Alasan tak masuk akal dari Lexie tentang rasa peduli yang terlalu takut untuk mereka ungkapkan membuat kepala ku sedikit pusing. Aku terus memikirkan kalimat itu dari kantin hingga di UKS saat ini. Emm, bukan UKS, ini seperti puskesmas namun semua fasilitas yang dibutuhkan ada disini. Aku memperhatikan dokter yang tengah menyelesaikan jahitan terakhir pada luka di kepala Adam. Adam yang sudah sadar sejak tadi memejamkan mata menahan sakit saat jarum jahit itu menusuk kulit kepalanya. Beberapa kali aku ikut memejamkan mata tidak ingin melihat proses pengobatan luka Adam. Jika tanganku tidak dipegang oleh Adam sejak tadi aku mungkin sudah berada di luar bersama teman-teman yang lain.
"Why me!?" Tajamku memalingkan wajah dari Adam.
Adam tidak menjawab karena sedang menahan rasa sakitnya. "Tidak tahu." Singkatnya.
"Sudah selesai. Saya akan meresepkan beberapa obat agar prosesor penyembuhannya lebih cepat," ucap dokter itu sambil mencatat beberapa obat di secarik kertas. "Setiap pagi akan ada seorang perawat yang datang untuk mengganti perban kamu," lanjutnya lalu memberikan kertas itu ke aku. "Kamu silakan ambil obat di ruangan yang berada disebelah kiri ruangan ini."
Kenapa aku lagi? Aku bukan siapa-siapanya Adam, kenapa harus aku? Aku memperhatikan Adam yang tengah nyengir melihat tatapan tajam ku ke arahnya.
"Bagaimana keadaan Adam?" Tanya Sarah kahwatir ketika aku keluar dari ruangan perawatan.
"Mati," ngasalku lalu pergi ke ruangan yang diarahkan oleh dokter tadi.
"Hah? Kamu serius?" Teriak Franklin histeris dengan gaya lebaynya.
Kenapa Franklin tidak menjadi normal saja seperti saat dia melawan David dan kawan-kawannya? Padahal kan dia terlihat keren disaat seperti itu. Eh, apa yang aku pikirkan!
Aku memberikan kertas itu ke penjaga yang bertugas di ruangan itu. Apa aku perlu meminta obat penenang disini? Akhir-akhir ini aku terlalu memikirkan banyak hal sampai hal-hal yang tidak perlu pun aku pikirkan seperti tentang Franklin yang baru saja terjadi. Aku menjambak rambutku yang terurai dan menarik napas ku dalam lalu menghembuskannya kasar.
"Ada karet, kak?" Tanya ku pada penjaga yang tentu saja seorang laki-laki. Kenapa sekolah ini mempekerjakan banyak laki-laki? Apakah mereka tidak tahu jika sekarang Kemampuan perempuan sudah sama seperti kemampuan para laki-laki? Jangan lupa derajatnya pun sudah sama.
Penjaga itu memberikan ku paper bag hitam dengan logo Light High School berwarna emas. Aku memperhatikan paper bag yang terlihat expensive . Bahkan untuk paper bag saja mereka perhatikan, sungguh luar biasa sekolah ini. Aku memperhatikan penjaga itu menanyakan karet gelang yang aku minta namun penjaga itu tidak menggubris ku dan sibuk dengan pekerjaannya.
"Ini!" Aku memberikan obat itu ke arah Adam yang sudah keluar dari dalam ruang perawatan dan berkumpul bersama teman-teman lain yang terlihat senang melihat Adam baik-baik saja. Adam menyunggingkan senyuman manis saat aku menatapnya tajam.
"Apa ini? Terlihat sangat mahal." Franklin mengambil paper bag itu dan membuka isinya. "Ini apa?" Tanya Franklin mengeluarkan botol kaca berisi bulatan-bulatan kecil berwarna hitam.
Aku mengambil botol itu, membuka dan mengeluarkan isinya yang ternyata pita rambut kecil berwarna hitam. Ini adalah pita rambut mahal yang sering aku gunakan dan kadang-kadang berubah menjadi gelang mahal yang menghiasi pergelangan tanganku.
"Masah pita rambut kamu tidak tahu, Liyn. Kan' kamu sering menggunakannya." Goda Sarah terkekeh.
"Aku tidak kepikiran sampai kesitu karena ini adalah kotak obat," ucap Franklin memberikan paper bag itu ke arah Adam. "Kenapa bisa ada pita rambut di dalamnya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/296341628-288-k374219.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAM
Hombres LoboAnak mu susah di atur? Selalu menyebabkan masalah di masyarakat maupun di sekolah. Ingin mengubahnya namun tidak bisa? Light High School solusinya. Light High School solusi untuk merubah sikap dan karakter anakmu jadi lebih baik dengan didukungnya...