26. Pencarian Dea.

23 15 63
                                    

Alhamdulillah, bisa tepatin buat update 2 part hari ini. Btw, jangan lupa follow, kalo engga minimal vote commentnya dongg!

•••

Sudah seminggu dari hari pencarian Dea dimulai. Berita Dea menghilang telah tersebar ke telinga para siswa SMA Lentera Bangsa dan warga setempat. Foto Dea yang berlumuran darah pun menjadi bahan bukti. Nomor ponsel Livi berusaha dilacak lokasinya agar bisa mengetahui lokasi laki-laki misterius itu, walaupun sampai sekarang masih belum membuahkan hasil. Diduga, Dea masih berada bersama laki-laki misterius itu

Pencarian Dea pun pastinya melibatkan Ayah Dea. Dari seminggu pencarian, hanya ditemukan kaca spion motor yang patah dan potongan bagian motor. Diduga, Dea sempat kecelakaan. Para polisi pun menyimpulkan bahwa Dea sempat menabrak pembatas jalan, namun untuk sebab Dea kecelakaan belum diketahui secara pasti.

Livi dan teman-temannya juga membantu mencari keberadaan Dea. Laras dan Geby juga mencari bantuan lewat internet dengan menyebarkan berita hilangnya Dea.

Ting!

Ponsel Laras berbunyi. Terlihat, ada pesan masuk ke nomornya, namun dari nomor tidak dikenal.

08××××××:

Apa benar ini dengan Laras? Saya Darren. Saya dengar, anda sedang mencari teman anda atas nama Dea? Kalau anda berkenan saya bisa membantu mencari Dea.

Laras menaikkan satu alisnya. Darimana dia bisa menghubungi nomor Laras? Laras sedikit merasa bingung dan janggal.

"Kenapa, Ras?" tanya Livi. Hal itu membuat Laras sadar dari lamunannya.

"Ini, ada nomor gak dikenal chat gue. Katanya sih mau bantu cari Dea."

"Yaudah, biarin bantu cari Dea."

"Tapi, Vi, darimana coba dia dapet nomor gue? Gue ngerasa aneh."

"Gaperlu ngerasa aneh. Lo kan sebarin berita ke sosmed tentang hilangnya Dea, pasti tuh orang liat berita lo. Atau bisa juga dia dapet nomor lo dari tetangga atau temen-temen kita di SMA," ucap Agra.

Laras diam sejenak. Benar juga yang dikatakan Agra, tapi entah mengapa Laras merasa janggal.

"Tapi gue ngerasa aneh."

Agra pun menoleh ke arah Laras. "Gapapa, mungkin dia orang baik yang mau bantu kita cari Dea. Gausah khawatir ya, Laras," ucap Agra sambil mengusap pipi Laras. Walaupun hanya seperkian detik Agra mengusap pipi Laras, namun itu membuat pipi Laras merah.

Bima, Livi, dan Geby dibuat tercengang melihat perbuatan Agra dan untuk pertama kalinya mereka melihat Laras yang tampak malu-malu kucing.

Ting!

Tiba-tiba ponsel Laras berbunyi lagi.

08××××××:

Maaf, saya tidak jadi membantu mencari Dea. Terimakasih.

Laras benar-benar merasa janggal. "Yang mau bantuin tadi, katanya gajadi."

Livi, Bima, Geby, dan Agra terkejut mendengarnya.

"Kenapa?" tanya Geby.

"Gatau."

Ddrtt! Ddrtt!

Ponsel Laras tiba-tiba berbunyi. Ternyata, ayahnya menelepon Laras. Laras pun segera mengangkat telepon itu.

"Halo, Yah. Kenapa?"

"Laras, di dekat gedung tua ditemukan motor yang sudah rusak parah di bagian depan. Setelah diselidiki, di dalam gedung ditemukan sidik jari dan beberapa jejak kaki. Coba kamu ke gedung tua sekarang sama teman-teman kamu. Coba lihat, apa benar motor yang ditemukan adalah motor Dea."

"Oke, Yah. Laras kesana sekarang."

Tut! Tut!

"Panjang jelasinnya. Intinya bokap gue suruh kita ke gedung tua sekarang. Ada sesuatu yang mereka temuin," ujar Laras.

"Gedung tua?" tanya Livi

"Gue baru inget! Pas gue ketemu Dea malem-malem, dia emang dari arah jalan ke gedung tua!" ucap Bima

"Goblok! Kenapa ga bilang dari kemarin sih?!" ujar Agra yang jengkel.

"Udah! Sekarang kita ke gedung tua."

Mereka semua segera menghampiri motor mereka masing-masing. Namun dari kejauhan, terlihat Nathan dan Belinda yang berlari menghampiri mereka.

"Ayo ke gedung tua! Disana ditemukan mot-"

"Udah tau!" ucap Livi dan Bima bebarengan yang membuat ucapan Belinda terputus. Hal itu membuat teman-teman mereka menatap bingung ke arah Livi dan Bima. Maklum, mereka tidak bisa melihat Nathan dan Belinda.

"Ngomong sama siapa?" tanya Geby.

"Belinda. Udah yuk buruan ke gedung tua!"

Mereka semua melajukan motornya masing-masing menuju ke gedung tua. Di lain tempat seorang laki-laki mengawasi Livi dari layar komputernya.

"Untung gue bisa cepet-cepet lari dari gedung tua itu. Gue bisa tau semua rencana dan semua gerak gerik Livi. Berguna juga gue pasang kamera kecil di kalung Livi."

•••

Hayo loh, dipasangin kamera gak tuh? Pernah kepikiran gak sih, kalo salah satu barang kalian ada kameranya buat mantau gerak gerik kalian?

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang