"kita harus waspada terhadap Sarah dan Dara. Sejak dari dalam lobi Panthera, dua orang itu punya gelagat yang sangat mencurigakan." Peringat ku kepada Franklin, Adam, dan Rara.
Kami semua memperhatikan Sarah dan Rara yang tengah sibuk mengamati materi yang disampaikan tentang table manner. Keduanya terlihat tenang dan sesekali keduanya tersenyum lebar tanpa perlu mengobrol ketika mata mereka bertemu. Mereka seperti punya sesuatu yang mereka tunggu untuk terjadi nanti dan mereka sudah tidak sabar untuk menanti itu. Apa yang membuat mereka begitu bersemangat?
Sejak pagi Sarah sama sekali tidak berbicara kepada aku dan Rara. Ia hanya terus menerus memberikan tatapan penuh kebencian kepada kami. Bukan, bukan kepada kami tapi cuman aku. Sejak awal Sarah memang selalu menatap ku dengan tatapan penuh kebencian namun ini suatu kebencian yang begitu besar. Apa yang telah Dara lakukan kepada Sarah?
Saat di lobi Panthera, mata ku bertemu dengan tatapan mata dara dan perempuan itu tersenyum penuh kelicikan sama seperti terakhir kali ia memberikan pernyataan palsu di kepolisian. Senyum itu adalah senyum penuh kelicikan dan keyakinan bahwa dia akan menang namun, aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi.
Aku kembali memperhatikan Sarah dan Dara dan sialnya dua orang itu tengah menatap kami seperti harimau yang sedang menatap mangsanya. Tangan Sarah mengambil pisau makan di samping piringnya lalu menusuk sosis bakar di atas piringnya dengan kasar seolah-olah dia sedang membunuh seseorang. Sementara Dara menarik garis datar di lehernya dengan gerakan kecil di mulutnya yang dapat aku baca 'Mati'
Rara tertawa mengejek ke arah mereka lalu memperagakan orang yang sedang ingin muntah lalu menunjuk jari jempolnya yang kemudian berputar hingga posisinya di bawah.
"Mereka kira kita anak kecil yang bisa ditakuti dengan hal-hal seperti itu," kesal Adam.
"Kalian 'kan memang anak kecil," ucap Franklin "emm, maksud aku, kita." Ralat Franklin cepat dengan gelagat yang aneh.
Aku memperhatikan Franklin yang terlihat seperti mempunyai dua kepribadian. Disaat kami berada dalam bahaya Franklin berubah menjadi laki-laki maco yang siap melindungi. Dan disaat kami tidak dalam bahaya Franklin berubah menjadi laki-laki lemah lembut yang mempunyai tingkah-laku lebay dan gayanya yang terlalu perempuan.
"Kita anak kecil yang punya perilaku dan kepribadian dewasa. Umur boleh kecil tapi tidak dengan sikap. Ingat, dewasa tidak ditentukan dari umur." Rara dan Adam mengangguk setuju dengan ucapanku.
"Jika nanti mereka melakukan sesuatu yang fatal yang mengakibatkan kita kehilangan bintang, maka yang perlu kita lakukan adalah mengikuti alur yang mereka inginkan," saran Franklin.
Aku mengangguk setuju dengan saran Franklin. "Melawan kehilangan bintang, mengalah kehilangan harga diri. Seperti itulah yang akan kita hadapi nanti."
"Persetan dengan harga diri, aku lebih takut dengan ruang pengadilan berpintu merah itu." Ucap Rara memasukan potongan sandwich ke dalam mulutnya.
"Bisakah aku mendapatkan perhatian kalian sepenuhnya?" Tanya seorang guru di depan kelas yang terlihat putus asa menatap kami semua.
Semua orang memperhatikannya sesaat lalu kembali sibuk dengan makanan di sampingnya dan tidak memperdulikannya.
"Sungguh membosankan saat makan pun harus mendapatkan pelajaran," komentarku.
"Benar sekali. Makan ya tinggal makan. Kenapa harus pake tata cara segala! Sungguh menyebalkan!" Kesal Franklin.
...
Saat ini aku dan teman-teman yang lain sudah berada di dalam kelas 10 menit sebelum sesi meringkas di mulai. Aku duduk disamping Lexie yang selalu sibuk dengan buku-buku mata pelajaran hari ini. Aku memperhatikannya yang selalu fokus sampai secarik kertas diberikan Lexie kepada ku secara sembunyi-sembunyi.
'Ada hal penting yang harus kita bicarakan'
"Tolong diubah tulisannya," bisik Lexie.
Aku mengangguk setuju lalu mengubah tulisan itu menjadi kalian baru yang terlihat aneh untuk dimengerti. 'adalah penting uang harus kita Dicarikan'
"Bagaimana caranya?" Tanyaku.
Lexie mengambil kembali kertas yang ia berikan lalu menulis di atasnya lagi. Setelah menulis ia memberikannya lagi kepadaku.
'sesudah makan malam, di belakang kantin asrama'
Setelah aku membaca itu aku kembali mengubah kalimat itu menjadi kalimat yang baru lalu memasukan kertas itu ke dalam saku blazer ku. Lexie memperhatikan ku ketika aku berdiri dari tempat dudukku, aku tersenyum ke arahnya lalu melangkah kebelakang dan masuk ke toilet perempuan yang berada di dalam kelas. Setiap kelas di sekolah ini selain dilengkapi dengan fasilitas mewah, semua kelas juga mempunyai toilet sendiri yang terdiri dari toilet pria dan wanita.
Aku membuang kertas itu ke dalam toilet lalu menekan tombol, menghilangkan bukti itu. Setelah memastikan kertas itu hilang aku segera keluar dari dalam bilik toilet dan mencuci tanganku.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Rara penuh selidik.
"Aku baru selesai buang air kecil. Sarah sudah datang?" Tanyaku memperhatikan wajahku di cermin.
"Belum. Sepertinya dia masih betah berada di lantai dua," cibir Rara lalu masuk ke dalam bilik toilet yang baru saja aku gunakan.
"Brengsek!"
Aku kaget mendengar suara pintu toilet yang dibuka secara paksa dan bentakan yang tertuju kepada ku. Aku menatap Sarah yang balas menatapku dengan tatapan penuh kebencian dan keinginan untuk membunuhku.
Sarah berlari ke arahku lalu menendang perutku hingga aku jatuh terdorong kebelakang. Belum sempat aku bangun, Sarah sudah menindih ku dan mencengkeram kerah blazerku.
Aku menatap lurus ke arah Rara yang berdiri membeku di pintu bilik toilet. Ia hendak membantuku tapi aku menatapnya tajam melarangnya ikut campur. Jika Rara ikut campur maka kejadian David akan terulang kembali. Ia akan kehilangan bintangnya.
"Berani-beraninya kamu membuat adik ku dikeluarkan dari Ska High School," bentak Sarah lalu memberikan satu tinju ke wajahku.
Ska High School? Itu adalah sekolah lama ku. Siapa nama kakanya? Seingat ku aku tidak pernah membuat seseorang keluar dari sekolah.
"Dia adalah teman kamu. Kamu sering bersama dengannya tapi kamu dengan tega membuat dia dikeluarkan dari sekolah." Ucapannya lagi dengan air mata mengalir di kedua pipinya.
Aku menatapnya bingung. Siapa yang dia maksudkan. Siapa temanku yang baru dikeluarkan dari sekolah. Ah, Rio.
"Rio adalah Adik kamu?" Pertanyaan ku membuat kilatan marah di mata Sarah semakin menyambar.
Ia terus memberikan tinju ke arah wajahku dan aku hanya bisa menangkisnya tanpa perlu melawan. Aku tidak mau kehilangan bintang dengan melawan Sarah.
"Kamu membuatnya dikeluarkan dari sekolah lalu kamu menyalahkan Dara sebagai penyebab utama dikeluarkannya Rio dari sekolah." Ucapannya disertai dengan suara tangis dan tinju yang di arahkan ke wajahku.
Aku merasakan tinju Sarah mulai melemah karena menangis. Pantesan saja sejak awal Sarah sudah sangat menbenciku rupanya ia salah paham akan hal itu. Waktu itu Dara berusaha membuliku dan Rio yang melihat hal itu membantuku namun dengan kelicikan Dara ia memutar-balikan fakta sehingga Rio yang disalahkan dan dikeluarkan dari sekolah. Dan sekarang ia kembali memainkan sifat manipulasi faktanya sehingga semuanya jadi aku yang salah. Melihat Sarah begitu tertekan dan frustasi saat ini, aku tahu ia juga merasakan sengsaranya Rio sama seperti ku. Waktu itu pun aku berusaha membalas Dara namun aku berakhir di penjara dan di masukan ke dalam sekolah penuh hal-hal aneh ini.
"Dara yang menyebabkan Rio dikeluarkan dari sekolah bukan aku, Sar," aku mencoba menjelaskan namun Sarah kembali menatapku dengan tatapan marah.
Ia menarik kerah blazer ku hingga aku terbangun dari posisiku dan berdiri berhadapan dengannya.
"Itu fakta, Sar. Apa yang diucapkan Dara adalah kebohongan yang di buat oleh Dara. Dara adalah orang yang dikenal di sekolah ku sebagai Miss manip..."
"Tessa!"
Aku merasakan tubuhku menabrak dinding di belakang dengan kasar begitu pun dengan kepala ku yang langsung terasa pusing dan nyerih. Pandangan ku kabur dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Semuanya terlihat berputar dan...
To be continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
KELAM
LobisomemAnak mu susah di atur? Selalu menyebabkan masalah di masyarakat maupun di sekolah. Ingin mengubahnya namun tidak bisa? Light High School solusinya. Light High School solusi untuk merubah sikap dan karakter anakmu jadi lebih baik dengan didukungnya...