11. Menginap (2).

19 27 2
                                    

Happy reading!

•••

Setelah mencuci mangkok bekas mereka makan bakso, Livi kembali menghampiri Bima. Bima terlihat masih dengan raut wajah sebal.

"Bima, jangan marah dong."

"Gak."

"Gimana kalo kita nonton film?"

"Film apa?"

"Film apa aja, mau yang romance? atau yang horror?"

"Gamau. Ga menarik."

"Kalau film biru?"

Bima yang mendengar tawaran itu pun menengok kearah Livi dan menatap tajam Livi.

"Jangan suka nantang, kalo gamau kena akibatnya."

"Emang apa akibatnya?"

Cup!

Bima mencium lembut bibir Livi, hanya beberapa detik, Bima segera sedikit menjauh dari badan Livi. Kemudian Bima mengambil snack jajanan didepannya.

"Akibatnya bakalan lebih berat daripada yang barusan," peringat Bima sambil sibuk menikmati jajanannya.

Livi menelan air liurnya dengan susah payah. Astaga, apa yang akan terjadi jika Livi berdekatan lama dengan Bima?

"Tenang, Livi. Cuma nginep disini semalam, teruserangkat sekolah terus kembali kerumah. Ya, kerumah," batin Livi menenangkan batinnya.

•••

Makan malam telah tiba. Jam menunjukkan pukul 19.00.

"Yey! Makan! Nih, nasi goreng spesial buat lo!"

"Nasi gorengnya gak spesial." jawab Bima dengan nada datar dan dibalas tatapan heran dari Livi.

"Loh kenapa?"

"Yang spesial buat gue itu cuma lo."

Siapapun cepat bawa Livi kerumah sakit sekarang! Jantungnya hendak copot dan Livi sudah hampir gila.

"Apaan sih, lo! Gajelas!" jawab Livi dengan nada juteknya, namun tidak didukung oleh pipinya yang terlihat merah. Jelas, Bima melihat itu, ia pun tersenyum.

"Pipi lo merah. Gemesin," ucap Bima sambil mencubit pelan pipi Livi.

"BENERAN GUE BISA GILA!" batin Livi yang mulai kesulitan menetralkan detak jantungnya.

Dengan cepat, Livi menghabiskan nasi gorengnya lalu segera mencuci piring bekas ia dan Bima makan. Setelah selesai mencuci piring di dapur, Livi tidak langsung menghampiri Bima. Livi harus menetralkan detak jantung dan nafasnya karena Bima. Setelah semua kembali normal, Livi kembali ke sofa tempat Bima duduk.

•••

Keduanya memutuskan menonton film bergenre horror romance. Film sudah berlangsung 2 jam lamanya. Sekarang sudah hampir pukul 22.30. Livi sudah terlihat mengantuk.

"Bima, ngantuk."

"Yaudah yuk tidur." ajak Bima sembari berjalan ke arah kamarnya.

"Kamarnya cuma satu ya, Bim?"

"Iya, emang kenapa?"

"Gimana ya, gamungkin kita tidur seranjang."

"Enggak. Lo tidur di kasur, gue tidur di bawah."

"Gapapa, Bim?"

"Gapapa, gue rencananya mau tidur di sofa ruang tamu. Tapi kalo malem banyak nyamuknya."

"Owh gitu, hehehe." jawab Livi dengan kekehan canggung.

Lampu sudah dimatikan, mereka berdua bersiap untuk tidur. Livi yang tidur dikasur, sementara Bima yang tidur di atas lantai kamar yang dilapisi dengan karpet. Karena selimut di kontrakan ini cuma satu, Bima mengalah dan membiarkan Livi menggunakan selimutnya.

•••

Sudah pukul 1 pagi, Livi yang tadinya mengantuk sekarang tidak bisa kunjung tidur. Dia melirik kebawah. Terlihat Bima meringkuk kedinginan. Livi baru menyadari di luar sana sedang hujan deras, pantas saja. Sebenarnya Livi tidak tega, membiarkan Bima kedinginan. Livi pun bertekad untuk mengajak Bima tidur di atas kasur bersamanya.

"Bima?"

"Hm?"

"Dingin ya?"

"Dikit."

"Tidur dikasur yuk, Bim. Gue gatega liat lo kedinginan."

"Gapapa gue tidur disini, udah lo lanjut tidur, Vi," jawab Bima yang terlihat malas karena sudah terbangun dari tidurnya.

"Gabakal aneh-aneh, lagian kasur lu lebar. Kita batesin pake guling aja. Gue ngga mau tau kalo lo besok sampe masuk angin gara gara kedinginan tidur di lantai begitu."

"Hm, iya bawel banget ah!"

Bima segera naik ke atas kasur, yang ditengahnya sudah dibatasi oleh bantal guling. Selimut Bima juga lumayan lebar. Bisa menutupi tubuh Bima dan Livi dengan sempurna.

Bima langsung terpejam. Diam-diam, Livi memandangi wajah Bima saat tertidur.

"Gue nyaman kalo deket sama lo kek gini, Bim. Ya.. walaupun kadang nyebelin sih."

•••

Cie Livi, wkwk.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang