"Tidak ada yang dapat melawan perasaan. Apalagi jika Tuhan membiarkan"
-etnan-
"Gatha, kemarin kamu ke mana? kenapa baru pulang? Mama telfonin nggak bisa, Mama khawatir" Ucap Faya panik setelah melihat putrinya masuk ke dalam rumah.
"Nginep di rumah Rine"
"Kenapa nggak izin dulu sama Mama? Mama nggak tenang kamu belum pulang"
"Aku capek, Ma. Mau ke kamar"
Mendengar itu Faya langsung meraih tangan anaknya, "Mama udah masakin kamu, ayo makan dulu. Cerita sama Mama, kenapa muka kamu keliatan nggak seneng gitu abis nginep di rumah Rine? Kalian berantem?"
Gatha melepas tangan Mamanya yang menyentuhnya dengan pelan , "Gatha mau ke kamar"
Faya tidak bisa memaksa putrinya itu. Keras kepalanya sama dengannya. Mungkin Gatha akan cerita ketika ia sudah siap. Tapi, sayangnya Faya tidak tahu bahwa penyebab putrinya begitu adalah dirinya sendiri.
Gatha melangkahkan kakinya berat, lalu melewati kamar Faya dengan pandangan yang sangat tidak enak. Lalu, ia menutup pintu kamarnya perlahan dan langsung membantingkan tubuhnya ke atas kasur.
Faya yang melihat anaknya sudah masuk kamar, buru-buru masuk ke kamarnya dengan membuka pintu sangat pelan agar tidak terdengar suara sedikitpun.
"Ayo, cepet pulang! Anak aku udah di rumah. Pulang, sebelum dia tau!" Bisik Faya pada seorang lelaki yang sedang bertelanjang dada dengan wajah yang cukup merah dan rambut berantakan.
Namun, bukannya menuruti perkataan Faya, lelaki itu malah menarik tubuh wanita yang berumur 38 tahun itu sampai berada diatas pangkuannya.
"Kenapa sayang? Gamau lagi?" Bisik lelaki itu lembut dengan mata yang berhasil membuat Faya lemah.
"Nanti, ya? Aku gamau anak aku tau. Sekarang kamu pake baju terus cepet pulang"
Lelaki itu tampak lesu, Faya pun beranjak dari pangkuannya dengan terpaksa.
"Mama!" Teriak Gatha yang tuntas membuat Faya panik setengah mati.
"Cepet pulang!" Bisik Faya penuh penekanan pada lelaki yang sudah memakai kaus dan sedang merapikan rambutnya. Faya pun langsung keluar dari kamarnya dan menghampiri Gatha.
"Iya, sayang?"
Gatha memperhatikan wajah Faya yang seolah menutupi sesuatu, "Mama abis ngapain?"
Faya menelan ludahnya kasar lalu tersenyum, "Beresin kamar. Kenapa sayang? Mau makan? Mau Mama ambilin? Mama ambilin, ya? Kamu tunggu di sini"
Setelah mengucapkan itu, Faya langsung keluar kamar dan menuju dapur. Sedangkan Gatha beranjak dari kasurnya dan perlahan keluar kamar. Matanya mengarah pada kamar Faya yang pintunya terbuka sedikit. Kakinya pun bergerak mendekati kamar Faya dengan perasaan kecewa. Ia masih tidak percaya Mamanya melakukan itu sekalipun ia mendengar lewat telinganya sendiri.
Tangannya perlahan meraih gagang pintu dan dalam hitungan ketiga langsung membuka pintu tersebut dengan kencang. Pandangannya mengelilingi isi kamar. Tidak ada siapapun di sana. Tapi, kasur Faya berantakan, aneh sekali. Jika Faya memang sedang tiduran sebelum ia datang, Mamanya itu tidak pernah membuat kasurnya sangat berantakan seperti ini. Malah langsung membereskannya karena tidak suka jika berantakan.
Apa yang Gatha lihat semakin memperburuk pikirannya dan meyakini suara yang telah iya dengar kemarin. Hancur. Kata itu yang dapat menjelaskan semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
etnan
Teen FictionNamanya Etnan. Ia sangat suka coklat. Namun, kemanisan coklat itu tidak bisa mengubah kepahitan hidupnya. Tapi, ada yang lebih ia suka daripada coklat. Gatha. Seorang gadis yang membuat banyak halaman baru dalam hidupnya. Ia rela untuk tidak makan y...