Part 01
Di depan sebuah sekolah dasar, seorang wanita tengah berdiri sembari menatap suasana di sana dengan mata meneliti dan memerhatikan. Tangannya menyilang dengan punggung tegap penuh percaya diri, sedangkan di sampingnya ada beberapa bawahannya yang turut ikut menemaninya selama di sana.
Wanita itu sendiri bernama Dayana, seorang CEO yang ingin mensurvei langsung lokasi tanah yang akan ia beli. Seperti yang Dayana tahu, tanah itu digunakan sebagai tempat pembelajaran atau sekolah dasar. Namun, ia sama sekali tidak peduli karena tanah tersebut sudah ditawarkan pemiliknya sendiri kepadanya.
Rencananya, Dayana akan membangun sebuah tempat yang khusus menjual produk-produknya, yang banyak di antaranya adalah alat-alat rumah tangga. Dayana sendiri sudah memiliki banyak cabang untuk tempat-tempat usahanya tersebut, dan sekarang ia ingin menambahnya lagi.
"Jadi ini tempatnya?" tanyanya ke para bawahannya.
"Iya, Bu. Bila dilihat dari suasananya, tempat ini cukup strategis kan? Karena berada di pinggir jalan raya dan juga dekat dengan tempat hiburan kota."
"Iya, Bu. Pasti banyak orang yang mampir setelah pulang liburan, otomatis penjualan juga akan meningkat, dan saya sangat yakin tempat Anda ini pasti juga akan sukses seperti di cabang Anda yang di lain."
Mendengar ucapan para karyawannya, Dayana mengangguk paham dan tentu saja langsung merasa setuju karena apa yang mereka katakan itu sangat benar. Kalau ia berhasil membelinya, otomatis ia akan mengulang keberhasilan yang sama seperti di cabang-cabang sebelumnya.
"Oke, saya akan membelinya. Jadi kapan kita bisa bertemu dengan pemiliknya untuk kesepakatan?" tanya Dayana ke arah mereka.
"Secepatnya, Bu."
"Oke, kalau begitu kita kembali ke kantor sekarang."
"Baik, Bu."
***
Di sisi lainnya, tepatnya di dalam sekolah dasar yang baru saja dilihat wanita tersebut, seorang guru masuk ke ruangan di mana teman-teman seperjuangannya juga ada di sana. Namun ekspresi wajahnya tampak muram, seolah ada yang sedang lelaki itu pikirkan.
"Ada apa, Pak? Kok kelihatannya Anda sedang bersedih? Apa Anda ada masalah?" Seorang guru muda bertanya dengan nada kelembutan, seperti biasa bibirnya selalu tersenyum tipis, itu lah kenapa ia dikenal sebagai guru yang paling ramah.
"Sepertinya rumor itu benar," jawab lelaki itu sembari menatap teman-temannya yang lain, yang tampak kebingungan dengan maksud dari ucapannya.
"Rumor tentang apa, Pak?"
"Rumor kalau tanah sekolah ini akan dijual sama pemiliknya." Mendengar itu, guru muda yang bernama Arya itu terkejut begitupun dengan guru-guru yang lain.
"Kenapa Anda bisa seyakin itu, Pak? Memangnya Anda mendengarnya dari siapa?" tanya Arya memastikan, sebagai seorang guru yang sudah berjuang di sekolah tersebut, tentu saja ia tidak bisa mempercayai hal itu begitu saja.
"Tadi saya melihat ada beberapa orang yang sedang mensurvei sekolah kita, Pak. Saya juga sempat mendengar kalau mereka itu setuju untuk membeli tanah sekolah ini," jawabnya terdengar resah.
"Tapi bukannya tanah ini sudah diwakafkan ya, Pak? Seharusnya tidak boleh dijual, apalagi ini sudah menjadi sekolah tempat anak-anak belajar."
"Iya, saya tahu itu. Tapi masalahnya, pemilik yang mewakafkan itu sudah meninggal dan sekarang anaknya ingin menjual tanah sekolah ini, Pak."
Arya seketika terdiam tak percaya, ia tak menyangka bila sekolah tempatnya mengajar ini akan bermasalah. Sebagai seorang guru, tentu saja ia merasa kasihan pada anak-anak didiknya. Terlebih lagi mereka juga bukan berasal dari keluarga mampu, bila sekolah ini dihancurkan, otomatis murid-muridnya harus keluar atau pindah sekolah. Namun kenyataannya di kota ini, hanya sekolah ini lah yang paling murah atau bisa dikatakan tidak ada biaya sama sekali alias gratis.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Contract Husband (Completed)
RomanceDemi keinginannya memiliki seorang anak, Dayana harus menjalani pernikahan kontrak dengan Arya, seorang guru SD yang tentu tidak bisa dikatakan mapan. Namun karena wajahnya yang tampan dan juga prestasinya yang lumayan, Dayana memilih lelaki itu un...