"sayang..." Aku menatap pacarku yang terlihat kesal menegur ku untuk kesekian kalinya karena aku tidak mendengarkan ceritanya "...kamu kenapa? Sejak tadi melamun terus. Coba cerita sama aku."
Aku mengelus pipinya lembut lalu mengecup keningnya beberapa saat. "Setelah dari cafe ini, apakah boleh langsung pulang?"
Aku memperhatikan raut wajahnya yang berubah cemberut karena pertanyaanku. "Emm...boleh. Tapi untuk kali ini saja, kali berikutnya aku pasti akan marah sama kamu."
"Aku janji. Hanya kali ini saja kita pulang cepat." Aku memperhatikan senyum mengembang di bibirnya yang mengembang indah menambah kecantikan di wajahnya. Alasan aku tetap bertahan dengannya sejak kami masih SMA adalah dia selalu perhatian dan pengertian kepada ku. Dia tidak pernah menuntut apapun dan selalu percaya kepada ku.
"Kamu punya masalah?"tanyanya ketika kami sudah masuk ke dalam mobil. "Ada kasus yang sulit kamu pecahkan lagi? Bukannya tim kalian memiliki Jasson yang selalu kamu sebut-sebut sebagai orang yang sangat luar biasa."
Itu masalahnya. Jasson. Dia adalah masalah yang membuat hari ku tak karuan mengalahkan pacarku ketika kami marahan. Ketua tim kami sekaligus sahabat baikku itu tiba-tiba menghilang tanpa kabar sejak satu Minggu yang lalu. Dia tiba-tiba saja mengajukan surat cuti yang membuat aku dan anggota tim yang lain gelagapan tanpanya. Bukan karena kami tidak bisa menangani kasus sendirian. Bukan seperti itu. Kami hanya tidak biasa dengan cutinya yang tidak biasa.
Sebagai sahabat baik yang mengenal Jasson sejak SMA dan berjuang sama-sama sampai titik ini, aku merasa cutinya itu tidak biasa. Jasson adalah tipikal orang yang tidak bisa mebuang-buanh waktu hanya untuk cuti. Mungkin dipikiran kalian, Jasson pasti lelah dan membutuhkan istirahat yang cukup. Jika kalian berpikir seperti itu, kalian salah besar. Bagi manusia seperti Jasson yang menjadikan waktu sebagai patokan hidupnya rasanya dia tidak akan membuang-buang waktu hanya untuk liburan. Bagi Jasson, istirahat, liburan, atau istirahat untuk makan atau sekedar Having fun adalah hal tabuh. Ia beranggapan seperti itu karena hal-hal itu membuat penjahat punya banyak waktu untuk melakukan kejahatan. Bahkan Jasson terkena insomnia karena hal itu.
Aku akan bahagia dan sangat berterima kasih kepadanya jika dia benar-benar pergi berlibur, namun cutinya kali ini adalah hal yang tidak mungkin untuknya pergi berlibur. Laporan kasus kejahatan setiap hari terus bertambah, tidak mungkin dia mengajukan untuk libur di saat banyak nyawa membutuhkannya untuk diselamatkan.
"Kamu belum menjawab pertanyaan ku sayang," aku menatap pacarku yang saat ini menatapku lebih intens seolah-olah dia bisa membaca pikiranku.
"Jasson cuti." Aku menangkap raut wajah syok pacarku.
"Jasson? Cuti? Ah! Tidak mungkin. Kamu pasti bercanda." Thia—pacarku tertawa terbahak-bahak dengan tangan yang terus memukul bahu ku. Kebiasaan para perempuan.
"Aku serius." Thia berhenti tertawa lalu menatapku dengan raut wajah syok.
"Jasson? Si penggila kerja itu? Kamu yakin?" Tanyanya seolah-olah tidak percaya dengan ucapanku. Selama ini Thia selalu percaya kepada ku. Setiap omongan ku selalu dipercayai olehnya. Namun, untuk fakta bahwa Jasson mengajukan cuti Ia terlihat syok dan tidak mempercayai ku sama sekali.
Aku mengangguk. "Dia telah cuti dari satu minggu yang lalu."
"Jasson yang menganggap dirinya super Hero yang harus menyelamatkan banyak nyawa cuti? Wah, harus di masukan ke guinness world record." Ucap Thia memberikan tepukan tangan untuk fakta yang baru saja ia dengar.
Thia adalah sepupu jauh Jasson yang sejak kecil selalu bersama-sama dengan Jasson dan juga merupakan cinta pertama Jasson. Namun, sekarang aku yang menjadi cinta pertama Thia dan juga akan menjadi yang terakhir. Sebagai orang yang sudah saling mengenal sejak kecil dibandingkan aku, Thia tentu saja lebih mengetahui banyak hal tentang Jasson. Itulah kenapa dia terlihat tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan.
"Itulah yang membuat aku kepikiran sejak tadi."
"Aku yakin Jasson tidak cuti untuk liburan atau beristirahat di rumah. Pasti ada kasus yang tengah Ia selidiki," ucap Thia penuh keyakinan.
"Seandainya ada kasus, dia pasti akan melibatkan kami, sayang." Aku mengelus pucuk kepala Thia lembut.
"Waktu itu kamu pernah cerita dia mendapatkan teguran dari direktur Tipidum karena tidak mengikuti prosedur. Mungkin dia menyelidiki kasus yang kekurangan bukti. Waktu itu dia juga mendapatkan ancaman dari direktur Tipidum akan melaporkan tim kalian kepada biro pengawasan penyidik, dia pasti tidak akan melibatkan kalian." Ucapan Thia memang benar, aku dan anggota tim yang lain juga mencurigai hal yang sama.
"Aku sudah meminta teman-teman yang lain untuk menyelidiki hal itu," ucapku.
...
"Bagaimana?" Tanyaku setelah sampai di rumah Aldo. Aku mengantarkan Thia pulang lalu ke rumah Aldo untuk mencari tahu tentang alasan cuti Jasson yang sebenarnya. Tiga hari setelah Jasson melakukan cuti aku dan Aldo memulai penyelidikan secara pribadi di rumah Aldo. Bukannya kita tidak ingin melibatkan anggota tim yang lain, kita hanya ingin anggota tim yang lain lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya sebelum kasus berat menghampiri. Aku sengaja mengajak Aldo karena hanya dialah yang belum berkeluarga selain aku dan Jasson.
"Kamu tahu seorang ibu yang sering datang ke kantor meminta kasus anaknya diselidiki namun ditolak oleh banyak tim karena laporannya tidak masuk akal?" Tanya Aldo.
Dasar Aldo! Aku memberikannya pertanyaan eh, dia malah menanyai ku balik. "Aku tahu. Ibu-ibu yang di bawah oleh Jasson untuk ditangani kasusnya sebelum Jasson cuti besoknya."
"Kamu benar sekali. Kasus yang di laporkan ibu itulah yang diselidiki oleh Jasson sekarang," ucap Aldo yakin.
"Bukankah itu hanyalah khayalan ibu itu saja? Banyak tim tidak menangani kasus itu karena memang anak dari ibu itu tidak hilang. Ibu itu hanya depresi karena anaknya keluar negeri tanpa menemuinya terlebih dahulu." Aku menatap Aldo yang terlihat senyum namun penuh arti kepadaku. "Insting?"
"Benar sekali. Jasson sedang menyelidiki kasus itu karena mungkin instingnya meyakininya bahwa anak ibu itu benar-benar hilang," jelas Aldo.
"Kamu tahu Insting Jasson tidak pernah salah." Selama ini kami selalu berhasil memecahkan banyak kasus karena insting Jasson yang begitu tajam. Dia tidak memiliki kekuatan super, dia hanya terlalu teliti dalam menangani banyak kasus sehingga instingnya akan masalah sangatlah tajam.
"Aku tahu. Untuk itu aku menyelidiki dasar dari masalah itu," ucap Aldo meneguk kopi yang ada di depannya.
"Jadi?" Tanyaku penasaran.
"Anak itu bersekolah di sebuah sekolah yang akhir-akhir ini namanya sedang naik karena mampu mendidik anak-anak pembuat onar menjadi anak yang baik. Bahkan anak-anak itu akan di kuliahkan keluar negeri melalui beasiswa yang diberikan oleh sekolah itu," jelas Aldo.
"Luar biasa. Itulah mengapa ibu itu stres anaknya pergi berkuliah keluar negeri."
"Ibu itu tidak stres, memang itu faktanya. Semua yang di katakan ibu itu bahwa anaknya hilang disekolah itu bukan pergi keluar negeri adalah fakta. Jasson tidak akan pergi kesana jika Ia mengetahui bahwa itu hanyalah ketakutan ibu itu saja." Jelas Aldo terlihat begitu yakin dengan ucapannya.
"Jika Jasson pergi kesana, berarti dia harus melakukan penyamaran." Ucapku.
"Tentu saja."
Jasson akan menyamar sebagai apa? Siswa baru kah?
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAM
WerewolfAnak mu susah di atur? Selalu menyebabkan masalah di masyarakat maupun di sekolah. Ingin mengubahnya namun tidak bisa? Light High School solusinya. Light High School solusi untuk merubah sikap dan karakter anakmu jadi lebih baik dengan didukungnya...