25. Dea Terpaksa.

18 16 56
                                    

Jangan lupa vote follownya woy!

•••

Hari Senin tiba, artinya para siswa dan guru SMA Lentera Bangsa akan melaksanakan upacara bendera pada pukul 07.00. Livi berangkat lebih awal dari biasanya. Livi berjalan menuju kelasnya.

"Livi!"

Livi yang mendengar suara itu menoleh kebelakang. Ternyata Laras yang memanggilnya. Laras berlari mendekat ke arah Livi.

"G-gue udah cerita semuanya sama b-bokap gue," ujar Laras dengan napasnya yang tersengal-sengal akibat berlari mengejar Livi.

Livi yang mendengar itu sontak tersenyum lebar. "Apa bokap lo bisa bantu gue, Ras?"

"Kata bokap gue bakalan diusahain buat cari keberadaan Dea dan orang misterius itu."

Livi sangat senang mendengarnya. Livi sontak memeluk Laras. "AAAAA MAKASIH LARAS. LO EMANG BAIK BANGET DEH!"

"Siapa dulu. Laras!" ucap Laras membanggakan dirinya, diiringi kekehan dari Livi.

"Yuk ke kelas."

Laras dan Livi berjalan menuju kelas mereka. Namun dari kejauhan, nampak seorang gadis tengah berdiri menatap mereka.

"Kenapa kayak gini jadinya? Apa yang Reno lakuin ke temen Livi?"

Gadis itu mendesah pelan. "Andai aja Belinda gak halangin aku buat deket sama Livi, pasti aku bisa jelasin semuanya ke Livi."

•••

Di lain tempat, seorang laki-laki memandangi komputernya.

"Owh jadi dia mau minta bantuan sama bokap temennya yang katanya polisi itu?"

Laki-laki itu berdiri dan berjalan meninggalkan komputernya. Ia berjalan keluar ruangan lalu menaiki tangga. Sampailah ia di sebuah ruangan kecil, di pojok ruangan, terlihat ada seorang gadis yang tubuhnya penuh bercak darah, tangan dan kakinya diikat, dan mulutnya ditutup oleh solasi. Disamping gadis itu, terdapat satu bungkus nasi dan telur goreng yang sudah basi.

"Hey, Girl. Kenapa gak dimakan makanannya, hm?"

Gadis yang tadinya memejamkan matanya, kini membuka matanya perlahan dan menatap tajam ke arah laki-laki itu.

"Kenapa? Kenapa ga dimakan?"

Gadis itu tetap diam dan menatap tajam ke arah laki-laki itu. Berbeda saat pertama kali gadis itu menyadari jika dirinya disekap oleh laki-laki itu, ia langsung memberontak. Itu membuat laki-laki itu puas melihatnya. Namun, kini gadis itu hanya diam saja, membuat laki-laki itu emosi.

"KENAPA GA DIMAKAN?! KENAPA, DEA?!" teriak laki-laki itu sambil menjambak rambut Dea, namun Dea tetap diam saja dan tak memberontak.

Gadis yang disekap itu adalah Dea. Lalu, kenapa Dea bisa ada pada laki-laki misterius itu yang tak lain adalah si peneror yang sering mengirimkan angka-angka acak lewat ponsel Livi?

Flashback On

Malam disaat Dea membeli mie ayam gerobakan di pinggir jalan, adalah malam yang paling menakutkan seumur hidupnya. Itu adalah kali pertama Dea melihat sosok hantu menyeramkan sedekat itu. Hal itu membuat Dea ketakutan. Dea segera tancap gas meninggalkan gerobak mie ayam itu. Namun di perjalanan, pikiran Dea masih terbayang-bayang akan sosok hantu tadi. Dea benar-benar takut. Dea melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Saking takutnya, Dea tidak bisa mengendalikan laju motornya.

Motornya menabrak pembatas jalan, membuat tubuh Dea terpental jatuh ke aspal. Kepalanya yang terbentur membuat darah segar mengalir dari kepalanya. Tangan dan kakinya juga terluka. Dea tidak bisa berdiri, ia terkapar ditengah jalan. Dea merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Rasa sakit itu membuat Dea ingin pingsan. Hampir saat Dea menutup matanya, Dea melihat tiga sosok didepannya.

Dea sangat terkejut, dua sosok didepannya adalah dua hantu yang tadi ia temui. Dea tidak kuat berteriak ataupun hanya sekedar bersuara. Dea menangis ketakutan melihat dua sosok didepannya. Dea melirik ke arah satu sosok yang lain. Dea baru menyadari, satu sosok itu adalah seorang laki-laki yang sangat ia kenali. Laki-laki yang baru saja ia pukuli di gedung tua tadi.

Sayup-sayup ia mendengar seorang perempuan berbicara. Perempuan itu adalah sosok hantu menyeramkan yang Dea temui tadi.

"Tuan, gadis ini sudah berhasil ku buat ketakutan sampai dia kecelakaan karena sangat takut melihat wujudku."

"Ya," ucap singkat laki-laki itu.

Laki-laki itu menggendong tubuh Dea. Dea hendak memberontak, namun rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya menguras energi. Hingga tak lama, akhirnya Dea pingsan.

Flashback Off

Laki-laki itu melepas paksa lakban di mulut Dea. Hal itu membuat dea menahan perih di sekitar mulutnya karena dilepas paksa dari mulutnya.

"Kasih tau gue. Siapa temen lo yang bokapnya polisi?"

"Buat apa lo tau?" tanya Dea dengan nada tidak bersahabat.

"Lo gaperlu tau. Lo cuma perlu kasih tau."

Dea berdecih mendengar perkataan laki-laki itu. "Gak sudi."

Laki-laki itu tersenyum miring mendengar jawaban Dea. Namun dibalik senyuman miringnya, sebenarnya ada emosi meluap-luap di dalam dirinya. Laki-laki itu merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah benda tajam. Pisau.

Dea membulatkan matanya melihat benda itu. Perasaan takut menghampirinya disaat laki-laki itu mendekatkan pisau ke leher Dea.

"Kasih tau gue."

Bulu kuduk Dea meremang. Dea bingung harus apa. Tidak segera mendapat jawaban dari Dea, dengan cepat laki-laki itu mengarahkan pisaunya lalu mengiris leher Dea dengan pisau itu. Memang tidak terlalu tajam, namun dapat membuat leher Dea terluka.

"Masih gamau kasih tau, hm? Masih mau disiksa ya?"

Dea ketakutan mendengar itu. Dengan terpaksa, Dea memberi tau laki-laki itu.

"Laras. Laras, temen gue yang bokapnya polisi."

Laki-laki itu tersenyum miring mendengarnya. "Good girl."

•••

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang