#episode 33

17 1 0
                                    

"Adam. " jawab kakek itu sambil meraih tangan Kenzo.

"Kamu tampan sekali nak."puji kakek setelah berjabatan tangan.

Kenzo hanya tersenyum manis sekali.

"Itu pacar kamu?" tanya kakek sambil menunjuk Agatha dengan dagunya.

"Ha bu-"

"Den Kenzo semua sudah rapi. " lapor pak Heri.

"Oh iya terima kasih pak."

Pak Heri tersenyum sembari menundukkan kepalanya.

"Pak Her, ini kakek Adam ternyata kek Adam tinggal sendirian disini."

"Iya, kami sudah berkenalan lebih dulu, sebelum den Kenzo datang."

Kenzo menganggukkan kepalanya. "Oh ya istri kakek-"

"Sudah meninggal." tukas si kakek.

Kenzo menganggukkan kepalanya."Anak sama cucu kakek tinggal dimana?" tanya Kenzo lagi.

"Anak dan cucu kek Adam itu-"

"Jauh." kakek memotong pembicaraan pak Heri. Kenzo menaikkan kedua alisnya. Ia mulai merasa ada yang disembunyikan. Namun, apapun itu sepertinya bukanlah urusan Kenzo. Kenzo mencoba menepis pikiran-pikiran yang mengganggu kepalanya.

"Tinggal di luar kota nak. Jauh." lanjut kakek.

"Kenapa kakek tidak ikut mereka?"

Kek Adam tampak tersenyum getir. "Kakek tidak ingin menyusahkan mereka."

"Mereka pasti tidak akan merasa disusahkan kek. Pasti anak dan cucu kakek juga sangat senang jika kakek tinggal bersama mereka." tutur Kenzo.

Kek Adam hanya tersenyum menanggapi perkataan Kenzo. "Oh ya. Anak dan cucu kakek sering main kesini?"

"Tidak."

Kenzo mengerutkan keningnya sesekali melirik ke arah pak Heri.

"Sudah lama tidak datang. Mungkin karena lagi banyak pekerjaan disana." Jelas kakek.

"Kakek sewa rumah sendiri ? Lalu makan-"

"Den Ken, kek adam bekerja sebagai penjual kopi keliling dan kek Adam adalah sosok lelaki tangguh. Buktinya ia tetap bekerja meskipun-"

"Meskipun sudah tua?" sanggah kakek sambil tersenyum.

"Anak-anak kakek tidak pernah mengirim uang untuk kakek?" tanya Kenzo.

"Tidak nak. Kakek masih mampu membiayai hidup kakek sendiri."

"Dengan berjualan kopi keliling?" Sambung Kenzo. "Lalu untuk membayar sewa rumah?"

Saat kakek Adam ingin menjawab. Terdengar suara mungil Gissha memanggil nama Kenzo.

"Mm.. maaf kek. Kenzo pamit dulu." Sembari tersenyum, Kenzo berlari-lari kecil menghampiri Gissha.

"Lu ngapain si? Bantuin kagak lu." serang Eza yang sudah terlihat penuh dengan keringat di wajahnya.

"Yah gue mau mastiin kalo orang-orang disini baik." Jawab Kenzo.

"Yah kalo masih dirumah aja berarti masih baik. Kalo dah dirumah sakit baru namanya gak baik." Eza gak mau kalah.

"Gak jelas lu bang." Timpal Bryan yang muncul dari belakang Eza.

"Ken, makasih banget kamu sama teman-teman kamu udah mau bantuin kakak. Kakak berhutang budi banget sama kalian." Tutur Gissha sangat lembut.

"Kakak jangan bilang gitu. Ini bukan apa-apa. Lagian kita semua ikhlas bantuinnya. Jadi jangan mikir kalo ini hutang budi." Gissha tersenyum tulus mendengar ucapan Kenzo.

Agatha'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang