4. Dilarang Masuk!

22 2 1
                                    

"Tidak ada yang salah dari sebuah perasaan. Ia memiliki jalan. Namun, tidak jarang jalan yang diberikan adalah jalan buntu"

-etnan-

"Nih. Gabungin" Ucap Etnan sambil menyerahkan selembar kertas yang berisi tulisan sekitar tiga paragraf.

Gatha melihat kertas tersebut lalu mengambilnya dari tangan lelaki itu tanpa menjawab ucapannya.

"Lo sama gue, gimana? Gamau digabungin juga?" Ucap Etnan lagi. Dan kali ini, lebih parah dari tadi, Gatha langsung meninggalkannya tanpa melihatnya sedikitpun.

Etnan yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Ini sebenarnya salah. Seharusnya Gatha yang geleng kepala, kenapa malah lelaki itu?

Gatha langsung menyelipkan kertas tersebut ke dalam buku tulisnya dan memasukkannya ke tas.

"Lo marah ya sama gue?"

Ternyata, tidak salah lagi, dan sudah pasti, lelaki menyebalkan itu mengekorinya dari belakang.

Gatha tidak menjawab. Masih diam.

"Rangkuman gue salah ya? Kepanjangan? Atau tulisan gue jelek?"

Etnan yang melihat Gatha tidak ada pergerakan apapun mulai khawatir. Gadis itu terlihat seperti patung hidup. Wajahnya tidak mengeluarkan ekspresi apapun.

"Lo marah karena waktu kemarin cilok lo gue makan? Tapi kok marahnya telat sih"

Entah kenapa hari ini Gatha sedang tidak mood. Tidak ingin banyak bicara. Tidak ingin melakukan apapun, tapi dari pada absennya bolong terpaksa ia masuk sekolah.

"Lo pukul gue aja deh, jangan diem kaya gini. Ayo cepet! Kalau gue ada salah pukul, bilang, jangan cuekin gue!"

Etnan menyiapkan punggung juga lengannya, "Ayo pukul!"

Gatha masih diam. Bahkan melihat ke arahnya pun tidak. Gadis itu hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong.

"Lo sakit?" Ucap Etnan sambil memegang kening gadis itu. Namun, suhu tubuhnya normal.

Etnan semakin gelisah melihat Gatha yang seperti bukan Gatha. Gatha yang tidak melawan balik, Gatha yang tidak meneriakinya, Gatha yang tidak mengeluarkan kalimat tajam, dan Gatha yang suka melihatnya dengan tatapan benci namun manis.

"Gat, ayo pukul gue sekarang, jangan diem" Mohon lelaki itu. Gatha sebenarnya ingin tertawa dengan tingkah laku lelaki menyebalkan itu, namun bagaimana, mood nya sedang tidak baik, dan ia tidak ingin membuat lelaki itu semakin percaya diri.

"Gat, please.. Dimanapun gue terima. Sekeras apapun gue tahan, selama apapun gue sanggup" Mohon Etnan lagi dengan tatapan sayu.

Rine yang baru datang dan melihat adegan itu sontak tertawa tanpa dosa.

"Ngapain lo berdua? Lagi syuting? Mana kameranya?"

Etnan pun menatap sinis pada Rine. Rine yang sadar bahwa ia salah paham pun langsung mengangguk sopan dan melanjutkan langkahnya, namun tidak ke sebelah Gatha, tapi menumpang duduk dikursi temannya yang tepat berada dibelakang kursi Gatha.

"Kok gurunya belum datang-datang sih? Apa lupa jadwal?" Ucap Zia, siswi terajin, terdisiplin, terpintar, tercerdas, ter Zia-zia pokonya. Ia tentu tidak mau ketinggalan pelajaran.

"Udah la, Zi. Lagi istirahat kali gurunya, capek lah tiap hari bulak-balik naik lantai tiga" Jawab Rine yang dibalas senyuman menyeramkan oleh Zia.

Gatha pun membalikkan setengah badannya ke belakang, "Rin, anterin gue ke UKS" Ucapnya dengan nada suara pelan.

etnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang