#3

3K 503 64
                                    

Perkenalan versi 1.

"Nomor XX, silahkan maju kedepan, dan ceritakan mengenai orang tuamu."

Perintah sang guru sambil menatap ke arah buku absen ditangannya. Dia melihat ke nomor XX. Mendengar perintah sang guru, salah satu anak yang duduk di pinggir jendela berdiri dari kursinya sambil membawa buku tulis.

Dia berjalan ke depan kelas dan berbalik tepat didepan papan tulis.

"Halo teman-teman, disini aku akan menceritakan mengenai orang tuaku."

Buku yang dia bawa pun dibuka memperlihatkan foto keluarga, namun hanya terdiri dari dua orang di satu lembar, sementara di sebelahnya ada foto lain yang menampakkan seorang wanita berfoto sendiri.

Anak yang di depan kelas menunjuk jari telunjuknya ke arah foto wanita. "Ini Mamaku, namanya Violette. Aku tidak pernah bertemu dengan ibuku karena dia meninggal saat aku lahir."

Lalu berganti ke foto disebelahnya, yang menampakkan anak itu bersama papanya.

"Lalu ini Papaku, namanya Robert. Pekerjaan Papaku adalah pegawai kantoran di perusahaan XXX. Papa orangnya sangat rajin dan disiplin. Dia sering sekali memasakkan sarapan untukku sebelum mengantarku ke sekolah lalu pergi bekerja."

Salah satu anak yang duduk didepan mengangkat tangannya, mengajukan pertanyaan. "Jadi keluargamu tidak lengkap?"

"Hm? Tidak lengkap?"

"Benar! Kamu punya ayah, tapi tidak punya ibu. Bukankah itu tidak lengkap? Karena itu kalian tidak bisa disebut keluarga!"

Anak yang didepan diam saja, sementara guru yang mendengarkan siap-siap akan memarahi karena tampak sangat jelas bahwa anak yang bertanya sengaja mengatakan itu.

Sebelum dia sempat memarahi, anak yang berdiri didepan menyela.

"Kamu memang benar, itu tidak lengkap."

"Nak, kamu tidak perlu mendengarkannya." Sang guru dengan lembut mengatakan kata-kata itu kepada anak yang berdiri didepan, sambil sesekali melirik tajam ke arah anak nakal yang tadi bertanya.

"Tidak apa-apa ibu guru."

Anak yang didepan tenang dan tersenyum. "Kamu memang benar, kami tidak lengkap. Namun kami salah disatu bagian."

"Huh? Apaan? Aku jelas-jelas benar!" Anak nakal itu menjulurkan lidahnya sambil mengolok-olok. Anak-anak lain menatap tajam anak nakal itu karena mereka tau mana yang benar mana yang salah.

Mengolok-olok itu tidak baik.

Namun anak didepan tidak terpengaruh sama sekali.

"Hanya karena tersisa aku dan Papa, bukan berarti kami tidak bisa disebut keluarga. Kami keluarga, mau ada seorang Mama atau tidak. Itu tidak merubah apapun."

"Hah? Omong kosong apa itu? Alasannya?"

"Bagaimana jika kamu diposisiku, dan aku mengolok-olokmu, kamu mau?"

"Ap--tentu tidak!"

"Kan."

Anak yang berdiri didepan tersenyum membuat anak nakal itu menggigit lidahnya sendiri lalu memalingkan wajah ke samping. Melihat sepertinya anak nakal tadi sudah berhenti, sang guru mengelus dadanya.

Ekhem.

"Ucapan yang bagus, Papamu pasti bangga padamu."

"Terima kasih Bu, Papa yang mengajariku."

Ah, anak yang manis. Sang guru membatin dengan senang. Akhirnya setelah sekian purnama dia menemukan murid seperti ini. Biasanya dia dapat modelan kayak monyet lepas kandang terus menerus. Lama-lama capek dia.

Anak lain mengangkat tangannya.

"Aku mau tanya, aku punya orang tua lengkap, jadi aku penasaran. Bagaimana perasaanmu kepada Mamamu? Kamu kan tidak pernah melihatnya."

"Perasaanku padanya? Tentu saja aku sayang padanya. Mau bagaimana pun, karena Mama aku ada didunia ini kan."

Anak yang bertanya menganggukkan kepalanya menerima jawab itu. Melihat pertanyaan sudah selesai ditanyakan, anak lain ikut-ikutan tanya.

"Kalau begitu, misalnya saja kamu ketemu sama Mamamu, kamu pengen ngapain sama dia?"

"Hah? Kamu nanya apaan sih rel?"

"Biarin, aku kan penasaran."

Anak yang bertanya, Karel, menepis teman sebangkunya dan tadi memukul bahunya. Dia kan penasaran! Makanya dia tanya!

"Apa yang akan aku lakukan huh.."

Sang guru menatap ke arah anak yang berada didepan, sama seperti anak-anak lainnya, bahkan termasuk anak nakal tadi. Sejujurnya mereka penasaran akan jawaban apa yang akan diberikan oleh sang rangking satu tersebut.

Anak yang berdiri didepan menutup bukunya lalu memeluk didepan dada. Dia memberikan jawaban yang dinanti-nanti dengan riang.

"Yang jelas, aku ingin berfoto dengannya!( ^▽^ )"

Kembali ke waktu sekarang, gadis itu segera kembali ke kenyataan setelah mengenang memori masa lalunya yang tiba-tiba berputar kembali saat melihat ke arah lukisan besar anggota keluarga.

Itu merupakan foto lama, dimana disana ada seorang ayah, seorang ibu, dan seorang anak laki-laki. Ayah dan anak laki-laki memiliki rambut berwarna putih sementara sang ibu memiliki warna rambut perak kegelapan sama seperti sang gadis.

"Kamu disini."

Dari belakangnya muncul suara yang familiar. Sang gadis tidak perlu berbalik untuk tau siapa yang ada dibelakangnya. Suara lain mengikuti saat sang gadis tidak memberikan jawaban sama sekali.

"Kami sedari tadi mencarimu."

"..."

Sang gadis menutup matanya lalu tersenyum sebelum berbalik menghadapi sang anak laki-laki dan ayah yang ada didalam lukisan.

"Papa, Oppa, ayo kita berfoto bersama."

Kedua laki-laki itu melihat satu sama lain sebelum setuju. "Hm, foto keluarga huh?"

"Ide bagus, kita bisa memajangnya di ruang utama."

Samg gadis merasa senang disaat kedua laki-laki itu tidak keberatan dengan ajakannya. Dia kembali berbalik melihat ke arah lukisan dan menatap ke arah wajah sang wanita yang adalah ibunya.

'.. mungkin didunia selanjutnya, kita bisa berfoto bersama, Mama.'

Dua tangan ada di bahunya, mereka bertiga menatap ke arah lukisan, dan sang ayah bertanya kepada putrinya. "[Y/n], apa kamu pernah berfoto dengan orang itu?"

"Uh, tidak?"

"Baguslah."

'Hah, aku bisa menyerangnya dengan ini.'

Sepertinya sang ayah masih tidak menerima calon menantunya. Sementara itu saudara laki-laki sang gadis hanya menatap ke arah ayahnya dengan pandangan kasihan.

'Ck ck ck, ayah, semakin kamu menolak semakin kamu nampak sangat menyedihkan.'

Tidak seperti ayahnya, dia menerima hubungan sang gadis dengan tunangannya dengan sangat baik. Yah siapa yang tidak mau menerima adik ipar yang adalah legendanya sendiri?

🌼✨[TCF x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang