3. Ladies First

26 2 0
                                    

"Kepercayaan memiliki dua hal. Dibentuk dan terbentuk. Jika kepercayaan itu sudah rusak, memang masih bisa mencoba hal pertama. Tapi, tidak semua bisa berhasil dengan hal kedua"

-etnan-

"Temen baru, ya? Mama nggak pernah liat" Ucap Faya sambil menaruh cemilan dan minuman diatas meja.

"Murid baru" Jawab Gatha lesu.

Yap. Mereka berakhir dirumah Gatha. Sayangnya, kafe yang mereka datangi sedang ramai dan tentu Gatha tidak akan fokus mengerjakannya. Gatha pun keukeuh ingin mencoba ke tempat lain, Etnan dengan sabar menurutinya, namun hasilnya sama saja.

Mau tidak mau, Gatha membiarkan Etnan masuk ke dalam rumahnya, karena ia tidak mau jika harus mengerjakannya dirumah lelaki itu.

"Ganteng lho, Tha. Beneran cuma temenan?" Ledek Faya sambil tertawa kecil.

Gatha memutar kedua bola matanya malas, "Ma, dia ke sini bukan buat pacaran tapi buat ngerjain tugas"

Faya mengerutkan dahinya, "Bukan buat pacaran? Berarti kalian udah pacaran dong?"

Pertanyaan Faya sontak membuat Gatha mengelus dada. Sabar, Tha, "Bukan, Ma. Bukan gitu maksudnya" Jawab Gatha lesu. Always lesu kalau dekat Etnan.

"Gatha benar, Tan. Kami mau mengerjakan tugas" Ucap Etnan yang terdengar sopan dan tidak lupa santun.

Faya pun mengangguk sambil tersenyum, "Yaudah, Tante tinggal ya"

Setelah Faya menjauhi mereka, Gatha mulai menulis namanya di kertas polio.

"Kok nama gue nggak ditulis?" Tanya Etnan.

"Gue nggak tau nama lengkap lo, jadi lo tulis sendiri" Jawab Gatha yang masih lesu.

Etnan pun menggelengkan kepalanya, "Kan tinggal nanya"

"Gamau" Jawab Gatha dengan penekanan disetiap katanya.

Etnan tersenyum kecil. Gatha yang melihat itu mengerutkan dahinya, emang udah gila ni kadal!

Etnan membaca nama lengkap Gatha. Ya. Ia tersenyum hanya karena membaca nama gadis itu. Cantik. Sangat cantik. Bagaimana bisa orang tuanya memberikan nama secantik itu? Dan bukan hanya namanya saja yang cantik. Tapi semuanya. Semua yang ada dalam diri Gatha.

"Lo kerajinan. Dikumpulinnya masih kamis depan, ngerjain sekarang" Ceplos Etnan.

"Gue pengen cepet selesain urusan gue sama lo"

"Segitu gamaunya ya sekelompok sama gue?"

"Bukan sekelompok aja, sih. Intinya gamau berurusan sama lo"

Etnan mengangguk. Entah anggukkan itu untuk menerima pernyataan Gatha atau untuk hal lain.

Etnan pun melirik novel yang diberikan Bu Yuna tadi siang. "Novelnya cuma satu, mau baca sendiri-sendiri atau bareng-bareng? Tapi, kalau sendiri-sendiri bakal lama, ini tebel banget"

Gatha tidak menjawab, ia sedang berpikir.

"Gimana kalau setengah gue, setengah lo? Tapi bacanya jangan dalam hati, jadi nanti kita sama-sama mengerti" Saran Etnan dengan penuh percaya diri.

Gatha mempertimbangkan ucapan lelaki itu. Tapi, ada benarnya juga. Tidak mungkin membaca sendiri-sendiri, akan memakan waktu dan ia pun tidak ingin berlama-lama dengan lelaki menyebalkan itu. Mau tidak mau, tidak ada pilihan, Gatha terpaksa menerima saran darinya dan berusaha untuk tidak marah-marah.

"Oke. Siapa yang mulai?"

Tidak dipungkiri lagi, Etnan sangat senang mendengar Gatha yang setuju dengan sarannya. "Ladies first"

etnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang