Angin yang menerpa rambut Diandra membuatnya terlihat lebih cantik hingga tanpa sadar Deren terus memperhatikan gadis itu minum sambil memegangi dadanya.
"Ehem. " suara dehaman dari seseorang akhirnya memecahkan keheningan diantara Deren dan Diandra.
"L-lo udah sampai?"
"Udah. Eza yang jemput." Deren hanya menganggukan kepalanya padahal ia sudah tahu sejak keberadaan Eza tadi. Namun, entah kenapa hanya kalimat itu yang bisa ia keluarkan.
Gadis yang sedang menggendong buku-buku itu berdiri tepat dihadapan Deren.
Tergambar jelas raut wajah tidak suka Nadira. Ia seperti cemburu melihat kedekatan Deren dan Diandra tadi.
"Lo bawak buku banyak banget. Buat anak-anak ya?" tanya Diandra ramah dan Nadira hanya mengganggukan kepalanya.
"Gue bantuin bawak sini." Diandra hendak mengambil sebagian buku-buku yang digendong oleh Nadira. Namun, dengan sigap Nadira menepisnya.
"E-enggak usah. Gue udah biasa kok."
"Terus ngapain tadi lo nyuruh gue ban-"
"Ayo kesana Gath anak-anak udah kumpul." Nadira mengalihkan pembicaraan dan menarik lengan Agatha agar ia tidak bicara yang bukan-bukan.
"Kenapa lagi tu?" tanya Eza saat sudah berada dihadapan Deren dan Diandra.
Deren menaikan kedua bahunya pertanda tidak tahu. "Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Deren heran melihat Kenzo yang senyum-senyum sendiri melihat ke arahnya.
Diandra terheran dan menaikan sebelah alisnya mengisyaratkan seolah menanyakan kepada Deren apa yang terjadi. Deren hanya menaikan bahunya menandakan ia tidak tahu.
Agatha melihat raut kesal diwajah Nadira. "Lo cemburu, Nad?" tanya Agatha saat mereka sudah berada cukup jauh dari Deren.
***
Saat diperjalanan pulang kali ini Deren yang mengantar Agatha pulang dan Kenzo bersama Diandra sesuai permintaan Kenzo sendiri. Nadira? Tentu dengan Eza.
"Lo suka sama Diandra?"
"Gue?" Deren tertegun dengan pertanyaan spontanitas dari Agatha.
"Iyalah. Makan nasi goreng dipinggir jalan itu katanya enak. Mau?" ajak Agatha. Sebenarnya ia ingin berbincang-bincang dengan Deren.
"Bentar lagi sampai rumah. Lo laper?" tanpa menunggu jawaban dari Agatha, Deren langsung memberhentikan motornya.
Bukan karena ia tidak enak untuk menolak permintaan Agatha. Tapi, emang sebenarnya ia juga lapar setelah berlarian tadi.
Deren memilih ambil posisi duduk sambil menunggu Agatha yang sedang memesan makanan.
"Gue lupa tanya sama lo level pedasnya. Jadi gue minta dipisah sambal." tuturnya sambil duduk dihadapan Deren yang dibalas anggukkan saja.
"Bryan tadi masih dibelakang kitakan? Kalau lewat panggil aja." ucap Deren dingin.
Agatha mengernyitkan dahinya. Sikap dingin dari Deren bukan malah membuatnya ingin cepat-cepat jauh. Agatha semakin dibuat penasaran,pantas saja banyak wanita disekolahnya yang menyukai Deren. Tapi, karena sikap cuek dan dingin dari Deren banyak orang yang enggan untuk mendekatinya.
Tatapan tajam dari Deren bukan malah membuat Agatha takut atau enggan. Ia malah semakin penasaran seperti ada sesuatu yang disembunyikan dari sorot mata elang milik Deren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha's
General Fiction'Gue tahu seberapa pandai lo dalam sembunyikan luka, tapi mata lo gak bisa bohongi perasaan lo sendiri Gath. Mungkin gue bukan orang yang bisa buat lo bahagia. Tapi gue adalah orang yang gak bisa lihat lo terluka. Yang perlu lo tahu! Bahagia lo bah...