BAB 21: Tessa

15 8 3
                                    

Aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk berbicara dengan Lexie. Saat di kelas aku harus meringkas materi 5 menit sebelum memulai pelajaran, setelah itu aku harus memperhatikan semua mata pelajaran hari ini. Aku juga tidak bisa menghampiri Lexie saat makan siang di kantin sekolah karena Lukas selalu melarang ku. Saat ini, dalam perjalanan pulang ke asrama pun Lukas selalu bersamaku. Sungguh menyebalkan.

"Lukas?" Panggilku.

"Ia, nona." Jawab Lukas patuh.

"Sampai kapan kamu akan mengikuti aku?" Sunggu aku kesal setengah mati dengan keadaan ku saat ini. Lukas adalah tipikal pengawal yang serius dan tidak asik diajak bercanda atau berbicara seperti Stenly. Aku tahu sikapnya saat ini bagi mereka itu adalah suatu keprofesionalan, tapi bagi ku itu sungguh membosankan.

"Sampai nona masuk ke dalam asrama."

"Setelah aku masuk ke asrama, kamu akan pergi kemana?" Tanyaku mencari peluang untuk bertemu Lexie.

"Aku akan tetap berada di lobi Panthera sampai asrama dalam mode Locked."

Sial! Tidak ada kesempatan sama sekali untukku berbicara dengan Lexie. Di sekolah  sangat tidak memungkinkan untuk berbicara dengan Lexie dan di kantin asrama pun sama. Aku berusaha untuk bertemu Lexie namun Lukas melarang ku berinteraksi dengan murid lama. Sungguh sial.

"Bagaimana ini?" Bisikku kepada Rara yang berjalan di sampingku.

"Kamu lihat Lexie di depan sana?" Tanya Rara menatap lurus kedepan di satu titik.

Aku memperhatikan punggung para murid lelaki yang berjalan di depan kami. Menelisik punggung itu satu persatu sampai menemukan sebuah punggung tegap yang familiar bagi ku. "Aku lihat."

"Saat kita memasuki area asrama kita langsung berbicara kepadanya, " bisik Rara.

Aku bingung dengan ide Rara. "Bagaimana caranya? Jarak kita saja sangat  jauh."

"Maka dari itu kita harus mendekatinya tanpa diketahui para pengawal ini." Rara melirik para pengawal kami yang berjalan di belakang kami dengan raut wajah serius.

Aku mengangguk setuju dengan ide Rara. "Kalian ikut kita," bisik ku kepada franklin. Aku tersenyum kecil saat merasakan semua tatapan mata tertuju kepada ku. "Ada apa? Apakah aku tidak boleh berbisik kepada teman ku?"

"Silakan, nona." Ucap Lukas lalu kembali fokus dengan tugasnya.

Kami memperlebar langkah kami, sambil bercerita hal-hal random untuk mengahlikan para pengawal. Sesekali Franklin bergelayut manja di lengan Lukas lalu menggoda pria itu. Aku memperhatikan raut wajah Lukas yang terlihat tetap serius dan tidak terpengaruh oleh Franklin sama sekali. Namun, aku sadar fokus mereka saat ini terahlikan sebab mereka sama sekali tidak menyadari bahwa langkah kami saat ini lebih lebar dan begitu pun dengan langkah mereka.

"Hai, Lexie." Aku menepuk bahu Lexie lalu merangkul Lexie mesra. Hal ini aku lakukan agar Lukas dan pengawal lain tidak bisa melakukan apa-apa. Selama ini aku telah mengamati beberapa murid baru yang memiliki penjaga seperti Dara dan murid baru yang masuk lebih dulu dibandingkan kami. Para penjaga tidak bisa mencegah ketika para murid baru sudah berbicara dengan murid lama. Hal ini tidak mereka lakukan untuk mencegah pemberontakan dari murid baru yang dapat mempengaruhi murid lama.

"H-hai," balas Lexie kaku lalu melepaskan rangkulanku.

Aku memperhatikan raut wajah Lexie yang terlihat bingung. Sejak pagi hingga terakhir kelas, aku perhatikan tatapan Lexie selalu kosong. Saat ini tatapan Lexie sudah tidak kosong lagi tapi Ia malah terlihat kebingungan. Ada apa? Aku memperhatikan Lexie lagi yang sedang memperhatikan sekitarnya dengan raut kebingungan. "Kamu kenapa?"

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang