Jangan lupa vote, happy reading.
•••
Setelah membaringkan tubuhnya dengan posisi tengkurap, Livi memejamkan matanya, merasakan hatinya yang sakit. Livi berniat tidur, tapi tidak bisa.
"Gimana nasib gue kalo gaada Belinda? Sementara mama papa, bahkan Bima ngejauh dari gue. Laras, Geby, Dea? Bahkan mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing," batin Livi merenungi nasibnya.
Air matanya jatuh kembali, membasahi bantal dibawahnya. Livi merasa tak punya siapa-siapa. Livi sendirian. Livi benar-benar hancur.
Ponselnya dari tadi bergetar karena notifikasi masuk. Ponsel yang ia tinggalkan di kamar, tidak ia bawa saat berbelanja tadi. Tangan Livi yang lemas pun perlahan meraih ponsel yang ada di meja samping kasurnya. Posisi Livi berubah menjadi duduk.
Dibukanya aplikasi WhatsApp nya. Tidak ada notifikasi lain kecuali dari grup WhatsApp yang anggotanya berisi Livi, Laras, Geby, dan Dea. Tumben sekali grup itu rame, seperti sedang membahas sesuatu.
Laras: Besok kita melayat ya. Kata guru-guru setiap kelas dipilih 5 orang untuk ikut melayat. Kita berempat diminta ikut, tambah si Wawan ikut sama kita, jadi udah ada 5 orang dari kelas kita.
Dea: Melayat? Melayat kemana, Ras?
Laras: Kerumah Bima. Bima meninggal karena kecelakaan tadi sore jam setengah 3 an.
Geby: HAH? YANG BENER AJA LO?! BIMA KETUA OSIS GANTENG ITU, MENINGGAL?
Deg!
Jantung Livi seakan berhenti sejenak. Perasaan sakit kembali menyelimuti hatinya. Seluruh tubuhnya lemas tak berdaya.
Pyar!
Dengan spontan Livi membanting ponselnya dengan sangat keras, menyebabkan ponselnya pecah.
Livi berdiri. Livi tiba-tiba mengayunkan tinjuan tangannya ke arah dinding, yang menyebabkan kulit tangannya memerah bahkan sedikit terluka. Tinjuan berkali-kali dengan kerasnya, diiringi oleh tangisan dari matanya. Sesekali kakinya mengayunkan tendangan keras ke arah dinding kamarnya.
Bugh! Bugh!
"ARGHHHHH!!!! BANGSATTT!!!" Teriakan Livi yang nyaring disertai suara pukulan dan tendangan darinya.
Livi melampiaskan amarah dan kesedihannya. Belum puas dengan mengayunkan tinjuan dan tendangan ke dinding, Livi beralih melangkah ke meja riasnya. Berbagai alat make-up dan skincarenya, Livi jatuhkan satu persatu dengan sangat keras, membuat barang-barang itu pecah.
Prang! Pyar!
Barang-barang itu berjatuhan dan pecah. Tak puas sampai disitu, Livi menendang-nendang pecahan dari wadah skincare atau make-up nya yang sudah pecah. Livi juga menginjak-injak pecahan itu dengan keras membuat wadah-wadah itu semakin remuk.
"TUHAAAN!!! KENAPA SEMUA YANG DIDEKET GUE PERGI SEMUA?! KENAPA?! KENAPA GUE GA MATI SEKALIAN, HAH?! KENAPA MEREKA PADA PERGI?! SIALAN!!"
Teriak Livi kembali dengan diiringi derasnya air mata dan keringat dari sekujur tubuhnya yang mengalir membasahi bajunya. Air mata, keringat, air hujan yang masih menempel di tubuh Livi bercampur menjadi satu di tubuh Livi. Perasaan kecewa, marah dan sedih juga menempel di jiwa Livi.
Salah satu rahasia Livi yang orang-orang tidak tahu dan hanya Belinda yang tahu adalah, Livi suka membanting, memukul, dan menendang barang-barang atau benda mati disekitarnya saat dia marah, kecewa, sedih, atau bahkan hancur seperti sekarang ini. Livi merasa itu membuatnya puas.
Livi pernah mencoba melampiaskan emosinya dengan menyakiti dirinya sendiri. Livi pernah mencoba mengiris pergelangan tangannya menggunakan pisau, tapi itu kurang memuaskan Livi dalam hal melampiaskan emosi.
Setelah melampiaskan emosinya di kamar, Livi merasa sangat lelah, baik raga maupun batin. Livi pun menjatuhkan badannya di kasur dan tiba-tiba pandangannya kabur dan menggelap. Livi tertidur karena kelelahan.
Kondisinya benar-benar tidak baik. Sekujur tubuh yang basah, wajah dan bibir yang pucat, kantung mata yang hitam, rambut acak-acakan dan tangan yang memerah akibat pukulan yang Livi layangkan ke tembok.
Tak lama kemudian, Belinda datang mengintip dari jendela kamar Livi yang terbuka. Livi lupa untuk menutup gordennya. Belinda tidak tahu apa yang terjadi dengan Livi kenapa seburuk itu keadaannya. Belinda pun pergi ke ayunan depan rumah dan duduk disana.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
Teen FictionHanya menceritakan seorang perempuan yang dipertemukan oleh seorang laki-laki. Livi dan Bima. Keduanya mempunyai kelebihan yang sama, yang tidak dimiliki oleh semua orang. Indigo, mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Livi, mempunyai keluarga...