5. Nathan dan Belinda.

28 29 0
                                    

Hai, aku usahain setiap hari update! Kalo telat update maaf ya. Maaf juga kalo per partnya pendek-pendek soalnya masih awal-awal bikin cerita di wattpad, hehe. Happy reading!

•••

"Nathan, boleh kenalan?"

"A-apa?"

Nathan ditambah terkejut ketika perempuan cantik ini mengajaknya berkenalan.

"Boleh kenalan?"

"H-hah?"

Perempuan tadi hanya terkikik geli melihat ekspresi Nathan yang terkejut bercampur bingung. Tampan dan menggemaskan.

"Aku Belinda," ucap perempuan itu yang ternyata adalah Belinda. Belinda mengulurkan tangannya untuk bersalaman sebagai tanda perkenalan. Dengan ekspresi yang masih terkejut, Nathan perlahan menjabat tangan Belinda.

"A-aku Jonathan, y-ya Jonathan. Panggil a-aja Nathan."

Nathan dan Belinda saling bertatapan. Mereka belum melepaskan jabatan tangan mereka. Satu sama lain terdiam. Jangan lupakan ekspresi Nathan yang masih terkejut, namun berbeda dengan Belinda yang tersenyum hangat. Nathan terpaku melihat kecantikan Belinda.

Nathan akhirnya melepaskan jabatan tangannya. Nathan menunggu Belinda mengatakan sesuatu, namun Belinda hanya diam dan tersenyum hangat kearahnya yang membuat Nathan benar benar salah tingkah. Belinda yang tahu Nathan salah tingkah pun berniat menggodanya.

"Jangan salah tingkah begitu dong, Nathan. Lucu sekali. Lihatlah! Pipimu merah!" ucap Belinda seraya tertawa kecil.

Nathan menjadi sangat malu. Ini pertama kalinya ada perempuan yang mengajaknya berkenalan dahulu. Ini pertama kalinya juga Nathan dibuat salah tingkah oleh seorang perempuan.

"Wah lihatlah, pipimu menjadi semakin merah seperti tomat!" ucap Belinda yang bahkan sekarang berani mencubit pelan pipi Nathan.

Nathan yang tadinya memasang ekspresi malu sekarang menatap Belinda tajam dan bibirnya memasang senyuman nenyeringai. Nathan merasa jika Belinda sangat berani menggodanya bahkan menyentuhnya.

"Berani nyentuh gue, hm?"

"Kenapa tidak berani? Aku ingin mencubitmu lagi, bahkan ingin sekali menggigitmu. Kau sangat menggemaskan!"

"Menggigitku?"

Ekspresi Belinda berubah setelah mendengar ucapan Nathan. Sungguh, Belinda tidak sengaja mengatakannya. Menggigitnya? Ah entahlah apa yang dipikirkan Nathan. Belinda panik dan tiba-tiba menghilang dari hadapan Nathan.

"Kayaknya dia teman Livi deh? Huh, berani bermain-main ya?"

•••

Belinda sedang berada di bawah tangga rumah Livi. Belinda terlihat memegang wajahnya yang memanas. Belinda sangat malu jika mengingat kejadian bertemu Nathan tadi.

"Sial! Bagaimana bisa aku mengatakan hal seperti itu! Padahal aku tidak bermaksud macam macam."

Belinda mengingat kembali ekspresi Nathan dengan senyuman menyeringainya tadi.

"Walaupun ekspresinya tadi membuatku merinding, tapi dia tetap terlihat sangat tampan. Rahang tegas, mata menatap tajam, dan-"

"Dan apa?"

Belinda terkejut mendengar suara Nathan dibelakangnya. Sial, padahal dia sudah kembali kerumah Livi dan Belinda sama sekali tidak menyangka jika Nathan akan mengikutinya kemari. Belinda yang masih terkejut hanya bisa terdiam tanpa membalikkan tubuhnya ke belakang dimana Nathan yang kini berdiri di belakangnya dengan senyuman nakal.

"Hei! Dan apa, hm?" goda Nathan dengan sesekali memainkan rambut Belinda dari belakang.

Tubuh Belinda bergetar dan terasa panas. Belinda sangat terkejut, bingung, malu, takut. Semua itu campur aduk. Tiba-tiba Nathan kembali berbicara namun dengan suara beratnya, berbeda dari sebelumnya.

"Hei, gadis belanda. Katanya mau gigit?"

Belinda yang sudah tidak bisa menahan malunya langsung berlari menjauhi Nathan. Belinda menuju kamar Livi. Belinda langsung menembus tembok kamar dan langsung menghampiri Livi. Karena sangat malu, Belinda sampai menangis dan bersembunyi dibalik tubuh Livi yang sedang berdiri di balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya.

"EH EH, APAAN SIH LO, BEL?!" sentak Livi yang malah membuat Belinda semakin menangis. Belinda hanya menggelengkan kepalanya kuat.

"Eh kenapa lo? Pergi daritadi, pulang pulang nangis." 

Livi sangat heran melihat tingkah Belinda. Ada apa dengan temannya ini? Sementara Belinda tidak menjawab dan masih saja menangis.

"LO KENAPA, WOY?! JAWAB KEK!" sentak Livi yang sudah emosi mendengar tangisan Belinda.

"A-anu, i-tu, ada Nathan. Belinda t-takut hiks."

"Nathan?" tanya Livi yang langsung dibuat bingung.

Belinda mengangguk pelan.

"J-jonathan, Vi. T-teman Bima."

Livi langsung terkejut mendengarnya. Nathan kenapa kembali kesini lagi? Kenapa Belinda bisa kenal Nathan?

"ANJIR! SEKARANG DIMANA HANTU SIALAN ITU?!"

Belinda hanya menunjuk ke arah luar.

"Di bawah tangga t-tadi."

•••

Livi pun segera mencari keberadaan Nathan. Baru saja Livi membuka pintu kamarnya, ia dikejutkan dengan keberadaan Nathan yang sudah ada di depan pintu.

"Anjing! Ngagetin aja lo! Gausah berdiri depan pintu juga kali, kalo gue kena serangan jantung gara gara lo, emang lo mau tanggung jawab?! Kalo gue serangan jantung harus masuk rumah sakit, biayanya mahal!"

Nathan yang mendengar ocehan Livi hanya menatapnya datar.

"Gabeda sama emaknya." batin Nathan ketika mengingat Kirana, mama Livi juga cerewet seperti ini.

"HEH LO DENGER GUE GAK SIH?!" seru Livi yang sebal karena ocehannya hanya ditanggapi dengan raut wajah datar dari Nathan.

"Belinda mana?"

"Gausah nyari nyari Belinda, mau apa lo?!"

Nathan hanya memutar bola matanya malas.

"Belinda mana?"

"Gausah nyari nyari Belinda! Dasar sok akrab!" seru Livi. Livi pun kembali masuk ke dalam kamar seraya membanting pintu kamarnya. Nathan menghela napasnya. Padahal ia ingin sekali berdekatan lagi dengan Belinda.

Entahlah, dia merasa Belinda sangat berbeda dari wanita yang Nathan temui, entah disaat Nathan masih hidup ataupun udah mati. Belinda sangat berani mengajaknya berkenalan. Sederhana, tapi Nathan suka. Nathan benci perempuan yang sok jual mahal.

•••

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang