22. Dendam.

15 16 1
                                    

Jangan lupa vote yaaa, happy reading!

•••

Sudah sekitar 3 minggu Livi tidak menemukan ponsel dan orang yang membawa ponselnya sekarang. Sejak kejadian orang misterius yang mengangkat telepon itu, Bima menjadi sedikit waspada. Bima juga melarang Livi pergi sendirian, Livi dirumah sendirian, dan Bima juga menyuruh Livi sedikit waspada dengan orang yang tidak dikenal. Entahlah, Bima merasa familiar dengan suara itu, tapi Bima tidak tau siapa laki-laki misterius itu.

Laki-laki misterius itu juga sering mengirimkan pesan yang tidak jelas melalui ponsel Livi, seperti angka-angka yang ditulis acak. Pesan-pesan seperti itu sering dikirimkan ke nomor Geby, Laras, Bima bahkan Agra juga mendapatkan pesan-pesan aneh tersebut dari nomor Livi. Padahal, Agra tidak pernah menghubungi Livi, begitupun sebaliknya. Anehnya, hanya Dea yang tidak dikirimi pesan-pesan seperti itu.

Geby, Laras, Bima, dan Agra sering menelpon nomor Livi. Setiap telepon terhubung dengan nomor Livi, akan langsung diangkat oleh laki-laki misterius dan pasti disertai dengan tawa menyeramkan milik laki-laki itu. Anehnya lagi, hanya nomor Dea yang tidak pernah diangkat, bahkan jika Dea menelepon nomor Livi, laki-laki itu selalu menolak telepon tersebut. Entahlah, mereka tidak tahu.

Sejak Livi pingsan, daya tahan tubuh Livi mudah lemah. Livi sering demam, tubuhnya tiba-tiba lemas, mual, bahkan sempat beberapa kali pingsan. Keadaan diperparah karena orang tua Livi yang tidak kunjung pulang dan laki-laki misterius yang semakin membuat pening kepala Livi. Laras, Geby, dan Bima sering bergantian menjaga Livi. Kadang juga Agra menjenguk Livi sambil membawa makanan atau buah-buahan. Hanya Dea yang seperti malas ikut disaat teman-temannya sangat antusias menjaga Livi. Dea selalu punya alasan. Laras dan Geby sering dibuat darah tinggi mendengar alasan Dea. Walau begitu, Livi selalu memakluminya.

Kini jam menunjukkan pukul 19.00. Livi, Bima, Laras, Geby, Agra, Nathan, dan Belinda sedang berada di ruang tengah. Mereka sedang menonton film di televisi. Mereka begitu fokus dan tidak mengucapkan sepatah katapun saat menonton film. Film itu sangat seru bagi mereka. Sampai akhirnya iklan tiba, mereka kembali berbincang-bincang.

"Dea itu aneh, selalu punya alesan! Bilang aja kalo gamau jagain Livi," ucap Geby yang suaranya paling nyaring jika sudah menggosip.

"Udahlah, mungkin Dea juga terpaksa gabisa ikut jagain gue. Lagian, gue juga masih bisa jaga diri sendiri kok," ujar Livi.

"Gausah sok bisa jaga diri sendiri. Kondisi lo lemah, lo harus tetep bareng sama kita kapanpun dan dimanapun itu," jawab Bima sedikit tegas.

"Bener kata Bima, Vi. Lagian Dea aneh lho, katanya temen tapi waktu dibutuhin ngilang mulu," ucap Laras.

Livi menghela napasnya. "Udahlah, Dea juga dari dulu emang gitu anaknya. Ya walaupun dulu lebih care daripada sekarang. Tapi biarin aja, gue udah bersyukur banget masih ada kalian yang masih mau nemenin dan jagain gue. Makasih ya, kalian emang temen gue paling the best deh!"

"Jelas dong, Vi! Gue bakal jadi orang pertama yang dateng waktu lo butuh!" seru Geby sambil merangkul Livi.

Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum hangat melihatnya. Sampai tiba-tiba, Agra mengernyitkan dahinya yang membuat perhatian mereka tertuju ke Agra.

"Kenapa, Gra?" tanya Bima.

Agra menghela napas beratnya. Agra menyodorkan ponselnya ke arah Bima. Bima langsung mengambil dan melihat ponsel Agra.

Livi:

18, 9, 14, 4, 21. 12, 9, 22, 9.

Bima ikut menghela napasnya ketika melihat pesan tersebut. Nomor Livi kembali mengirimkan angka acak yang pasti diketik oleh laki-laki itu. Livi, Laras, dan Geby ikut melihat pesan itu. Mereka semua terdiam, memikirkan angka acak tersebut. Entah itu adalah kode atau hanya orang iseng.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang