BAB 19:Tessa

19 7 2
                                    

Setiap hari aku terus menunggu waktu dimana Lexie dibebaskan dari ruang berpintu merah yang diberi nama ruang pengadilan itu. Hari ini tepat satu minggu Lexie berada di dalam sana. Mereka yang masuk di dalam ruang pengadilan menghilang seperti ditelan bumi dan semua orang yang mengetahui hal ini terlihat biasa saja seolah-olah ini adalah hal yang biasa dan pantas  untuk dilakukan.

Hari-hari ku pun begitu berat seperti apa yang telah aku perkirakan. Dara terus datang ke kelompokku, gabung bersama kami dan sialnya semua anggota ku sangat menyukainya. Hal ini diperparah oleh Sarah yang terus menceritakan kebaikan Dara disetiap kami berkumpul. Ketika  Dara sedang bersama di kelompok ku, aku merasakan keberadaanku tenggelam semakin dalam sedangkan Dara semakin dekat dengan permukaan. Aku membiarkannya saja melakukan itu sesuka hati, selama dia tidak berusaha mengganggu teman-temanku atau aku, aku akan baik-baik saja dengan keberadaannya di kelompok ku. Aku tahu saat ini targetnya adalah Sarah dan dia telah berhasil memanipulasi perempuan itu. Untuk saat ini aku membiarkannya saja karena Sarah juga tidak akan mendengarkanku jika aku memperingatkannya. Selama murid kelas 2 itu, si tukang manipulasi a.k.a Dara belum menunjukkan tanda-tanda dia menjebak kami, aku akan membiarkannya saja.

"Bagaimana kalau kita memasukkan Dara ke dalam kelompok kita?" Aku menghentikan gerakanku yang sedang mengoleskan krim pagi ke kulit wajah ku.

"Tidak boleh!" Tajamku. Sumpah, aku tidak ingin Miss manipulasi itu mengacaukan hari-hariku di tempat ini. Dia sering bergabung dengan kelompokku saja membuat ku merasa risih apa lagi dia benar-benar masuk ke dalam kelompok kami. Sungguh aku tidak bisa bayangkan itu. Mungkin hari-hariku berada di dalam kamar asrama adalah hal paling menyenangkan karena tidak bisa bertemu dengannya. Aku tidak takut dengannya, aku hanya takut jika Ia memanipulasi bintangku yang tinggal satu. Aku tahu saat ini dia sedang menyusun strategi besar untuk memasukkan ku kedalam ruang pengadilan.

"Kenapa? Aku lihat sejak kemarin kamu tidak pernah suka dia berada di sekitar kita." Tanya Sarah.

Aku menatap tajam Sarah membuat Sarah terlihat kikuk ditempatnya. "kamu tidak mengenalnya dengan baik. Ingat! Disini isinya murid pembuat onar dengan sifat buruknya masing-masing, kamu tidak bisa merusak formasi hanya karena akhir-akhir ini dia terus menempel pada kita."

"Aku setuju dengan Tessa. Tessa sudah mengenal Dara lebih lama daripada kita dan dia tahu Dara seperti apa. Jika dilihat dari kemampuan Dara yang bisa memanipulasi Tessa berarti kita seharusnya menjauh dari dia. Bisa saja, dia memanipulasi kita lalu menghancurkan kelompok kita." Aku mengangguk setuju dengan ucapan Rara.

"Kalian terlalu berpikiran negatif terhadap dia," kesal Sarah lalu keluar dari dalam room closed.

Aku mengikuti Sarah begitupun dengan Rara. "Sarah?" Panggil ku saat telah berada di dalam kamar. Sarah saat ini tengah fokus didepan kaca memperhatikan penampilan barunya yang ditambahi make up tipis.

"Kenapa?" Tanya Sarah saat aku menjulurkan tanganku ke arahnya. Ia menatapku bingung lalu kemudian menjabat tanganku.

"Selamat kamu telah berhasil dimanipulasi oleh Dara si Miss manipulasi dari sekolah lamaku. Aku harap kamu akan baik-baik saja." Aku tersenyum manis padanya lalu mengambil tas ku dan keluar dari dalam kamar. Aku meliriknya yang kelihatan bingung dengan apa yang baru saja aku lakukan.

"Maksud kamu?" Tanya Sarah mengikuti ku keluar dari dalam kamar dan berjalan di sampingku.

"Hati-hati saja. Terkadang di dalam diri Dara ada peri bahasa musuh dalam selimut dan kadang juga serigala berbulu domba." Aku menatap Sarah yang terlihat bingung dengan ucapanku. Aku menekan tombol lift lalu masuk setel pintu terbuka. Sarah dan Rara mengikuti dengan raut wajah yang berbeda. Sarah dengan raut wajah bingung sedangkan Rara dengan raut wajah ingin tahu tentang Dara.

"Berbicaralah yang jelas!" Bentak Sarah dengan raut kesal.

"Aku sudah berbicara dengan jelas, kamu hanya tidak mau percaya karena telah berhasil dimanipulasi oleh dia." Ucapku fakta.

"Apakah aku menyukai Dara adalah karena aku dimanipulasi oleh Dara?" Aku menaikkan bahu memilih untuk diam.

Aku hanya buang-buang waktu dengan menjelaskan semuanya kepada Sarah. Dia terlalu menyukai Sarah sampai tidak sadar bahwa sebentar lagi dia akan didorong ke kandang buaya.

"Silakan kamu menyukai dia atau berteman dengan dia. Kita hanya teman bukan sahabat, pacar, atau keluarga yang berhak mengatur kamu." Ucap Rara bijak seperti biasanya.

Sarah menghembuskan nafas kasar lalu melangkah keluar dari lift saat lift sudah sampai di lantai satu. "Aku juga perlu mendapatkan teman yang bintangnya tidak hilang empat di hari pertama masuk sekolah."

Brengsek!

"Sabar, Tess. Ingat! Dara saat ini sedang tidak ingin mengotori tangannya," peringatan Rara membut ku sadar strategi yang dimainkan Dara.

"Rupanya seperti itu strategi kamu, Dar." aku tersenyum miring melihat Sarah dan Dara yang terlihat bercengkrama dengan begitu mesra seolah-olah mereka telah lama tidak bertemu.

"Sekarang kita berteman dengan pemangsa dan mangsa," Rara tertawa kecil lalu merangkul ku keluar dari lobi asrama meninggalkan Sarah dan Dara.

"Hai, selamat pagi." Sapa Dara tersenyum manis kepada kami. Munafik.

Aku dan Rara menghentikan langkah ku dan membalas senyum manis penuh kemunafikan Dara.

"Selamat pagi, Dara. Bagaimana tidur kamu?" Tanya Rara basa basi namun basa basinya kali ini terlalu basi dari hari-hari sebelumnya.

"Emm, kak Rara baik sekali menanyakan kabar aku. Tidur aku selalu nyenyak kak karena bintang aku masih aman sampai saat ini," ucap Dara lembut.

Aku menatap tajam Dara. Perempuan itu tengah menyindir jumlah bintangku sama seperti yang Sarah lakukan. "Kalian kompakan ya. Suka sekali membahas bintang orang."

"Apakah aku membahas bintang kak Tessa, Sar?" Tanya Dara dengan raut sedih.

"Sudah, tidak perlu kamu masukkan kedalam hati. Orang sirik tidak pantas untuk hatimu yang lembut," cibir Sarah melirikku tidak suka.

"Jika tidak suka kenapa menghampiri kami?" Tanyaku tajam.

"Aku hanya ingin berteman dengan kalian," ucap Dara tertunduk sedih.

"Kamu masih punya aku. Mereka tidak menyukai mu," Sarah memberikan tatapan tajam ke arah aku dan Rara lalu merangkul Dara yang terlihat sedih.

Akting!

"Ayo kita pergi, Tess." Ajak Rara yang terlihat kesal dengan sikap Sarah.

Saat ini aku sadar akan satu hal. Selama ini aku telah salah membiarkan Dara mendekati Sarah. Seharusnya aku mengerti strategi Dara sejak awal sebelum aku memberikan kepuasan. Saat ini strategi Dara telah mencapai 80%,  dia hanya perlu menjentikkan jari lalu pertengkaran antara kelompok kami dan Sarah akan terjadi. Lalu, apa imbas dari pertengkaran kami itu? Bintang kami berkurang dan perpecahan terjadi dalam kelompok kami. Pada akhirnya semuanya menjadi kacau balau tanpa perlu Dara mengotori tangannya.

"Aku tidak akan membiarkan strategi mu berhasil kali ini." Aku menatap tajam Dara, mengintimidasinya, dan membiarkan dia tahu bahwa aku bukan orang yang gampang dimanipulasi untuk kedua kalinya.

"Kita lihat saja," bisik Dara.

To be continue...

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang