Jangan lupa vote follownya bestie!
•••
Livi menelpon Ayah Dea, berharap Ayah Dea bisa membantu mencari Dea yang hilang.
"T-tapi, Om, Dea hilang. Lihat foto yang dikirim orang misterius itu. Itu Dea, Om. Dea lagi ga baik-baik aja. Badannya berdarah-darah."
"Ya sudah, cari Dea sampai ketemu. Om lagi sibuk kerja."
Tut! Tut!
Telepon dimatikan sepihak. Livi menghela napas, ia tidak menyangka dengan pola pikir Ayah Dea yang tidak berubah. Selalu mementingkan pekerjaan. Tunggu, bukankah orang tua Livi juga begitu?
"Gimana, Vi?"
Lamunan Livi buyar ketika mendengar suara Geby. "Tetep ga peduli, kayak biasanya."
Laras mengambil ponsel Agra dan melihat foto Dea tersebut. Keadaannya benar-benar mengenaskan.
"Gimana kalo minta bantuan bokap gue?" usul Laras yang membuat mereka semua menatap kearah Laras.
"Kenapa harus minta tolong sama bokap lo?" tanya Agra.
"Bokap dia polisi, siapa tau bisa bantu cari, Gra," ucap Livi. Agra pun manggut-manggut tanda mengerti. "Boleh, siapa tau bokap lo bisa bantu, Ras."
"Mungkin bokap gue sekarang ga dirumah, nanti kalo udah dirumah gue bakal cerita tentang masalah ini. Agra, kirim foto itu ke nomor gue," ucap Laras.
Agra pun segera mengirim foto itu namun dia masih sedikit ngeri melihat foto itu.
"Terus gimana kita sekarang? Apa kita bakalan diem aja?" tanya Bima.
"Ya mau gimana lagi," ucap Agra.
"Belinda sekarang lagi disini bareng kita-kita ga, Vi?" tanya Geby yang langsung dianggukki oleh Livi.
"Siapa tau hantu kayak Belinda bisa tau dimana Dea sekarang dan bisa bantu kita Vi. Coba tanyain."
Pandangan Livi pun berpindah ke arah Belinda. Belinda pun menghela napasnya. "Asal kalian tau, dari tadi aku udah coba. Biasanya aku bisa tau dimana keberadaan seseorang, tapi untuk yang kali ini susah, dari tadi gabisa, Livi."
Livi menganggukan kepalanya pelan. "Kata Belinda, dia dari tadi udah coba, biasanya bisa tapi kali ini susah."
Geby menghela napasnya. Pandangannya kini beralih ke Bima. "Lo indigo juga kan? Temen setan lo itu bisa bantu kita ga? Kalo bisa kan-"
Ucapan Geby terpotong saat dirinya merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya. Geby bingung apa yang terjadi karena tiba-tiba dia merasakan hawa dingin yang sangat tidak menyenangkan. Kipas angin pun tidak dinyalakan. Saking dinginnya, Geby sampai tidak kuat untuk berbicara. Rasanya dia akan beku sekarang juga. Namun anehnya, hawa dingin itu hanya dirasakan oleh Geby, sementara yang lainnya tidak merasakannya.
"Udah, Nathan," ucap Bima memandang kearah lain.
Seketika, Geby dapat bernapas lega dan merasakan hangatnya sinar matahari pagi.
"Nathan marah kalo lo panggil dia pake sebutan setan," ujar Bima.
Geby meringis, ia merasa bersalah dan takut jika Nathan marah lagi. "Walaupun gue gabisa liat lo, tapi gue minta maaf ya."
Nathan yang mendengar itu mendengus kesal. Pandangannya beralih ke Bima. "Bim, gue juga gabisa. Sama kayak Belinda. Emang aneh, biasanya bisa tapi kali ini susah," ujar Nathan yang dianggukki oleh Bima.
"Kata Nathan, sama kayak Belinda. Susah," ucap Bima yang membuat mereka semua tidak memiliki harapan lagi.
Dari balik jendela dapur, seseorang mengintip dan mendengarkan pembicaraan mereka dari awal.
"Usaha yang bagus."
•••
Setelah membantu Livi memasak dan membersihkan rumah, Bima dan Agra berpamitan pulang. Terlebih Agra yang sudah menyeret-nyeret tangan Bima seperti anak kecil yang minta pulang.
"Ayo pulang. Mami gue udah nelponin gue. Liat nih, udah sampe 53 kali njir."
"Dasar Agra anak mami!" seru Laras dengan kekehannya.
Ucapan Laras membuat Agra malu. Pipinya memerah.
"Cepet pulang Bim!" bisik Agra.
Bima menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya itu. Bima pun menghampiri Livi. "Pulang dulu ya," ucap Bima diiringi senyuman manis dan tangannya yang membelai pundak kepala Livi.
"WAHHH LIVI!!"
"GUE UDAH PINGSAN SIH JADI LO!!"
"BIMA TEMEN GUE BISA ROMANTIS JUGA HAHA!!"
Teriakan heboh dari teman-temannya membuat Livi tersipu malu. Mereka yang hanya melihat kejadiannya saja ikut baper, apalagi Livi. Sampai-sampai Belinda pun bertepuk tangan dan melompat-lompat kegirangan melihat Livi yang malu seperti itu. Nathan yang melihat itu tersenyum gemas. "Mau kayak Bima sama Livi, hm?"
Belinda yang tadinya kegirangan sontak menghentikan tepukan tangan dan lompatannya. Belinda mendadak malu, tanpa ia sadari pipinya juga memerah. Nathan semakin gemas melihatnya, ia mencubit pelan pipi Belinda. "Gemes banget pacarku. Kita kan setiap hari juga mesra-mesraan kayak Bima sama Livi. Iya kan, Sayang?"
Belinda tak tahan lagi. Memang kebiasaan jika Belinda malu atau ketakutan pasti akan menghilang. Ya, seperti saat ini, Belinda langsung menghilang. Nathan yang melihat tingkah Belinda pun tertawa kecil. Nathan membiarkan Belinda pergi, ia tau perbuatannya membuat waja Belinda memanas. Nathan sudah terbiasa dengan itu, dan tidak sampai satu jam dapat dipastikan Belinda muncul kembali ke hadapannya.
Bima dan Agra pun berjalan keluar dari rumah Livi dan disusul oleh Nathan. Ketika hendak membuka pintu depan rumah Livi, tiba-tiba pintu tidak terbuka sempurna, seperti ada yang menghalangi.
"Ada kotak, Bim," ujar Agra yang membuat Bima penasaran.
"Mungkin paket buat Livi, Bim."
Bima pun menganggukkan kepalanya, ia mengangkat kotak itu dan berjalan masuk kembali kedalam rumah.
"Livi, ini ada paket buat lo."
Livi yang mendengar itupun menoleh ke arah Bima. "Tapi gue gak pesen barang apapun."
Bima pun merasa curiga, ia pun segera membuka kotak itu. Didalamnya terdapat kalung liontin yang amat cantik.
Disamping kalung tersebut terdapat kertas berisi tulisan tangan yang rapi.
Kalung buat Livi. Kalau kamu yang pakai, pasti bakalan cocok dan pasti bikin kamu tambah cantik!
Dari Papa Bagya untuk Livi, anak Papa tercinta.
Livi tersenyum membacanya, hingga tak sadar ada seseorang mengintip dari balik pintu depan yang lupa tidak ditutup oleh Bima.
"Asal lo tau, kalung itu bukan dari Papa lo. Dari gue, orang yang sering lo peluk sebelum lo hilang ingatan."
•••
Hayo, siapa yang kasih kalung liontinnya? Ada yang bisa tebak? Btw, mau dibikinin part khusus tentang Dea?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
Teen FictionHanya menceritakan seorang perempuan yang dipertemukan oleh seorang laki-laki. Livi dan Bima. Keduanya mempunyai kelebihan yang sama, yang tidak dimiliki oleh semua orang. Indigo, mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Livi, mempunyai keluarga...