19. Bima Khawatir.

21 22 4
                                    

Jangan lupa vote! Happy reading.

•••

Hari sudah mulai gelap dan sang fajar pun mulai tenggelam. Seorang laki-laki mencari teman perempuannya sampai keliling kota, ditemani dengan Nathan, Agra teman sekelas Bima, juga ditemani Laras dan Geby teman Livi.

Bima sampai khawatir, ia padahal sudah ditawari untuk beristirahat dan melanjutkan pencarian besok, tapi Bima menolak. Begitu juga dengan Laras dan Geby, sama khawatirnya dengan Bima. Mereka sudah mencoba menghubungi nomor Livi, tapi tak ada jawaban satupun. Kenapa hanya Laras dan Geby? Kenapa Dea tidak ikut? Dea sudah diajak tapi tidak mau, bahkan Dea bilang jika Livi ada di klinik. Tentu saja Laras dan Geby tidak mempercayainya.

"Di klinik mana?" tanya Geby yang sudah sebal karena Dea tidak mau diajak mencari Livi.

"Klinik Sentosa."

"Lo tau darimana kalo Livi disana?"

"Gatau filling aja," jawab Dea dengan santainya yang langsung membuat Laras dan Geby pergi dari rumahnya dengan perasaan sebal. Bahkan mereka membanting pintu rumah Dea saking sebalnya. Dea hanya tersenyum miring melihatnya.

Selain Bima, Laras, dan Geby, Nathan juga khawatir akan kondisi Livi, namun dia lebih mengkhawatirkan Belinda. Nathan takut Belinda sudah pergi. Siapa tahu jika Livi ketemu, Belinda juga masih ada disamping Livi.

Agra teman sekelas Bima, sebenarnya tidak akrab dengan Livi bahkan belum pernah bertemu. Cowok dingin yang tidak pernah bicara banyak itu merasa sebal. Tadi, saat Agra sedang tidur siang dengan nikmatnya, terpaksa bangun karena suara Bima dari luar rumahnya.

Mereka pun mencari Livi kemanapun, termasuk tempat-tempat yang sering dikunjunginya. Namun nihil, Livi sama sekali tidak terlihat.

"Arghh, mana sih tu anak?!" teriak Bima frustasi sambil mengacak rambutnya.

"Gimana kalo kita istirahat dulu? Nanti kita cari lagi," usul Laras.

"Kita pulang sekarang. Gue capek," jawab Agra dengan wajah datarnya.

Bima yang mendengarnya pun menjadi sangat kesal.

"Kita cari sampai ketemu!"

Agra yang mendengar itupun tidak menanggapinya. Suasana hening seketika sampai akhirnya, Geby mengusulkan sesuatu.

"Gimana kalo kita ngecek ke Klinik Sentosa? Siapa tau Livi ada disana. Kata Dea, Livi ada disana. Sebenernya gue gak yakin, tapi coba aja dulu. Kita kan belum kesana."

Laras sedikit terkejut mendengarnya. "Lo percaya sama omongan Dea?"

"Kita coba kesana," ucap Bima yang langsung memakai helm dengan cepat. Disusul oleh Laras, Geby, Agra, dan Nathan yang terbang mengikuti mereka agar tidak tertinggal oleh laju motor mereka.

•••

Bima dan keempat temannya sudah sampai di parkiran Klinik Sentosa. Bima melepas helmnya dengan cepat dan masuk ke klinik tersebut. Baru saja masuk ke klinik, mereka dikejutkan oleh keadaan Livi yang sedikit lemas, kepalanya tertunduk, bibirnya pucat, dan berjalan keluar klinik tersebut. Livi berjalan dibantu oleh seorang wanita paruh baya, yang tak lain adalah Bu Warni dan suaminya. Jangan lupakan Belinda yang berada di belakang Livi.

"Livi!!" Teriak Laras, dan Geby bebarengan. Livi yang mendengar itupun mendongak dan menatap kearah depan. Livi terkejut melihat kehadiran teman-temannya dan satu orang yang tak dia kenal. Tentu saja itu Arga.

Laras dan Geby berlari ke arah Livi dan memeluk temannya itu. Livi pun membalas pelukan mereka.

Disela-sela pelukan mereka Bu Warni pun menanyakan sesuatu. "Kalian berdua temannya Livi?"

Laras dan Geby mengangguk. "Dari pagi saya telpon gak diangkat, Bu. Akhirnya kita cari Livi aja deh," jawab Geby.

"Kalian tau gue di klinik ini darimana?" tanya Livi penasaran.

"Ah ceritanya panjang, yuk kita pulang. Udah malem," ujar Laras sambil menggandeng Livi.

Livi pun tersenyum hangat kearah dua temannya itu.

"Ayo kita pulang."

Baru saja Livi melangkahkan kakinya dan pandangannya menuju kearah depan, Livi dikejutkan oleh keberadaan Bima.

"Livi." Panggil Bima. Livi yang mendengar itu pun memejamkan matanya. Air mata lolos turun ke pipinya.

"Tidak. Bima sudah tidak ada disini," batin Livi sambil mengusap pipinya yang basah karena air mata.

Bu Warni yang melihat itupun sedikit kebingungan. "Nak, ada apa? Kenapa kamu me-"

"Ayo. Kita pulang saja, Bu." Ajak Livi sambil berjalan keluar dan diikuti oleh Bu Warni dan suaminya.

Saat Livi melewati Bima, Livi mendengar suara Bima memanggilnya, namun Livi tidak menggubrisnya. Livi berpura-pura tidak mendengarnya dan tetap berjalan keluar.

Sampailah Livi di samping mobil Bu Warni. Livi, Bu Warni, dan suaminya segera masuk ke dalam mobil.

"Makasih ya udah nyari gue. Gue gapapa, gue pulang dulu ya," ucap Livi tersenyum hangat ke arah Laras dan Geby. Livi berusaha tidak melihat Bima yang berada disamping Laras. Akhirnya mobil itupun berjalan menjauh dari klinik.

Laras, Geby, dan Bima terdiam kebingungan saat melihat tingkah Livi yang tiba-tiba seperti gelisah.

"Kenapa Livi tiba-tiba keliatan gelisah sih?" batin Geby.

"Livi kenapa ya? Kok aneh?" batin Laras.

"Apa dia marah sama gue?" batin Bima.

Lamunan mereka pun buyar karena ucapan Agra. "Sekarang kita pulang, udah ketemu juga tuh anak." ucap Agra sambil berjalan menuju motornya. Laras, Geby dan Bima pun juga memilih untuk segera pulang karena hari sudah pulang.

Jangan tanyakan soal Nathan. Dia daritadi sudah pergi bersama Belinda entah kemana. Dasar bucin!

Namun diantara Laras, Geby, Bima dan Agra, salah satu diantara mereka tidak benar-benar pulang. Dia sangat khawatir dan bingung akan sikap Livi sebelum pulang dari klinik. Dia memutuskan mengikuti Livi kerumahnya tanpa memberi tahu teman-temannya. Dia segera memakai hoodie berwarna navy miliknya itu dan melaju dengan kecepatan sedang. Dia tak berhenti mengeluarkan unek-uneknya sepanjang jalan.

"Udah seharian ngilang. Giliran ketemu, sifat lo ke gue ga kayak biasanya. Aneh. Bisa ga sih lo gausah bikin gue khawatir?"

•••

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang