Happy reading!
•••
Sang fajar sudah mulai naik, pertanda pagi sudah datang. Livi dan Bima yang terlambat bangun pun segera bergegas memasak sop sesuai rencana kemarin saat berbelanja di tukang sayur.
Sebenarnya, jam masih menunjukkan pukul 05.30 dan sangat tidak masalah untuk Bima. Namun menjadi masalah besar untuk Livi yang harus bersiap ke sekolah pun membutuhkan waktu 1 jam lebih. Terlebih lagi, harus memasak yang sangat memakan waktu.
"Bima, tolong ambilin wortel dong. Kemarin gue simpen di kulkas."
"Ah mager."
"Bima! Ini tuh udah jam setengah 6! Harusnya gue mandi jam 5 tadi! Gara-gara lo sih ga bangunin gue! Kita harus masak sop segala! Bisa telat ini!"
"Yaudah sih gausah masak."
"BIMA!!"
"Apa?"
"Oke. Gausah masak!" jawab Livi yang tiba-tiba kembali masuk ke kamar Bima.
"Heh, Vi. Jangan tidur lagi lo!"
Tanpa terdengar jawaban, tiba-tiba Livi membawa tasnya yang berisi barang-barangnya selama di kontrakan Bima.
"Gue mau pulang aja! Makasih!"
Bima hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Alah, paling juga cuma boongan. Dia kan gatau jalan pulang. Dari sini sampe rumahnya aja jauh," batin Bima yang kemudian beranjak untuk mandi.
Selesai mandi, Bima berganti baju seragam dan bersiap pergi ke sekolah. Bima segera mengeluarkan motornya dan memanaskan mesin motornya. Lalu, dengan kecepatan sedang, Bima pergi ke sekolah.
Tunggu sebentar, bagaimana dengan Livi? Astaga, Bima melupakan Livi.
•••
Di lain sisi, Livi sedang menyetir motornya dengan kecepatan tinggi. Livi berhasil mengambil motornya setelah pulang ke rumah naik ojek. Kebetulan, ada tukang ojek yang jam 6 pagi sudah siap mengantar pelanggannya.
Sepanjang jalan, Livi menangis. Hatinya benar-benar hancur. Livi sampai tak sempat memakai parfum dan liptint favoritnya. Yang kini ia butuhkan hanya teman. Belinda pun sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Livi sangat sakit hati mendengar perkataan Bagya, apalagi Kirana.
•••
Tadi saat sampai di halaman rumahnya, Livi bergegas masuk ke dalam rumahnya.
"PILIH AKU ATAU LIVI SI ANAK SIALAN ITU, BAGYA?!" terdengar teriakan dari dalam rumah.
"Assalamualaikum, Pa, Ma."
Kirana dan Bagya terkejut melihat anaknya yang sudah pulang kerumahnya.
"LIVI!" bentak Bagya yang membuat Livi terkejut.
"SUDAH PAPA BILANG LEWAT CHAT WHATSAPP, JANGAN PULANG SEBELUM PAPA SURUH! APA KAMU GA PAHAM HAH?!"
"P-papa tadi kirim chat ke Livi?" tanya Livi yang sudah ketakutan setelah dibentak Bagya.
"PUNYA PONSEL DIPAKE YANG BENER! KALO ORANG TUA KIRIM CHAT ITU DIBACA, LIVI!"
Dengan tangan gemetar, Livi merogoh ponselnya. Dari tadi malam setelah menonton film, Livi tidak membuka ponselnya. Benar saja, Bagya sudah mengirim chat ke nomor Livi.
Papa:
Livi, kamu jangan pulang sebelum papa telepon ya. Papa dan mama lagi ada urusan. Untuk beberapa hari ke depan kamu menginap di rumah Laras atau Geby, terserah. Untuk uang jajan nanti papa transfer.
Livi merasa bersalah karena tidak membaca pesan dari papanya.
"Papa, Livi m-minta maaf. Dari tadi pagi, Livi g-gak buka ponsel, s-soalnya Livi lagi-"
"PAPA GABUTUH ALASAN KAMU! AH! BAJINGAN!"
Deg!
Pertama kalinya seumur hidup Livi, baru kali ini Livi mendengar ayahnya berkata kasar. Dadanya terasa sesak. Livi sudah tidak bisa menahan tangisannya lagi. Perlahan, air matanya jatuh ke pipi mulusnya.
Tangisannya semakin menjadi-jadi ketika Bagya keluar rumah dan terdengar suara mobil Bagya keluar dari bagasi dan melaju meninggalkan rumah.
Perasaan Livi bercampur aduk. Bingung dengan apa yang terjadi, sedih karena Bagya dan Kirana bertengkar, dan marah karena Bagya berani berbicara kasar didepannya.
Livi benar-benar butuh pelukan hangat untuk menenangkannya. Perasaannya mulai sedikit lega ketika melihat Kirana yang menghampirinya. Livi berpikir jika Kirana akan menenangkannya.
"Mama, papa kenapa hiks?" tanya Livi dengan air mata yang masih mengalir.
Livi berharap Kirana memeluknya. Namun bukannya tenang, sekarang hati Livi dalam sekejap hancur berkeping-keping ketika mendengar ucapan Kirana.
"Jangan panggil aku mama. Aku bukan mamamu! Gunakan panggilan 'mama' untuk Lolita ibu jalangmu itu! Ups, mungkin Lolita sudah habis dimakan belatung didalam tanah sana. Kamu layak mati seperti ibumu! Pasti hidupku dengan Bagya akan jauh lebih bahagia tanpamu, anak sialan!"
Setelah mengatakan hal yang tidak pantas itu, Kirana pergi bersama mobilnya. Kini tinggal Livi sendiri yang berada di dalam rumah berwarna putih tulang itu.
"Belinda, gue butuh lo. Lo kemana?" ucap Livi lirih, namun nihil. Tetap tidak ada sosok Belinda dihadapannya.
Livi tak sengaja melirik jam dinding besarnya. Astaga, jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Tanpa mandi, dan bahkan tanpa sedikitpun riasan seperti biasanya, Livi segera memakai seragamnya dan melajukan motornya menuju ke sekolah.
Dapat dipastikan Livi terlambat. Dalam perjalanan, Livi menangis. Mengingat kejadian barusan yang sangat menyakiti hatinya. Livi pun teringat akan satu nama. Siapa Lolita?
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
Teen FictionHanya menceritakan seorang perempuan yang dipertemukan oleh seorang laki-laki. Livi dan Bima. Keduanya mempunyai kelebihan yang sama, yang tidak dimiliki oleh semua orang. Indigo, mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Livi, mempunyai keluarga...