9. Menyenangkan.

21 27 1
                                    

Happy reading!

•••

Selama perjalanan ke supermarket, Bima dan Livi sibuk tertawa menceritakan hal-hal lucu. Seperti saat Livi ketahuan teriak-teriak sendiri dibawah pohon dan juga Bima yang tersedak bakso. Mereka tertawa dengan riang, hingga Livi sepertinya lupa akan pertengkaran papa dan mamanya.

"Bim, beli bakso yuk!"

"Ayok, tapi nanti aja. Kita beli cemilan dulu."

"Oke, tapi jangan keselek lagi lo! Hahaha!"

"Emang lo ketauan pak satpam teriak-teriak sendiri? Malu-maluin, Vi. Hahahah!"

"Tapi emang bener-bener ya! Nathan ama Belinda nyebelin."

"Alaaahhh, palingan lo iri kan, Vi?"

"Enak aja, enggak ya, Bim. Gini-gini gue pernah ngerasain mesra-mesraan kek gituan. Sama buaya darat? pernah. Apa, sama buaya putih? Beuhh, udah khatam gue!"

"Nyenyenye, emang kalo sekarang udah punya pacar?"

"YNTKTS."

"Hah? Apaan tuh?"

"YA NDAK TAU KOK TANYA SAYA! HAHAHA!

"Dasar, pake disingkat-singkat segala!"

"Biarin dong, biar gaul!"

"Gue gasuka cewek alay. Mau gue cubit kalo alay, hm?"

"TBL TBL TBL."

"Apaan lagi tuh, Vi? Yaampun."

"YTTA."

"Semua aja disingkat-singkat"

"Hahaha! Lo pasti gabisa kan?!"

"Bisa dong! Emang lo doang?"

"Coba! Buruan!" tantang Livi.

"ILY."

Deg!

Jantung Livi seakan berdetak lebih cepat. Pipinya langsung memerah. Livi buru-buru menjawabnya agar tidak terlihat salah tingkah. Diam-diam, Bima melirik wajah Livi yang memerah melalui kaca spion. Bima tersenyum melihat Livi yang salah tingkah.

"Alay ah, Bim!"

"Kalo gue beneran gimana, hm?"

Gila! Livi benar-benar bisa gila! Livi harus segera mengalihkan pembicaraan. Livi melihat sedikit lagi sampai di supermarket.

"Eh, a-ayo turun, Bim. U-udah sampe nih, hehe. Y-yuk!" ajak Livi namun dengan terbata-bata. Bima pun tersenyum melihat Livi yang salah tingkah itu. Menggemaskan sekali.

"Yuk."

Bima melangkah mendahului Livi. Meninggalkan Livi yang sedang menetralkan detak jantungnya. Setelahnya, Livi segera menyusul Bima masuk ke supermarket. Bima dan Livi membeli berbagai cemilan untuk mereka berdua. Livi berencana akan pulang kerumahnya jika sudah sore. Sekarang baru jam 12 siang.

Livi hanya mengambil 4 ciki, 2 bungkus permen karet, dan 2 botol minuman. Livi berniat membayar ke kasir. Betapa terkejutnya Livi melihat Bima membawa banyak sekali cemilan sampai 1 keranjang penuh.

"Banyak banget, Bim. Lo suka ngemil ya?"

"Iya, sekalian buat kita nanti."

Saat hendak membayar, Livi tak sengaja melihat rak kecil. Di dalamnya terdapat benda yang membuat Livi tersenyum miring.

"Bim, gak sekalian beli itu?" bisik Livi sambil menunjuk ke arah rak kecil.

Bima sempat terkejut saat melihat rak yang ditunjuk oleh Livi. Namun beberapa saat kemudian, Bima menampilkan senyum miringnya.

"Mau beli kondom?" tanya Bima yang tidak mendapat jawaban dari Livi. Namun Livi menanggapi pertanyaan Bima dengan alis yang di naik turunkan dua kali.

"Makin lama kok nantangin, hm? Jangan nantang. Gue cowok normal, tetep bisa khilaf." bisik Bima tepat di telinga Livi. Livi kembali dibuat senam jantung oleh perkataan Bima. Livi berusaha menetralkan detak jantungnya dan ekspresinya.

"A-apaan sih lo, udah tuh buruan bayar terus kita ke tempat lo." jawab Livi yang langsung memalingkan wajahnya.

•••

Selama di perjalanan, Bima dan Livi sibuk bernyanyi dengan riang. Livi terlihat melambaikan kedua tangannya ke kanan dan kekiri. Mungkin sedang menikmati angin sepoi-sepoi. Bima yang melihat itu pun berniat jail. Dengan sengaja, Bima mengolengkan motornya. Livi yang sedang tidak seimbang pun terkejut. Tangan yang tadinya melambai-lambai pun reflek memeluk Bima dari belakang.

"AAAAAA!! BIMAAA!! JANGAN GITU DONG!"

"HAHAHAHA!"

Bima tertawa melihat tingkah Livi, juga diam-diam Bima merasa senang bisa dipeluk dari belakang oleh Livi walaupun tanpa sengaja. Apakah Bima mulai menyukai Livi? Entahlah. Livi yang sadar sudah memeluk Bima pun melepaskan pelukannya.

"Lo jadi orang jail banget sih!" teriak Livi sebal sambil memukul pelan punggung Bima.

"Biarin! Hahahah!"

"Dasar cowok modus!"

"Dasar cewek alay!"

"Heh bener-bener ya lo!"

"Hih binir-binir yi li."

"Bima!"

"Livi!

"Ih nyebelin banget lo kalo kek gitu, Bim!"

"Ih gemesin banget lo kalo kek gitu, Vi!"

"Beneran bisa gila sih gue." batin Livi yang merasakan jantungnya dibuat berdetak lebih kencang oleh Bima.

"Emang gue gemesin, hahahaha!" jawab Livi agar tidak ketahuan jika salah tingkah.

Keduanya bertukar candaan dan ejekan yang membuat mereka berdua tertawa sepanjang jalan. Entah kenapa, saat-saat bersama Bima yang biasanya menyebalkan, hari ini berubah menjadi sangat menyenangkan.

•••

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang