18. Salah Paham.

21 26 5
                                    

Vote duluuu! Happy reading.

•••

Di lain tempat, Laras, dan Geby sedang mencoba menghubungi Livi. Livi tidak berangkat sekolah bahkan tanpa keterangan. Mereka kecuali Dea, sedang menghubungi Livi bergantian, namun hasilnya nihil. Sudah berkali-kali mereka menelepon berkali-kali tapi tidak ada jawaban sama sekali.

"Livi ih, mana sih tuh anak?! Kagak diangkat lagi telpon gue," keluh Geby yang sudah frustasi.

"Nanti pulang sekolah kita kerumahnya aja gimana?" usul Laras.

"Males," jawab Dea singkat.

"Anjing lo, udah gak bantuin nelpon, gamau ikut nengokin Livi lagi!" teriak Geby kesal.

"Livi lagi gak dirumah."

Laras dan Geby terkejut mendengarnya.

"Lo jangan ngarang cerita, Dea. Jangan mentang-mentang lo gamau ikut kita nengokin Livi terus lo bilang Livi gak dirumah," jawab Laras mulai kesal.

"Bener kata laras. Lagian tau dari mana lo kalo Livi gak dirumah? Emangnya ngabarin lo?" tanya Geby.

"Gatau cuma filling."

Laras dan Geby menganga mendengar jawaban Dea. Geby sudah hampir meninju wajah Dea, namun ditahan oleh Laras. Laras mengajak Geby pergi meninggalkan Dea. Dea hanya tersenyum miring melihatnya.

•••

Pembicaraan mereka tadi ternyata terdengar oleh ketua osis SMA Lentera Bangsa. Siapa lagi kalau bukan Bima.

"Livi gak ada di rumah? Kemana?" batin Bima.

Bima sedikit merasa khawatir, namun Bima mengedikkan bahunya acuh. Bima seperti tak peduli.

"Ah, paling juga gapapa. Kan ada Belinda," batin Bima.

Deg!

Bima pun ingat jika Belinda akan pergi. Apakah Belinda sudah pergi? Kalau sudah, siapa yang menjaga Livi? Orang tuanya saja pergi, bagaimana dengan Livi? Apakah Livi baik-baik saja?

Semua pertanyaan itu muncul di otak Bima dan membuat Bima menjadi khawatir tak karuan. Bima segera meminta ijin guru agar dia bisa keluar saat jam pelajaran. Bima bilang ada urusan, Bima tidak mengatakan jika akan ke rumah Livi. Jika mengatakan itu, mungkin akan menjadi berita panas yang dibicarakan siswa siswi SMA Lentera Bangsa.

•••

Sampailah Bima di depan rumah berwarna putih tulang itu. Bima langsung berjalan ke depan pintu hendak mengetuknya. Namun Bima seketika terdiam. Ia melihat pintu depan rumah Livi tidak dikunci dan sedikit terbuka.

Bima yang khawatir pun berpikir sejenak.

"Gue masuk gak ya? Tapi rumah orang ini, gaenak gue," batin Bima.

Setelah berpikir agak lama, Bima memutuskan untuk nekat masuk ke rumah Livi.

"BUSET!!"

Setelah Bima masuk, Bima dikejutkan oleh puluhan hantu yang berada di rumah Livi. Ada yang anak kecil, ada gadis cantik, ada gadis bermuka hancur, ada laki-laki yang sangat kurus, ada sosok tinggi sampai kepalanya tidak terlihat karena menembus atap rumah, dan masih banyak lagi. Bima sebenarnya tidak takut, hanya terkejut. Di kontrakan dan rumahnya dulu, juga banyak hantu selain Nathan, tapi tidak sebanyak di rumah Livi.

Bau dari makhluk-makhluk itu pun masuk ke indra penciuman Bima. Bau melati, bau amis, bau gosong bercampur menjadi satu, yang tentu hanya bisa tercium oleh orang yang mempunyai kelebihan seperti Bima atau Livi.

Makhluk-makhluk itu dengan sekejap mematung melihat orang baru masuk ke rumah itu. Bima dipandang oleh puluhan makhluk di ruang tamu itu dengan tatapan yang bermacam-macam. Ada yang tersenyum hangat, menampilkan ekspresi bingung, ada yang seperti marah, bahkan ada yang menangis entah mengapa.

Bima tidak ingin berlama-lama ditatap makhluk-makhluk sebanyak itu. Bima hendak menuju kamar Livi, namun Bima ingat bahwa dirinya tidak tahu letak kamar Livi. Maklum, ini baru pertama kalinya Bima masuk ke rumah Livi.

Bima hendak bertanya ke salah satu makhluk. Bima melihat ke arah gadis yang tersenyum hangat kearahnya dari tadi. Saat hendak mendekati gadis itu, tiba-tiba makhluk berwujud wanita paruh baya berbadan besar dan tinggi menghadang Bima.

"Orang asing tidak berhak mendekati Dahlia."

Bima menghentikan langkahnya. Melihat makhluk itu dari atas sampai bawah. Makhluk itu berwajah pucat dan terdapat sedikit luka di wajahnya. Makhluk berwujud wanita itu terlihat marah. Wanita itu seperti menginginkan Bima segera pergi dan berhenti mendekati makhluk berwujud gadis cantik yang diketahui bernama Dahlia.

Bima hanya menatap wanita itu dengan tatapan datar tanpa rasa takut walaupun sudah diusir. Tiba-tiba Dahlia berjalan maju dan berhenti di antara Bima dan sosok wanita itu.

"Ini teman Livi. Aku yakin dia baik. Aku pernah melihat Livi diantar pulang oleh laki-laki ini, tapi mengajak Livi pergi lagi ketika mendengar orang tua Livi bertengkar," ucap Dahlia menjelaskan ke sosok wanita itu.

Bima hanya terdiam. Dahlia ternyata tau jika Bima pernah mengantarkan Livi waktu itu. Pantas saja ketika Bima masuk, Dahlia adalah makhluk satu-satunya di ruang tamu itu yang tersenyum hangat ke arah Bima.

Wanita yang tadi marah itu berjalan mundur menjauh dari arah Bima setelah mendengar penjelasan Dahlia. Bima kini melihat kesempatan bisa bertanya Dahlia, walaupun semua makhluk-makhluk di ruang tamu itu masih menatapnya dengan berbagai ekspresi.

"Maaf, tau dimana kamar Livi gak?" tanya Bima.

Dahlia kembali tersenyum hangat ke arah Bima. "Tau, cari Livi ya? Tapi Livi tadi pergi, Belinda juga pergi. Sepertinya ikut Livi. Livi tadi pingsan terus tiba-tiba ada mobil yang bawa Livi-"

"LIVI PINGSAN?! MOBIL SIAPA YANG BAWA DIA?!" sentak Bima yang terkejut mendengar penjelasan Dahlia.

Dahlia sedikit ketakutan. "I-iya, Livi pingsan. Tadi mobilnya jalan ke arah sana," tunjuk Dahlia ke arah jalan.

"Yang bawa mobilnya bukan orang tuanya, tapi yang bawa-" lanjut Dahlia namun ucapannya terpotong karena suara tegas yang berasal dari Bima.

"SIALAN! GUE BAKAL CARI LIVI!"

Bima beranjak keluar dari rumah Livi dan memakai helmnya dengan cepat. Deru motor Bima terdengar cukup keras. Bima membawa motornya ke arah jalan yang ditunjuk Dahlia.

Dahlia menghela napas beratnya. Pasti Bima sudah berpikir yang aneh-aneh.

"Ngapain kamu cari Livi? Livi dibawa ke klinik sama tetangganya yang baik. Makanya kalau ada yang ngomong di dengerin," ucap Dahlia lirih.

Entah apa yang ada dipikiran Bima, bahkan Bima tidak mendengarkan penjelasan Dahlia sampai selesai. Ingin sekali Dahlia mengejar Bima untuk memberi tahu yang sebenarnya. Tapi Dahlia tidak bisa keluar dari area rumah Livi, seperti ada tembok yang membatasinya jika ingin keluar dari area rumah, membuat Dahlia merasa seperti dikurung.

•••

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang