KELAM

BAB 12: Tessa

Aku memperhatikan Rara dan Sarah yang terlihat bersemangat dengan seragam sekolah itu. Ukuran seragam sekolah ini sangat pas di badan kami seolah-olah seragam ini dijahit khusus untuk kami. Aku mencoba mengingat-ingat kegiatanku di hari-hari aku belum masuk ke sekolah ini. Apakah ayah pernah mengajak ku untuk mengukur ukuran badanku? Seragam ini terlihat begitu pas, dan tidak mungkin jika ini dijahit secara acak seperti seragam-seragam lainnya yang akhirnya dipermak ulang oleh para penggunanya.

"Jangan terlalu dipikirkan, Tess. Mungkin saja mereka mengetahui ukuran kita dari orang tua kita." Ucap Rara sama sekali tidak mencurigai berbeda dari kemarin.

Seandainya ayah mengenalku dengan baik, setiap hari berada di rumah bersamaku, dan juga kami begitu dekat aku tidak akan mencurigai hal ini. Tapi ayah tidak mengenal ku dengan baik dan bahkan disetiap hari ulang tahunku ayah selalu memesan gaun pesta yang ukurannya kadang lebih kecil atau malah lebih besar dari ukuranku. Bahkan ayah selalu memberikan hadia ulang tahun yang salah yang mana hadia itu tidak sesuai seleraku tapi sesuai seleranya. Mengingat hal-hal seperti itu membuatku semakin tidak yakin jika ayah yang mengisi semua hal bersifat pribadiku itu. Aku lebih percaya jika kami diselidiki oleh sekolah ini.

"Ayo, Tess. Kita harus segera ke ruang makan, sudah ada pengumuman."

Rara menggandengku keluar dari kamar kami. Lorong di lantai tiga terlihat sama seperti desain hotel bintang 5 namun terlihat lebih mewah seperti nomor kamar yang terhias dari perunggu dengan logo sekolah, lampu, kertas dinding klasik nan mahal, lantai di lorong yang terlapisi karpet merah. Semewah itu ruangan di lantai tiga membuat orang kaya seperti ku yang sudah biasa melihat hal-hal mewah masih saja tercengang. Kami berpapasan dengan siswi lain yang juga menempati lantai 3 yang artinya mereka adalah murid kelas 3 sama seperti kami. Penampilan mereka terlihat modis dan sikap mereka begitu ramah melihat bagaimana kami terus mendapatkan senyum manis dari mereka ketika berpapasan. Selain itu mereka terlihat sangat berwibawa dan terlihat seperti orang berprinsip yang punya tujuan hidup jelas. Sama sekali tidak ada aura pembangkang atau pembuat onar dalam diri mereka.

"Benar-benar murid suci, ya?" Komentar Sarah ketika kami sudah masuk ke dalam lift.

Aku dan Rara mengangguk setuju. Jika kami bergabung bersama mereka, akan sangat terlihat perbedaannya walaupun kami menggunakan seragam yang sama.

"Jangan terlalu pikirkan tentang hal tadi. Setelah pulang sekolah kita singgah ke gedung perpustakaan elektronik, kita hubungi ayahmu. Aku juga harus menanyakan tentang hal itu ke orang tua ku." Saran Rara membuat hatiku menjadi sedikit lebih tenang.

"Tidak ada sinyal disini. Kalian lupa aku punya ponsel." Ucap Sarah.

"Masah sekolah secanggih ini tidak ada sinyal?" Tanyaku bingung.

Rara dan Sarah mengangkat bahu tidak tahu tentang hal itu. Apakah mereka menciptakan jaringannya sendiri? Melihat fakta bahwa mereka adalah perusahaan IT yang cukup besar, bukan hal yang tidak mungkin untuk mereka melakukan itu.

Pintu lift terbuka menampakkan siswi Light High School dari berbagai tingkatan. Mereka terlihat cantik dan modis namun diantara mereka mempunyai perbedaan tersendiri. Sesuai tingkatan, siswi kelas 1 masih kelihatan sikap pembangkangannya. Mereka terlihat kalem namun tidak berwibawa dan berkarisma seperti siswi kelas 3. Sedangkan, siswi kelas 2 mereka terlihat berwibawa namun tidak memiliki karisma seperti murid kelas 3.

"Suasana yang cukup berbeda. Haruskah kita mengacaukannya?" Tanya Sarah bersemangat.

Ide gila Sarah membuatku tertantang untuk melakukannya. "Haruskah?"

"Silakan jika ingin dimasukkan ke ruang bawah tanah gedung tahap awal." Ucapan Rara membuatku mengurungkan niatku. Aku tidak ingin masuk keruangan berdebu dan bau itu.