BAB 10: Tessa

23 10 10
                                    

Saat ini kami di bawah ke sebuah gedung yang tidak jauh dari tempat kak Inan menangkap kami. Aku kira kami akan di masukan ke ruangan yang lebih parah dari ruang bawah tanah gedung tahap akhir namun aku salah. Saat ini kami di bawah ke sebuah gedung berlantai tiga yang merupakan sebuah kantor dengan banyak penjaga berbadan besar berlalu-lalang didalamnya. Kami di bawah menaiki lift menuju lantai 3, saat pintu terbuka aku tercengang dengan keadaan ruangan di lantai 3 ini. Kami di sambut seperti seorang pahlawan yang telah berhasil menyelesaikan misi yang di berikan. Tepukan tangan meriah dan raut wajah bangga dari setiap penjaga berbadan kekar memenuhi ruangan di lantai 3.

"Selamat datang di Light High School dan Light Corporation."

Aku memperhatikan seorang pria paruh baya dengan stelan jas mahal yang terlihat modis dan sangat berwibawa menyambut kami dengan senyum manis di bibirnya. Ia lalu mendekat ke arah kami dan menjabat tangan kami satu per satu. Matanya menatap kami dengan tatapan bangga. Apa yang dibanggakan dari kaburnya kami? Apa yang sedang mereka bangga-banggakan?

"Kalian adalah murid baru ke tiga yang berhasil keluar dari gedung tahap awal. Banyak murid baru yang masuk ke gedung itu, namun hanya pasrah disiksa hingga waktu mereka di gedung itu habis." ucapnya terlihat bangga dengan apa yang kami lakukan.

"Murid baru ke tiga?" Tanya Rara terlihat penasaran.

"Ia. Dari awal dibangunnya sekolah ini hanya ada dua kelompok murid baru yang berhasil keluar dari gedung tahap awal dengan cara yang membuat kami kagum. Kami memanfaatkan cara mereka kabur sebagai koreksi akan sistem keamanan gedung kami, hal itu membuat banyaknya murid baru hanya pasrah terhadap gedung tahap awal. Namun, saat melihat cara kalian kabur, kami mendapatkan satu koreksi lagi yaitu bukan hanya sistem yang harus di perketat tapi para penjaga yang harus di tempa lagi," Jelas pria itu panjang lebar.

"Kenapa harus di perketat dan dibangun seperti penjara untuk para kriminal tingkat tinggi? Kami hanyalah murid SMA yang melakukan kesalahan bukan kriminal," protes Rara.

"Terkadang murid SMA seperti kalian adalah cikal bakal seorang kriminal. Saya bangga dengan orang tua kalian karena memilih memasukan kalian disini dari pada membiarkan kalian berada di luar sana, dimana kalian akan dibentuk di bawah tekanan dan lingkungan yang salah. Hal-hal seperti itu akan menciptakan para kriminal yang akhirnya hanya menciptakan keresahan di masyarakat."

Aku menatap tajam pria paruh baya itu. Sepertinya dia terlalu banyak menonton film yang membuat khayalannya menjadi-jadi. Gedung tahap awal yang ia ciptakan itu seharusnya ia masukan para kriminal yang belum pernah merasakan penjara agar mereka jera menjadi seorang kriminal bukan murid SMA seperti kami yang terdidik dan tahu batasan-batasan dari kenakalan kami. Murid SMA seperti kami lebih pantas dimasukkan ke dalam pesantren atau biara karena kami akan dididik secara agama bukan secara logika manusia. "Apa fungsi gedung itu?" Tanyaku penasaran dengan sistemnya.

"Good question. Gedung itu membantu menyadarkan kalian dari segala permasalahan yang telah kalian sebabkan. Kalian hanya dua hari, emm... Bukan dua hari tapi satu stengah hari di gedung itu, jadi kalian belum mampu memahami gedung itu."

Aku mengerutkan kening bingung dengan apa yang di maksud dengan pria itu.
"Apakah kamu ingin kami merasakan tidak enaknya penjara agar kami berpikir ulang jika ingin menjadi seorang kriminal?"

Aku menatap raut pria itu yang terlihat kagum dengan pertanyaanku. Ia memberikanku tepukan tangan lalu merangkul ku. Aku melepaskan tangannya dariku dan menjauh darinya.

"Kamu sangat luar biasa. Kamu bahkan tidak butuh waktu satu minggu untuk mengerti akan hal itu," kagumnya.

Apa yang susah untuk dimengerti? Sejak awal tulisan di ruang tengah sudah membuat ku mengerti.

"Remaja seperti kalian akan susah untuk dinasehati jika tidak merasakan langsung. Untuk itu kami menciptakan sistem pendidikan tahap satu yaitu gedung tahap awal. Kami memasukkan kalian kesana agar kalian merasakan bagaimana sengsaranya hidup dipenjara."

"Tidak semua pembangkangan dan pembuat onar seperti kami akan berakhir sebagai seorang kriminal. Kelakuan kami saat ini hanyalah proses dari pendewasaan kami," ucap Adam.

"Hal-hal yang kalian lakukan, yang kalian sebut sebagai proses pendewasaan adalah suatu kesalahan dimana kesalahan itu harus segera diperbaiki sebelum terlambat," ucap pria itu melangkah mendekati sofa lalu duduk di single sofa berwarna merah yang berada di ruangan itu. "Setidaknya jika itu bukan hukuman penjara, kalian harus pertimbangkan hukuman di akhir hidupmu."

"Itu adalah urusan setiap pribadi dengan Tuhannya," bantah Sarah.

Pria itu tertawa kecil menunjukkan barisan giginya yang terlihat rapi. "Kalian adalah remaja yang kritis namun tetap mempertahankan sikap buruk kalian. Aku harap sistem pendidikan kami dapat membantu kalian menemukan cara yang benar untuk menemukan jati diri kalian yang sebenarnya."

"Apakah kamu ketua yayasan?" Tanyaku penasaran. Sejak tadi aku sudah penasaran apakah pria paruh baya ini adalah ketua yayasan yang telah menciptakan semua sistem ini?

"Bukan. Aku adalah kepala sekolah kalian. Tidak semua orang bisa menemui ketua yayasan jika bukan sesuatu hal yang penting. Bahkan mereka semua disini belum pernah menemui ketua yayasan kecuali saya dan inan. Mungkin kalian juga bisa menemui ketua yayasan jika kalian melakukan hal yang luar biasa untuknya," jawabnya panjang lebar.

"Apakah disini tidak hanya sebuah sekolah tapi juga sebuah perusahaan?" Tanya Franklin.

Aku bingung kenapa Franklin menanyakan hal itu disaat kami sedang memperdebatkan tentang sistem pendidikan yang dibuat oleh sekolah ini.

"Tadi, saat kami masuk, bapak tidak hanya mengucapkan selamat datang di Light High School tapi juga selamat datang di Light Corporation." Tambah Franklin.

"Benar sekali. Tapi ini hanyalah cabang perusahaan dari Light Corporation. Kenapa saya mengucapkan selamat datang di Light Corporation? karena kalian telah lolos ujian satu masuk ke perusahaan Light Corporation. Setelah kalian tamat dari Light High School, kalian tidak hanya diberikan beasiswa keluar negeri tapi juga pelatihan khusus untuk bekerja di perusahaan IT terbesar di Indonesia, Light Corporation."

Kami semua tercengang dengan ucapan pria itu. Masuk ke sebuah perusahaan IT bukanlah hal yang mudah apa lagi perusahaan IT dari Light Corporation bukanlah perusahaan kecil. Mengingat mereka telah menciptakan banyak hal yang membantu memudahkan pekerjaan manusia. Namun dari semua itu yang ingin ku pertanyakan adalah, apa hubungan kaburnya kami dengan Light Corporation yang merupakan perusahaan IT.

"Inan, bawah mereka ke asrama dan siapkan semua yang mereka butuhkan. Mereka telah sah menjadi murid Light High School dan pantas mendapatkan pelayanan yang mereka butuhkan." Perintah pria itu.

"Selamat datang di Light High School. Mari ikut saya." Ucap kak Inan santun.

"Kamu semakin pucat, Tess. Kamu tidak apa-apa?" Tanya Rara terlihat khawatir.

Aku menggeleng. Aku merasakan tubuhku tiba-tiba saja menjadi lemah.

"Kak inan, tolong bawakan dokter untuk Tessa,"

Mendengar ucapan Adam, rasa sakit di perutku yang sejak tadi teralihkan tiba-tiba kembali muncul dan rasanya lebih sakit. Aku memperhatikan sekitar ku yang tiba-tiba terlihat kabur dan semuanya berubah menjadi putih. Tubuhku menjadi lemas dan aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku sendiri dan...

To be continue...

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang