10. Menginap.

23 28 0
                                    

Happy reading!

•••

Setelah sekitar 15 menit perjalanan, Livi turun dari motor dan disusul oleh Bima. Mereka sudah samping di kontrakan Bima.

"Vi, bisa minta tolong ga? Lo bawain itu, plastik putih yang isi cemilan itu. Gue gabisa kalo pegang dua-duanya. Gue mau buka pintu dulu."

"Owh iya-iya gue bawain."

Baru saja akan masuk ke kontrakan Bima, mereka berdua dikejutkan dengan keberadaan Nathan dan Belinda yang sedang duduk di sofa. Sama halnya seperti Nathan dan Belinda yang terkejut melihat Bima dan Livi datang ke kontrakan.

"Eh, Livi. Kok bisa kesini? Hehe," ucap Belinda sedikit canggung dan takut Livi marah.

"Emang lo doang yang bisa kesini, hah?" jawab Livi dengan nada sinisnya. Mendengar itu, Belinda tertunduk. Belinda jadi merasa bersalah.

"Lo jangan gitu ke Belinda dong! Orang dia cuma main kesini," bela Nathan.

"Udah-udah. Apaan sih kalian. Eh Livi, lo ganti baju dulu sana. Kamar gue cuma disitu, lurus aja nanti disamping kulkas ada pintu. Buka aja, itu kamar gue." ucap Bima yang sedang sibuk mengeluarkan cemilan ke meja.

"Oke!" jawab Livi yang segera berjalan mencari kamar Bima.

•••

"Ini kali ya?" batin Livi melihat pintu disamping kulkas seperti kata Bima tadi.

Livi perlahan masuk dan melihat kamar Bima yang berwarna biru langit. Di dalam kamarnya terdapat kasur yang lumayan lebar dengan sprei bermotif catur dengan warna hitam putih. Disamping kanan kasur, ada lemari plastik warna biru. Lalu, disamping kiri kasur terdapat meja dan kursi. Diatas meja terdapat beberapa buku pelajaran, lampu belajar, beberapa alat tulis, beberapa buku tulis dan ada rak kecil yang terisi buku-buku novel.

Setelah melihat-lihat isi kamar Bima, Livi segera mengganti seragamnya dengan piyama yang dibelikan Bima. Setelah dilihat-lihat, ternyata benar kata Bima. Livi lebih cocok menggunakan piyama ungu bermotif kelinci. Lebih terlihat imut. Tak lupa, Livi menggunakan jedai berwarna hitam. Setelah selesai, Livi segera keluar dari kamar Bima.

Bima terlihat sedang berbincang dengan Nathan. Disamping Nathan ada Belinda yang duduk di sofa.

"Eh pada ngobrol ga ngajak-ngajak gue."

"Diem, Livi. Kamu ga diajak," jawab Belinda dengan santainya.

"Awas lo! Gausah pulang kerumah!"

"Eh Livi, jangan begitu. M-maaf."

"Bodoamat!"

Bima dan Nathan yang melihat tingkah dua perempuan didepannya pun tertawa.

Ting!

Ponsel Livi berbunyi. Ada pesan masuk dari aplikasi WhatsApp nya.

                                          Papa🖤

Livi, jangan pulang kerumah dulu ya, Nak. Bi Imah lagi pulang kampung. Papa sama Mama kayaknya gak pulang deh. Dari pagi urusan kantor belum kelar. Kamu nginep dirumah temen kamu aja. Laras atau Geby terserah. Jangan lupa makan ya, Nak.

Livi hanya tersenyum getir melihat chat dari papanya. 'Dari pagi urusan kantor belum kelar' apanya? Padahal tadi, Livi mendengar suara ricuh dari dalam rumahnya yang dipastikan adalah suara kedua orangtuanya.

"Bullshit." ucap Livi dengan senyum getirnya sambil matanya memandangi handphonenya.

Bima yang mengetahui ada yang tidak beres pun segera merebut handphone Livi. Livi tidak merebutnya kembali. Livi membiarkan Bima mengetahui apa yang barusan Livi baca.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang