BAB 25: Tessa

18 8 4
                                    

"Welcome para brengsek! Selamat datang di neraka Light High School." Aku menoleh ke arah suara yang berasal dari salah satu dari dua orang berbadan besar yang tengah menuruni tangga.

"Kali ini berapa orang?" Tanya seorang yang baru datang dengan tongkat bisbol di tangannya.

"Emm...satu...dua... Ada lima. Lumayan banyak untuk hari ini," Suara pengawal yang menghitung itu terdengar bersemangat.

Apa yang membuat mereka begitu bersemangat?

Seorang pengawal yang memegang tongkat bisbol memukul-mukul tongkat bisbol ke jeruji besi membuat keributan di ruang gelap ini. Ia terus memukul tongkat bisbol itu ke setiap jeruji besi hingga berhenti di jeruji besi yang aku dan Sarah tempati. "Ada perempuan juga ternyata," Ucapnya lalu tersenyum sinis ke arah kami.

Teman-temannya yang lain bersemangat menghampiri kami dan tersenyum senang.

"Kepala kamu kenapa?" Tanya pengawal yang memegang tongkat bisbol.

"Bukan urusan kamu!" Tajamku lalu memangku tangan dan menyandarkan tubuhku ke tembok membuat jarak yang cukup jauh dari mereka.

Mereka salah jika ingin mengganggu aku dan Sarah yang notabenenya memiliki karakter yang sama. Jika Sarah adalah orang yang paling judes dan angkuh maka aku lebih dari itu. Jika Sarah suka memusuhi orang yang tidak disukainya maka aku lebih suka mengintimidasi orang-orang itu.

"Berani juga kamu. Murid baru?" Tanyanya lagi.

"Sudah dia bilang bukan urusan kamu. Berarti kamu tidak berhak untuk bertanya-tanya kepadanya!" Tajam Sarah bangun dari posisi lesehannya dan berdiri di samping aku.

"Rupanya kita punya dua perempuan brengsek disini," ucap seorang pengawal yang tadi menghitung jumlah kami.

"Seperti itulah!" Sinis Sarah mengangkat bahu lalu tersenyum sarkas.

"Brengsek!" Maki laki-laki yang memegang tongkat lalu membuka kunci pintu penjara yang kami tempati berusaha untuk masuk namun ditahan teman-temannya yang lain.

"Sabar, Bro. Mereka harus menjalankan tugas mereka. Setelah tugas mereka selesai, kamu boleh melakukannya sesuka kamu dengan tongkat bisbol kamu." Nasehat pengawal lain lalu menutup kembali pintu penjara kami.

"Tugas apa?" Tanya ku melangkah mendekati pintu namun tetap menjaga jarak. Aku tidak ingin ada adegan kerah bajuku di tarik dengan kasar oleh para pengawal sialan itu.

"Kalian tidak berhak tahu!" Tajam pemimpin ruang pengadilan yang baru saja masuk dengan tablet di tangannya.

"Keluarkan si brengsek itu dan masukan dia ke dalam ruang isolasi. Dia tidak bisa menjalankan tugas dalam keadaan seperti itu," perintah pemimpin ruang pengadilan dan langsung di jalankan oleh dua bawahnya yaitu pengawal bertongkat bisbol dan pengawal lain.

Dua pengawal itu membuka pintu penjara kami lalu menarik ku keluar dan berhenti ketika jarakku cukup jauh dari penjara yang ditempati Sarah dan 3 orang lainya.
"Apa yang akan kalian lakukan kepada mereka?"

"Tessa?" Panggil Sarah dengan nada khawatir.

"Sarah kamu pasti bisa," teriakku.

Sarah mengangguk. "Kamu juga."

"Bantu dia." Perintah pemimpin ruang pengadilan kepada pengawal yang berdiri di sampingku. Pengawal itu dengan patuh membiarkan pengawal bertongkat bisbol memegang ku sendirian.

"Apa yang akan kalian lakukan kepada mereka!?" Bentaku.

"Diam brengsek!" Bentak pengawal bertongkat bisbol dan mencengkeram erat lenganku. Aku merasakan kuku-kuku si tongkat bisbol itu menusuk kulitku. Jika saja blazer yang aku kenakan saat ini tidak tebal mungkin kulit ku akan terluka.

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang