32. Him

9 2 7
                                    

"Karena beberapa tokoh hanya bisa terjadi sebentar"

-etnan-

Angin malam menemani mereka--menembus keheningan yang ada. Banyak orang berlalu-lalang membelah kota dan melangkahkan kaki pada jalan-jalan yang tidak mengenal pulang. Terlihat seorang gadis dengan topi biru dan hoodie abu-abu yang menempel di tubuhnya. Tatapannya kosong, tapi kepalanya sangat berisik mengalahi suara-suara kendaraan dan orang-orang yang ada di sini.

"Gue tau ini berat buat lo. Tapi, gue yakin dia di sana nggak akan suka liat lo kayak gini"

Gatha masih terdiam dan menunduk.

"Kita semua pasti akan pulang, Gatha. Selayaknya berangkat. Tiap orang punya waktunya masing-masing. Semua manusia pada akhirnya saling meninggalkan. Dia ninggalin lo. Tapi, bukan berarti lo jadi ikut ninggalin diri lo sendiri. Karena lo masih punya waktu untuk di sini. Gue rasa Tuhan nggak akan suka kalau lo terus buang waktu yang Dia kasih"

Petikan gitar berbunyi di antara mereka. Membuka nada sebagai pendahuluan sebelum bernyanyi. Gitar tersebut dipenuhi dengan sticker yang bermacam-macam. Sepertinya sang pemilik gitar itu menyukai keramaian. Keramaian yang ia ciptakan sendiri lewat gitarnya. Dengan berbagai warna walau tidak ada yang tahu mana warna yang sebenarnya.

Kala mata t'lah menghunuskan

Arti pulang jadi hal yang berarti
Dan ku harus melepasmu
Dengan sederhana di tengah
Gempitanya perayaan mati rasa

Etnan tidak melepas tatapannya pada gadis yang ada dihadapannya. Sedangkan yang ditatapnya masih saja menunduk.

Bila waktunya langit memanggilmu
Pulang, wahai mentari
Jangan kau risau
Semesta bersamamu

Mereka berdua sama-sama diam. Membiarkan pengamen tersebut bernyanyi sepuasnya.

Biarkan rebah pada tangisku
Raga, rasa kita yang lalu
Melepas itu caraku mencintaimu

Memang benar. Tidak semua bisa dimiliki. Toh, sejatinya tidak ada yang benar-benar milik kita. Beberapa hal tidak bisa sama ketika berangkat. Kebahagiaan yang menjadi episode awal itu tidak bisa bertahan sampai akhir. Bahkan, di tengah perjalanan pun tidak.

Masih nyala dalam dekapku
Semua asa yang kita rengkuh
Dan tertatih dia mencari hatimu
Dengan lembut retakkan semua
Yang kau mau dan rayakan mati rasa

Berbagai potongan memori berputar di kepala Gatha. Mereka menunjukkan betapa berharganya kebersamaan. Bersama dengan orang yang ingin sekali ada sampai akhir. Tapi, manusia hanyalah manusia.

Bila waktunya langit memanggilmu
Pulang, wahai mentari
Jangan kau risau
Semesta bersamamu

Pengamen tersebut memberikan kehangatan lewat lagu yang dinyanyikan. Dengan hati-hati, tidak terburu-buru, semuanya rapi. Menyanyikannya dengan sepenuh hati. Seolah memberitahu bahwa ia tidak hanya sekedar bernyanyi, mendapatkan uang, lalu pergi.

Biarkan rebah pada tangisku
Raga, rasa kita yang lalu
Melepas itu caraku mencinta

Biar aku berlayar 'tuk menemukanmu
Ke mana pun ku pergi, oh-oh-oh
Kehilangan ini menjadi saksi
Hanya namamu doaku oh-ho-oh-oh
Hanya namamu doaku

Biarkan rebah pada tangisku
Raga, rasa kita yang lalu
Melepas itu caraku mencintaimu

Etnan tersenyum puas ketika pengamen tersebut memetikkan gitarnya yang terakhir, "Makasih" Katanya sambil memberikan selembar uang yang dibalas anggukan serta ucapan terima kasih.

etnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang