melihat kearah luar parkiran.
"Prik banget lo, Bel."
Belinda yang terkejut mendengar ejekan dari Livi hanya mendengus kesal dan tiba tiba Belinda menghilang entah kemana.
•••
Jam telah menunjukkan pukul 4 sore. Saat itu juga Livi sudah sampai digarasi rumahnya. Livi memasukkan motornya ke garasi. Livi sedikit terkejut melihat mobil ayah dan ibunya sudah ada di rumah.
"Biasanya kalo belum jam 10 malem belum pulang," batinnya.
Setelah mencopot sepatunya, Livi bergegas masuk kedalam rumahnya. Baru satu langkah masuk kedalam rumah, Livi sudah disemprot oleh ocehan mamanya.
"ASTAGA HANTU DARI MANA LAGI INI!!" teriakan Kirana, yang mampu membuat heboh Bagya, Bi Imah yang menjadi pelayan dirumahnya, dan Mang Nurdin tukang kebunnya.
Kirana, mama Livi, memang peka terhadap makhluk tak kasat mata. Tapi Kirana hanya bisa melihat 'mereka' kadang kadang, berbeda dengan Livi yang bisa melihat setiap menit makhluk-makhluk disekitarnya selain Belinda.
"Hah?"
Livi yang heran lalu melihat sekitarnya dan betapa terkejutnya Livi melihat Nathan ada dibelakangnya.
"Siapa itu, Livi? Kan mama udah bilang, jangan bawa hantu lagi kerumah. Tambah banyak lagi penghuni rumah. Banyak anak emang banyak rejeki, tapi kalo banyak hantu emang apa untungnya? Emang ganteng hantunya tapi jangan bawa hantu kerumah lagi dong! Mama suka kaget. Nanti kalo mama kaget mama bisa jantungan, nanti kalo jantungan mama masuk rumah sakit, kalo masuk rumah sakit biayanya mahal, soalnya kalo biayanya mahal-"
Ocehan Kirana terputus ketika Livi mengatakan sesuatu sambil melangkah keluar rumah.
"Iya iya, Ma, nanti bakalan pergi kok hantunya. Livi mau bicara sama hantu ini. Nanti Livi balik lagi!"
Nathan yang mengerti maksud Livi yang mengajaknya keluar hanya bisa menurut dan mengikuti Livi. Semua tak ada yang tahu ketika Belinda yang duduk dianak tangga melihat Nathan dari kejauhan. Belinda tersenyum manis melihat Nathan yang ternyata mengikuti Livi kerumah.
"Tampan."
Tanpa sadar, Belinda memuji Nathan.
•••
Sampai di teras rumah, Livi sudah bersiap akan menceramahi Nathan karena perbuatannya, Livi kena semprot ocehan Kirana. Belum sempat Livi berbicara, Nathan sudah terlebih dahulu bicara.
"Gue disuruh Bima ngikutin lo. Katanya biar dia tau rumah lo. Kalo dia yang ngikutin takut ketauan lo."
"Bima? Siapa tuh? Lo jangan ngarang pake nama orang dong!" teriak Livi yang sebal akan tingkah Nathan.
Nathan yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas.
"Bima, temen gue. Yang nyuruh lo tadi pagi bersihin kamar mandi sebagai hukuman lo telat."
"Owh, jadi si cowok sialan kayak tai itu namanya Bima!!"
"LIVI, KASAR BANGET OMONGAN KAMU! NGATAIN ANAK ORANG COWOK SIALAN!! MAMA GAK NGAJARIN KAMU BUAT BERKATA-KATA KASAR! DAN APA?! KAMU TERLAMBAT SEKOLAH?!"
Kirana yang ternyata menguping pembicaraan Livi dengan Nathan langsung memarahi Livi ketika Livi berkata kasar. Livi pun kaget mendengar suara mamanya. Livi pun menoleh dengan raut sedikit ketakutan melihat mamanya yang marah.
"M-maaf, Maaa. Livi ga s-sengaja ngomong kasar."
"Ikut mama ke ruang tamu! Papa harus tau kalo anaknya berani ngomong kasar sekarang!"
Kirana melangkah masuk ke rumah. Sebelum Livi masuk, ia ingin sekali mencakar wajah Nathan karena membuatnya disemprot ocehan Kirana dua kali. Tapi saat menoleh, ternyata Nathan sudah pergi entah kemana.
"Nathan atau Bima sama aja, sama sama sialan!" ucap Livi lirih sambil menggertakkan giginya.
•••
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Saat ini, Bima sedang duduk di teras kontrakannya. Angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah tampannya membuat Bima sedikit mengantuk.
Akhirnya Bima memutuskan masuk kembali kedalam kontrakannya dan akan merebahkan diri disofa sebentar. Ketika akan beranjak dari tempat duduknya, Bima dikejutkan oleh keberadaan Nathan yang tiba-tiba muncul.
"Gue udah tau rumahnya Livi. Rumah nomor 12, di Jalan Angkasa."
Bima yang tadinya menatap datar kearah Nathan langsung berubah menjadi tersenyum lebar.
"Beneran lo? Wah hebat banget temen setan gue."
"Setan sama hantu beda."
Nathan sangat tidak suka jika ada orang yang menyebutnya dengan sebutan 'setan'.
"Iyain deh. Eh ngomong-ngomong, Livi indigo ya? Dia bisa liat lo, dan kayanya punya temen hantu juga kan?" tanya Bima dengan raut wajah yang masih tersenyum lebar.
"Kayaknya."
"Coba lo cari tau lagi, sekalian ngapel sama hantu belanda cakep."
Nathan hanya memutar bola matanya malas. Tiba-tiba dia merasa janggal, tumben sekali Bima ingin mengetahui lebih banyak tentang seorang perempuan. Biasanya, Bima hanya bersikap cuek dengan perempuan yang mendekatinya.
"Tumben lo kepoin tentang Livi. Lo suka Livi, Bim?"
Bima yang mendengar itu, tiba-tiba merubah raut wajahnya menjadi datar.
"Gak. Gue gabakal suka sama cewek belagu yang bukan tipe gue. Gue cuma penasaran, selama ini gaada cewek yang seenaknya marah marah sama gue." ucap Bima sambil melangkah pergi masuk ke dalam rumahnya.
Saat Nathan akan mengikuti langkah Bima, tiba-tiba Nathan merasa seperti ada sesuatu dibelakangnya. Nathan segera menengok. Nathan terkejut, mulutnya sampai menganga. Ternyata sesuatu yang dibelakangnya adalah Belinda. Rambut pirang Belinda dan matanya yang berwarna abu-abu menjadi terlihat sangat bersinar dibawah sinar bulan.
"K-kamu? Teman Livi?" tanya Nathan yang masih terkejut melihat Belinda.
"Nathan, boleh kenalan?"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
Teen FictionHanya menceritakan seorang perempuan yang dipertemukan oleh seorang laki-laki. Livi dan Bima. Keduanya mempunyai kelebihan yang sama, yang tidak dimiliki oleh semua orang. Indigo, mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Livi, mempunyai keluarga...