16. Crazy

16 2 8
                                    

"You can fight with who loves her. But, you can't fight with who she loves"

-etnan-


Etnan menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap gadis yang baru saja memanggilnya.

Gatha menatap kedua bola mata lelaki yang berhasil membuatnya kalah. Kalah akan perasaan yang berusaha ia singkirkan. Namun, setelah lima detik, ia menundukkan kepalanya karena entah mengapa jantungnya berdegup tidak seperti biasanya. Sedangkan Etnan, pandangannya tidak lepas dari gadis yang tepat didepannya. Ya, bagaimana? Bagaimana mengalihkan pandangannya jika gadis yang ada dihadapannya jauh lebih menarik perhatiannya?

Etnan memicingkan matanya ketika melihat sesuatu yang berada dipuncak kepala Gatha. Tidak pikir panjang, ia langsung mengambilnya dan membuangnya. Bahkan benda mati saja ingin dekat-dekat pada Gatha, apalagi dirinya? Sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.

Jantung Gatha makin tidak karuan ketika merasakan tangan Etnan menyentuh puncak kepalanya. Tidak. Tidak. Seharusnya tidak begini. Ini pasti karena.. karena susah mengucapkan permintaan maaf!

Gatha pun perlahan mengangkat kepalanya dan menelan ludahnya dengan memberanikan kedua matanya untuk menatap Etnan lagi, "Gue---"

Tetttootetttttoootteett

Bel pertanda masuk pelajaran kedua pun telah berbunyi dan tentu karena itu ucapannya terhenti.

Gatha menghela napas pelan. Etnan pun melangkahkan kaki melewatinya tanpa sepatah katapun. Melihat itu, Gatha benar-benar tidak mengerti. Kenapa lelaki itu seperti bukan Etnan? Kenapa lelaki itu berubah? Atau.. mungkin bukan Etnan yang berubah. Tapi, Gatha yang memang tidak pernah mengenalnya.

***

"Tha?"

Gatha yang sedang memasukkan buku tulis dan buku paket ke dalam tasnya bergumam sebagai jawaban.

"Gue minta maaf, ya?"

"Buat?"

Rine tersenyum tipis, "Soal omongan gue di kantin tadi"

Gatha pun tersenyum. Senyuman yang memperlihatkan deretan giginya, "Kenapa harus minta maaf? Lo kan nggak salah"

Rine mengerutkan dahinya, "Lho? Jelas-jelas gue salah, Tha. Gue---"

Ucapan Rine terpotong karena tangan Gatha yang sudah menutup mulut sahabatnya itu.

"Jangan dibahas lagi, oke?" Ucap Gatha sambil beranjak dari duduknya dan Rine mengangguk kecil meskipun dirinya masih tidak enak. Setidaknya Gatha tidak marah padanya. Tapi, bagaimanapun Rine, Gatha belum pernah marah padanya. Gadis itu hanya diam. Ya. Mungkin itu adalah caranya untuk mengeluarkan emosinya.

Gatha berlari menuju parkiran sekolah, melihat sekeliling, matanya terus mencari keberadaan lelaki kadal yang tiba-tiba berubah menjadi kulkas berjalan.

"Tha?"

Gatha sedikit tersentak dan langsung berbalik, "Eh? Sangga? Liat Etnan?"

Sangga tampak kaget dengan pertanyaan yang dikeluarkan dari mulut Gatha. Entah. Pertanyaan itu seolah tidak mungkin keluar. Tapi, pendengarannya tidak salah, Gatha benar-benar sedang mencari sahabatnya. Tunggu-tunggu. Seharusnya yang bersikap seperti ini Etnan. Mengapa dirinya jadi repot ikut-ikutan?

etnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang