BAB 34: Sarah

12 4 0
                                    

Keadaan di sekolah dan asrama sangat menyebalkan. Semua orang seperti anjing yang patut kepada tuanya. Sialnya aku pun tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa patuh dengan peraturan sekolah yang membuat ku semakin gila saja. Bagaimana bisa mereka membuat peraturan seperti itu.

Kami dilarang berinteraksi satu sama lain kecuali sudah masuk ke dalam asrama masing-masing. Hal itu tidak menguntungkan bagi aku dan Rara, sebab kami jadinya tidak bisa berinteraksi dengan Franklin, Adam, dan Lexie.

"Dasar Tessa sialan! Aku akan membunuhnya jika dia keluar dari ruangan itu. Ini semua gara-gara dia. Dasar egois!" Maki ku ketika aku dan Rara telah masuk ke dalam lift.

Persetan dengan beberapa siswi yang terlihat syok mendengar umpatan ku.

"Tidak usah munafik, brengsek! Kalian sama seperti binatang peliharaan, patuh bagaikan anjing yang mengejar tulang." Tiga siswi itu terlihat syok mendengar umpatan ku untuk mereka. Aku tahu mereka menahan emosinya stengah mati, tapi seperti yang ku bilang barusan. Mereka sedang mengejar tulang sehingga tidak bisa menggonggong kepada tuanya ketika melempar tulang itu terlalu jauh.

"Calm down," bisik Rara yang terlihat tenang seperti biasanya.

"Kamu kira aku bisa tenang disaat kita berada diposisi seperti ini? Sorry. Aku bukan kamu. Aku akan segera menghancurkan sekolah ini dan membunuh Tessa yang membuatku tak berdaya seperti ini. Tessa sialan!"

Semenjak Tessa membuat keonaran di pagi itu, munculah peraturan baru yang membuat ku merasa seperti sedang berada di kuil Buddha dan menjalani puasa berbicara. Sialnya, selain tidak diperbolehkan berbicara kami pun dilarang untuk berinteraksi dalam bentuk apapun selama kami berada diluar asrama. Semua orang sangat patuh akan peraturan baru itu karena tidak ingin bernasib sama seperti Tessa. Light High School memanfaatkan kesempatan itu dengan sangat baik.

Semua orang yang ada di dalam asrama ini, penghuni Leo maupun Panthera berpikir bahwa Tessa sudah mati karena gadis itu tidak kembali selama satu minggu. Hal itu yang membuat mereka semakin takut akan sekolah ini.

"Bagaimana keadaan Tessa sekarang?" Tanya ku ketika kami masuk ke dalam kamar kami dan mendapati suasana yang biasanya berisi tiga orang, kini hanya tersisa dua orang.

"Tessa sudah mati," ucap Rara dengan raut sedih lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri atau hanya sekedar mengganti bajunya dengan pakian rumahan.

"Tidak. Tessa belum mati. Aku yakin itu," ucapku.

"Kenapa kamu begitu yakin?" Tanya Rara dari dalam kamar mandi.

"Karena takdir kematian Tessa adalah dibunuh olehku," ketusku.

Aku mendengar tawa Rara dari dalam kamar mandi. Gadis itu ternyata bisa tertawa juga. "Kita seperti sedang berada di dalam sebuah novel kematian saja," ucapnya diselangi tawa lagi.

"Jika seperti itu maka aku adalah pembunuhnya," ucapku lalu mengeluarkan buku yang baru saja aku pinjam dari perpustakaan sekolah.

Sebenarnya aku tidak tahu buku apa yang aku pinjam. Aku hanya mengambil secara acak lalu memasukan namaku dalam daftar peminjam buku agar mempunyai nilai tambah dalam bintangku. Satu peraturan yang membuat ku merasa kami seperti bukan sedang di ubah karakter, sikap, dan perilaku kami, tapi dipaksa untuk pintar berakting. Jika ada sebuah film yang diperankan oleh seluruh penghuni Light High School, maka aku yakin film itu akan menjadi film terbaik sepanjang penjara. Karena semua pemainnya sangat pandai berakting.

Bintang kami yang berkurang dapat kembali lagi seperti semula jika, kami mengisi warna kuning dibintang kami dengan menaati semua peraturan, bersikap baik, dan berperilaku seperti anak yang tekun dalam belajar. Peraturan disini memang sangat menyebalkan. Selain kami ketakutan akan bintang kami yang akan berkurang, kami juga harus mengisi bintang kami. Sebenarnya peraturan kedua itu adalah pilihan. Setiap orang berhak memutuskan untuk bintangnya tetap kosong atau berusaha mati-matian agar bintang yang telah hilang itu kembali terisi penuh.

Itulah kenapa aku menamai semua orang disini adalah seekor anjing dan bintang itu adalah tulang yang mereka kejar. Mereka tetap mengejar Walaupun tulang itu dilempar oleh tuanya terlalu jauh. Mereka tetap berusaha berbuat seperti yang diinginkan Light High School walaupun warna kuning itu hanya terisi setetes.

Aku tertawa kecil melihat buku itu. Aku mentertawai diriku sendiri yang terlalu banyak omong namun tidak bisa melakukan apa-apa. "Brengsek!" Aku melempar tas kulit dari brand yang cukup ternama itu ke dinding membuat seluruh isi dari tasku keluar dan berserak kemana-mana.

"Kamu boleh menghancurkan yang lain tapi tidak dengan area ku," peringat Rara dari dalam kamar mandi.

"Diam brngsek!" Maki ku memandangi seluruh ruangan yang awalnya membuat ku kagum stengah mati kini rasanya seperti aku ingin menghancurkan semuanya.

"Aku kira sikap kamu telah berubah, tapi ternyata sudah kembali lagi."

"Diam!" Teriak ku lagi lalu duduk di atas sofa yang tersedia di sisi ranjang.

Sikap aku seperti ini karena aku sedang frustasi. Rasanya aku ingin ada yang membunuhku karena dengan itu aku bisa menghilang dari bumi ini dan tidak mengingat semua kebodohan ku. Mimpi buruk yang aku dapatkan dari ruang pengadilan itu belum menghilang juga. Setiap harinya aku terus dihantui mimpi buruk yang mengerikan.

Semua mimpi yang aku alami seperti sebuah sinetron yang akan ditayangkan per episode. Ia, benar. Semua mimpi ku itu saling terhubung satu sama lain, seperti sedang menunjukkan apa yang aku lakukan ketika berada di ruang pengadilan.

Mulai dari aku disuntik cairan biru dan jatuh tak sadarkan diri, lalu terbangun disebuah mobil mewah dalam keadaan seperti aku sedang baik-baik saja. Lalu, tersenyum bahagia didepan orang tua ku dan menceritakan semua omong kosong yang isinya memuja Light High School. Setelah itu, aku mulai menemui teman tongkrongan ku dan menceritakan lagi tentang Light High School seolah-olah aku sedang mempromosikan sekolah itu pada teman-temanku. Sialnya, semua omong kosong yang aku ceritakan itu dipercayai oleh semua teman ku dan juga orang tua ku.

Sekarang aku mengerti kenapa Light High School masih memiliki pamor padahal isinya adalah sampah. Semua gosip dan berita baik tentang Light High School diciptakan oleh Light High School sendiri melalui perantara para muridnya yang masuk ke ruang pengadilan. Yang katanya di dalam ruang pengadilan itu akan memperbaiki sikap murid, tapi nyatanya disiksa dan diberi misi omong kosong untuk memanipulasi orang lain.

Dan, satu hal yang membuatku sangat frustasi adalah semua orang yang akan masuk ke dalam neraka ini karena apa yang telah aku sebarkan. Salah satu orangnya adalah adiku sendiri.

Aku menjambak rambutku. Apa yang harus aku lakukan?

Frustasi ku bukan hanya itu saja. Aku kaget ketika ternyata Dara adalah salah satu mata-mata Light High School yang menyamar diantara murid Light High School. Aku pernah berteman dengan mata-mata sialan itu, dan sempat sangat mempercayainya sampai berani mencelakai Tessa dan semua teman-teman ku. Aku menyesali diriku yang sangat mudah dimanipulasi oleh Dara.

Namun, selain frustasi. Aku khawatir akan ada mata-mata lain seperti Dara yang siap menghancurkan kami satu per satu. Aku harus waspada dengan setiap orang yang ada disekitar ku.

"Argh!" Aku menendang buku yang aku pinjam.

Aku menatap kertas putih yang keluar dari buku yang aku tendang tadi. Aku menghampiri kertas tersebut dan membuka lipatan demi lipatan kertas tersebut.

Perpustakaan elektronik (10(03).

To Be Continue...

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang