Agatha melenggangkan langkahnya menelusuri koridor menuju gerbang sekolahnya.
Hari ini ia tidak pulang bersama Bryan. Bryan yang sudah menghubunginya lebih dulu untuk jangan menunggunya karena ia akan mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di sekolah.
"Gue nunggu di halte aja kali ya." Ucapnya sendiri.
Sesampainya di halte hanya Agatha seorang yang menunggu bis. "Tumben sunyi, apa gue kelamaan tadi di toilet jadi mereka dah pada pulang ya?" Tanyanya sendiri.
Agatha melihat disekelilingnya sudah tidak ada siswa ataupun siswi yang lalu-lalang.
"Kenapa lama banget." Agatha memilih berjalan mencari angkutan umum yang mungkin akan lewat.
Sementara kakaknya, Gissha sudah lebih dulu pergi dan berpamitan ingin pergi mencari buku dengan Devano sebelum pulang, ia sudah mengajak adiknya. Namun, Agatha menolak karena tidak ingin menganggu keduanya. Karena ia tidak ingin bouquetnya rusak karena Bryan mengendarai motor terlalu kencang, Agatha hanya menitipkan bouquetnya saja agar lebih aman.
Tidak lama Agatha berjalan, mobil hitam yang secara tiba-tiba berhenti disampingnya. Terlihat dua pemuda yang keluar langsung mendekap Agatha sampai membuatnya tidak sadarkan diri.
Selang beberapa menit saja. Agatha membuka kedua matanya, mendengarkan suara-suara di sekelilingnya.
"Tugas gue udah selesaikan. Lo jangan nekat. Ingat Lo cewe." Pinta lelaki itu kepada wanita yang memaki masker dan topi berwarna hitam.
Agatha seperti pernah mendengar suara laki-laki ini. Ia memfokuskan pandangannya. "Zicko." Gumamnya.
Rasanya Agatha ingin teriak, namun saat ini mulutnya ditutup dengan kain dengan kaki dan kedua tangan yang diikat diatas kursi.
Zicko pergi tanpa melakukan apapun kepadanya. Namun Agatha dibuat tercengang saat wanita yang bersama Zicko berjalan perlahan mendekatinya.
"Gimana kabar Lo? Ada yang sakit?" Tanya wanita itu.
"Mm.. Mmm.."
"Oh iya gue lupa. Mulut Lo ditutup." Wanita itu membuka kain yang membungkam mulut Agatha.
"Lo siapa? Mau Lo apa?"
Wanita itu bertepuk tangan dengan tatapan yang dingin. "Bagus Lo tanya gitu." Wanita itu mendekatkan wajahnya dengan Agatha.
"Jika tidak ada keperluan, gak mungkin gue repot-repot buat bawak Lo kesini."
Air mata mulai membasahi matanya, Agatha semakin takut sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi kepada dirinya.
"L-lo siapa? Mau apa?"
"Gue?" Wanita itu membuka masker yang menutupi wajahnya.
Agatha tercengang. "Amel!"
Amel tersenyum sinis. "Hai.. Agatha."
Agatha berusaha melepaskan ikatan di tangannya. "Gue gak nyangka Lo ternyata senekat ini."
"Ouh. Gitu ya?" Amel memegang dagu Agatha dengan sangat kasar. "Ceritain ke gue apa yang terjadi antara Lo dan Kenzo!"
Agatha melepaskan dagunya yang di pegang sangat keras oleh Amel. "Gue gak ngerti maksud Lo."
"Jangan bercanda Agatha." Amel menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Agatha. "Gue tahu Lo sama Kenzo ke rooftop. Saat Lo berdua turun, gue naik ke atas. Dan gue yakin terjadi sesuatu disana."
"Bukan urusan Lo."
Satu tamparan akhirnya mendarat di pipi kiri Agatha.
Amel mulai kesal, iapun mengambil tongkat baseball yang sudah disiapkan di ruangan itu. "Ceritain kalau Lo mau cepat bebas dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha's
General Fiction'Gue tahu seberapa pandai lo dalam sembunyikan luka, tapi mata lo gak bisa bohongi perasaan lo sendiri Gath. Mungkin gue bukan orang yang bisa buat lo bahagia. Tapi gue adalah orang yang gak bisa lihat lo terluka. Yang perlu lo tahu! Bahagia lo bah...