6. Bima Ngeselin!

23 28 4
                                    

Vote dulu yuk, happy reading!

•••

Jam menunjukkan pukul 6.30. Terlihat, Livi sedang berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya dengan raut wajah terlihat marah dan kesal. Jangan lupakan Belinda yang sedikit tertinggal karena mengikuti Livi.

"Livi, pelan-pelan jalannya. Aku ketinggalan. Tenang dulu. Kemarin Nathan gak apa-apain aku kok." ucap Belinda yang berusaha mengimbangi langkah Livi yang begitu cepat.

Livi yang mendengar itu tetap tidak menggubrisnya. Livi tetap berjalan menuju kelasnya.

Brak!

Sesampainya di kelas Livi menjatuhkan paksa tas sekolahnya yang berisi buku-buku tebal ke kursinya, membuat suara gebrakan antara tas dan kursi terdengar cukup keras. Siswa yang ada di kelas itupun kaget dan menengok ke arah Livi. Karena hari ini baru hari kedua Livi masuk ke sekolah, Livi belum mengenal semua siswa yang ada di kelasnya. Namun ada beberapa yang sudah mulai akrab berbincang dengan Livi.

"Lo kenapa, Vi?" tanya seorang perempuan yang diketahui bernama Laras. Laras tak sendiri. Ia bersama 2 temannya yang lain. 2 temannya itu bernama Geby dan Dea. Livi, Laras, Geby, dan Dea, sudah saling mengenal karena sebelumnya mereka di SMP yang sama.

"Lo pada tau ketua osis sialan yang namanya Bima?" tanya Livi dengan nada marahnya.

"Ketua osis? YANG GANTENG ITU? GILA! UDAH GANTENG, PINTER LAGI. TADI GUE LIAT LOH DIA DI KANTIN. DIA LAGI MAKAN BAKSO. KAYAKNYA BAKSONYA PEDES DEH, DIA KERINGETAN GITU. YAAMPUN! JADI PENGEN GUE NGELAPIN KERINGET-"

Brak!

Teriakan Geby yang heboh seketika terhenti ketika Livi menggebrakkan meja dengan kedua tangannya.

"Owh dikantin ya? Cowok sialan, awas lo." ucap Livi dengan nada lirih namun masih bisa terdengar teman-temannya. Livi yang mengetahui keberadaan Bima pun bergegas pergi kekantin.

"Gausah ikut." peringat Livi kepada teman-temannya, membuat mereka menghentikan langkahnya yang ketahuan akan mengikuti Livi. Setelah mengatakan itu, Livi berlari kecil ke arah kantin dan diikuti oleh Belinda.

•••

"WOY ANJING!"

Livi yang sudah menemukan Bima pun berteriak melampiaskan amarahnya. Bima yang masih menikmati baksonya seperti kata Geby tadi mendadak tersedak bakso. Alhasil bakso terakhir yang ia telan bulat-bulat keluar kembali dan jatuh ke mangkok.

Livi yang melihat Bima tersedak seketika tertawa. Entahlah raut wajah penuh amarahnya hilang kemana. Yang jelas, sudut mata Livi sampai mengeluarkan air mata dan perutnya sedikit sakit karena tertawa berlebihan. Bima yang terlihat batuk-batuk semakin membuat tawa Livi semakin heboh.

Keduanya tak luput dari perhatian siswa-siswa yang ada dikantin dan juga Bu Ani, penjual di kantin SMA Lentera Bangsa. Mereka menatap bingung kedua manusia yang terlihat heboh itu. Yang satunya heboh batuk-batuk, yang satunya lagi heboh tertawa sampai mengeluarkan air mata.

Batuk Bima perlahan mulai reda, namun tawa Livi entah mengapa masih saja terdengar heboh. Bima hanya menatap datar ke arah Livi. Hingga akhirnya, Bima sadar jika Livi dan dirinya ditatap dengan ekspresi bingung oleh Bu Ani dan siswa-siswa yang ada di kantin. Bima yang malu segera membayar pesanan baksonya ke Bu Ani dan menyeret Livi dengan paksa menuju ke luar kantin.

•••

"HAHAHAHAH!! BAKSO LO! ANJIR. HAHAHAHA!"

Tawa Livi entah kenapa masih belum reda, padahal Bima sudah menyeret Livi ke belakang sekolah. Bima benar-benar merasa malu. Bima yang terkenal dingin, cuek, dan tampan ketahuan tersedak bakso sampai baksonya keluar kembali dari mulutnya. Pasti ekspresinya saat tersedak sangat konyol dan sangat memalukan. Parahnya lagi, kejadian memalukan tersebut dilihat oleh seisi kantin. Pasti dia akan menjadi pembicaraan hangat siswa-siswa di SMA ini. Bima pun mulai emosi melihat Livi yang tidak berhenti tertawa.

"BISA GAK SIH LO GAUSAH MALU-MALUIN GUE?!"

Ucapan Bima berhasil membuat Livi terdiam. Namun sedetik kemudian Livi pun ikut emosi.

"BISA GAK SIH LO GAUSAH CARI TAU TENTANG GUE?! PAKE ACARA NYURUH NATHAN SEGALA LAGI! KASIHAN NATHAN LO SURUH JADI BABU! DASAR GAK BERPERIKEHANTUAN! DASAR BIMA NGESELIN!" teriak Livi yang membuat Bima merasa sedikit malu karena ketahuan mencari tahu tentang Livi, salah satunya mencari tahu alamat rumah Livi.

"Apaan sih lo? Gue gatau apa-apa. Mungkin itu cuma alasan Nathan aja biar bisa ngapelin hantu belanda temen lo itu,"

Ah! Livi jadi ingat. Nathan mengganggu Belinda sampai Belinda menangis. Livi melihat sekeliling mencari Nathan dan bersiap memarahinya. Namun nihil, sama sekali tidak terlihat dimana Nathan.

"Oh iya! Kemarin hantu sialan lo itu juga gangguin Belinda!"

"Belinda?" heran Bima karena merasa asing dengan nama itu.

"Iya, hantu belanda itu namanya Belinda. Tanya aja sama Belinda, iya kan, Bel? Eh? Bel?"

Livi menengok kebelakang namun Belinda tidak ada di belakangnya. Padahal tadi saat dia masih tertawa, dia sekilas melihat Belinda masih dibelakangnya.

"Loh, mana tu bocah?"

Bima hanya tersenyum miring melihat ekspresi bingung Livi. Dalam hati, sebenarnya Bima mengagumi ekspresi bingung dan polos Livi saat ini yang masih celingukan kesana kemari mencari Belinda. Benar-benar menggemaskan.

Tidak ingin membuat Livi tambah kebingungan, Bima segera menunjuk keatas pohon yang berada tidak jauh darinya.

"Tuh, yang katanya digangguin Nathan sampe nangis" tunjuk Bima ke arah pohon yang membuat Livi mengarahkan pandangannya ke atas pohon yang ditunjuk Bima.

Betapa terkejutnya Livi melihat Nathan dan Belinda mesra-mesraan diatas pohon. Posisi Belinda terlihat tengah menyandarkan kepalanya di pundak Nathan dengan mata terpejam dan bibir tersenyum manis, dan Nathan yang mengelus rambut Belinda juga sesekali mencium rambut Belinda. Padahal baru saja tadi malam, Livi melihat Belinda menangis karena diganggu Nathan? Namun sekarang malah mesra-mesraan. Livi yang tidak pernah melihat Belinda bermesraan dengan hantu laki-laki manapun membuat Livi jijik melihatnya.

"HEH TURUN LO! DASAR BELINDA TAI! MALAH MESRA-MESRAAN LO!"

Belinda yang tadinya memejamkan mata pun membuka matanya karena terkejut mendengar teriakan Livi. Belinda sangat panik namun tetap tidak mau turun dari pohon. Nathan yang melihat itupun berdecak sebal.

"Ck, ganggu aja."

Bima memandangi mereka bertiga, Livi yang sedang berteriak-teriak dibawah pohon, Belinda yang terlihat panik, dan Nathan yang terlihat sebal karena acara mesra-mesraan dengan gadis belanda itu terganggu.

Bel masuk kelas berbunyi. Bima berjalan menuju kelasnya.

"Gak kebayang kalo jadi bini gue pasti hobi ngomel." ucap Bima lirih tanpa sengaja. Bima meninggalkan Livi yang masih berteriak-teriak dibawah pohon. Livi tak sadar jika ada bapak satpam sekolah yang melihat Livi dengan ekspresi bingung.

"Heh kamu! Kenapa tidak masuk kelas?"

•••

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang