31. Forgiven

4 2 1
                                    

"Perasaan itu semakin menyelam. Menusuk perlahan dan tidak membiarkan diam"

-etnan-

Hari ini adalah hari minggu. Hari yang Gatha habiskan dengan belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian kenaikan kelas yang tinggal menghitung hari. Namun, ia tidak bisa belajar dengan baik karena berbagai hal dan pertanyaan yang mengikat pikirannya.

"Gatha!"

Panggilan Mamanya memutus lamunannya.

"Ini ada temen kamu datang" Lanjut Faya.

Kerutan di dahi Gatha muncul saat mendengar itu. Ia pun langsung beranjak dari tempat tidurnya, keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.

"Mama ke dapur dulu ya bikin minuman" Ucap Faya dengan wajah yang masih kaget melihat Andra yang tampak babak belur bahkan lukanya masih basah. Tapi, ia tidak mau ikut campur atau sekedar bertanya apa yang terjadi padanya.

Lelaki itu langsung berterima kasih sambil menunduk.

Setelah Faya pergi meninggalkan mereka berdua, Andra mulai berbicara, "Gue tau lo gamau ngeliat gue lagi. Tapi, tolong izinin gue buat jelasin semuanya"

Gatha cukup tersentak memperhatikan Andra yang sangat berantakan. Kantung matanya yang tebal menjadi saksi bahwa lelaki itu kurang tidur atau mungkin tidak tidur sama sekali. Beberapa luka di wajahnya terlihat jelas. Namun, lelaki itu menutupi rasa sakitnya dengan senyuman terpaksa. Senyuman yang seperti memberi tanda akan rasa bersalahnya, betapa menyesalnya ia dan sebuah keputusasaan.

Pikiran Gatha kini semakin tak karuan. Berusaha menyusunnya dengan baik. Tapi, mereka seperti potongan puzzle yang tidak akan bisa di selesaikan dalam waktu dekat. Perasaannya seketika sesak. Luka dalam hatinya seolah terbuka lebar meminta makanan karena selama ini ia biarkan kelaparan.

Andra menatap lekat gadis yang ada di hadapannya. Jantungnya berdetak tidak karuan antara takut, bingung, dan perasaan yang lebih buruk. Tubuhnya mematung dan mulutnya tertutup rapat. Isi kepalanya berperang memaksa untuk berbicara. Tapi, ia tidak tahu harus mulai dari mana.

"Lho, kenapa pada berdiri? Sini, duduk. Di minum, ya, Andra. Ada beberapa cemilan juga" Ucap Faya memecah pikiran mereka berdua sambil menaruh minuman beserta makanan di meja ruang tamu.

"Makasih banyak, Tante. Maaf ngerepotin" Balas Andra sambil tersenyum dan sedikit membukukkan badannya menghadap Faya.

"Nggak, Andra" Ucap Faya lalu pandangannya beralih pada putrinya, "Mama ada keperluan mendadak, gapapa di tinggal?"

"Gapapa" Jawab Gatha singkat lalu duduk di sofa panjang ruang tamu.

"Maaf, ya, Andra? Tante mesti pergi. Jadi, mau gamau ninggalin kalian berdua" Ucap Faya dengan senyum kaku mengisyaratkan perasaan tidak enaknya.

Andra mengangguk sambil tersenyum kecil, "Gapapa, Tan"

Setelah itu, Faya langsung beranjak menuju pintu depan rumah dan keluar tanpa menutupnya. Lalu, Andra duduk di sofa tunggal tanpa melepas pandangannya pada Gatha.

"Cepet" Ucap Gatha tanpa sedikitpun melihat Andra. Tatapannya lurus ke depan melihat TV yang mati.

"Gue minta maaf. Maaf, nggak seharus--"

"Langsung ke intinya" Potong Gatha masih dengan nada dingin.

Andra menutup mulutnya rapat seraya mempersiapkan diri akan apa yang ia ingin katakan dan akan respon Gatha nantinya.

***

"Gatha yang super cantik nan baik, liat dong tugas lo" Ucap Rine sambil tersenyum beserta puppy eyes yang jelas tidak akan membuat Gatha luluh.

etnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang