Jangan lupa follow dan tinggalin vote ya!
•••
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Gadis itu sudah puas memukuli lelaki itu sampai babak belur. Kini, ia melangkah keluar menuruni tangga gedung tersebut. Gadis itu menghampiri motornya dan segera memakai helmnya. Ya, gadis yang sudah menghajar lelaki itu adalah Dea. Dea pun segera pergi dari gedung itu.
Saat memukuli lelaki tadi, Dea mengeluarkan banyak tenaga yang membuat ia sedikit lapar. Dea pun pergi mencari makanan. Waktu sudah malam, warung makan sudah mulai tutup. Dea tidak menemukan warung makan yang masih buka. Kini, Dea menghentikan motornya dipinggir jalan yang sepi. Ia bingung harus mencari makan kemana. Dari pagi tadi, Dea belum memakan apapun. Dea tidak bisa tidur malam ini jika perutnya berbunyi karena kelaparan.
"Dek, kok malem-malem masih diluar?"
Suara perempuan dari belakang badannya membuat Dea terkejut. Dea pun segera menoleh ke arah belakang.
"Buruan pulang, Neng. Gak takut kalo ada setan?" tanya lelaki paruh baya yang berada di samping perempuan tadi. Sepertinya mereka adalah suami istri.
Dea sedikit curiga dengan dua orang didepannya itu. Kedua orang itu semuanya menatap Dea dengan pandangan kosong. Namun kecurigaannya langsung lenyap ketika melihat gerobak yang di dorong oleh kedua orang tadi. Di gerobak itu terdapat tulisan besar. 'Mie Ayam'. Mata Dea langsung berbinar-binar.
"Mie Ayam 1 porsi, Pak! Dipedesin dikit," ucap Dea dengan raut wajah yang langsung ceria.
Kedua orang itu tersenyum ke arah Dea, namun pandangannya masih kosong. "Gak takut kalo ada setan?" tanya lelaki paruh baya tadi.
Dea sedikit tidak menghiraukannya. Dea menjawab dengan candaan. "Enggak, Pak. Sifat saya aja udah kayak setan," ucap Dea dengan sedikit kekehan.
Senyum lelaki paruh baya tadi perlahan memudar, namun pandangannya tetap kosong. Hal itu membuat kecurigaan Dea muncul kembali. Akhirnya, lelaki paruh baya tadi tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan giginya. "Gak takut kalo ada setan?" tanya lelaki paruh baya tadi dengan raut wajah yang tersenyum lebar. Dea terkejut mendengarnya.
"Sudah, Pak. Mari kita buatkan satu porsi mie ayam untuk gadis ini. Dek, silahkan duduk dulu," ucap perempuan tadi sambil menaruh kursi plastik untuk Dea duduk. Itu sedikit membuat Dea tenang.
Dea pun duduk di kursi itu. Sambil menunggu mie ayamnya jadi, Dea memainkan ponselnya.
Ting!
Terpampang notifikasi WhatsApp di ponselnya. Dea pun membaca notifikasi itu.
Laras:
Bima tadi nyari makanan. Kata Bima, dia liat lo lagi nyetir motor ngebut banget. Kemana lo malem-malem? Bukannya ikut jagain Livi malah ngelayap.
Dea sangat malas menjawab chat dari Laras tersebut. Dea berniat akan memotret gerobak mie ayam tadi, agar Laras tau jika dirinya sedang mencari makan. Dea mengarahkan kamera ke gerobak tadi. Alangkah terkejutnya Dea ketika kamera ponselnya tidak memotret gerobak itu. Di kamera, hanya nampak jalanan kosong, seperti tidak ada keberadaan gerobak itu. Padahal jelas-jelas gerobak itu berada di depannya. Beberapa kali Dea mencoba memotret gerobak itu bahkan dia sedikit mendekat ke arah gerobak.
Tetap saja, foto itu hanya menampilkan jalanan kosong seperti tidak ada gerobak. Dea mencoba memotret kedua orang yang berjualan mie ayam tadi, namun yang tertangkap dua pasang mata merah menyala. Dea sangat terkejut. Seketika, bulu kuduknya meremang. Dea merasakan aura yang sangat tidak enak. Lalu tiba-tiba..
"Ini, Dek. Selamat menikmati," ucap perempuan tadi sambil membawa mangkok berisikan mie ayam, membuat Dea sedikit terkejut.
"T-terimakasih," ucap Dea sambil tersenyum. Senyum yang tentu saja sangat dipaksakan. Dea mencoba menetralkan jantungnya. Dea berniat akan membaca doa terlebih dahulu. Dea mulai berdoa sambil memejamkan matanya. Hingga akhirnya, Dea merasakan tangannya dikerubungi oleh sesuatu yang menggeliat. Dea mulai ketakutan. Perlahan, ia membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
Teen FictionHanya menceritakan seorang perempuan yang dipertemukan oleh seorang laki-laki. Livi dan Bima. Keduanya mempunyai kelebihan yang sama, yang tidak dimiliki oleh semua orang. Indigo, mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Livi, mempunyai keluarga...