22. Welcome

20 1 0
                                    

"Semesta memang senang memberikan kejutan. Tapi, bagaimana kalau semesta yang dapat kejutan?"

-etnan-

"Gue bakal masuk eskul teater, Rin"

Rine yang mendengar itu langsung berdiri dari duduknya sambil menatap lekat sahabat yang ada dihadapannya, "Seriusan?"

Gatha mengangguk mantap.

Rine terperangah, "Akhirnya! Untung nggak pas kelas 12"

Gatha pun menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, "Drama banget kayak dapet berita besar aja"

"Tha. Ini itu sebuah berita besar! Lo kebanyakan ragu sih jadi nggak maju-maju"

Mendengar itu Gatha merasa tertohok, "Bener lagi"

Rine yang masih berdiri pun segera menarik tangan Gatha, "Ayo daftar sekarang!"

"Rine! Makanan kita belum abis itu!" Ucap Gatha ditengah tarikan Rine tanpa melepas tangan Rine yang menggenggamnya.

"Udah gapapa!" Ucap Rine tegas dengan cekalan yang semakin kuat. Pandangannya tajam tapi mengisyaratkan sebuah kobaran semangat yang selama ini terpendam. Entah mengapa Rine malah lebih excited daripada Gatha.

Setelah sampai tepat di depan pintu yang bertuliskan teater, Rine melepas tangan Gatha seolah perjuangannya untuk membantu sahabatnya telah berhasil.

"Lo nggak ikut daftar juga?" Tanya Gatha.

Rine menggeleng, "Gue nggak sesuai sama persyaratannya. Kayaknya gue mau masuk band, deh"

Mata Gatha tampak berbinar, "Serius? Berarti abis gue daftar kita langsung cabut ke ruangan band, ya?"

kini, Rine yang mengangguk mantap.

"Syukur, deh. Lo nggak menyia-nyiakan suara lo. Kebanyakan ragu, sih!"

"Yeuh! Malah balikkin kalimat gue. Udah sana masuk!" Jawab Rine sambil mendorong punggung Gatha sedangkan Gatha menurut saja.

Entah mengapa saat pintu telah di tutup kembali dan dirinya berada di dalam ruangan teater membuatnya gugup, jantungnya berdetak tak karuan, napasnya sedikit memburu, pandangannya langsung memutari sekitar ruangan sekaligus mencari tempat di mana pendaftaran berada.

Gatha pun mengerutkan dahinya. Ia melihat punggung seorang lelaki yang tidak jauh darinya. Apakah ia akan mendaftar juga seperti dirinya? Atau memang anak teater?

Di sisi lain, Gatha tidak asing dengan pemilik punggung itu. Ia pun mendekat untuk memastikan. Dan seolah terpanggil, lelaki itu membalikkan tubuhnya.

"Lho, Gatha?" Ucapnya dengan senyuman yang tidak pernah bisa Gatha lupakan.

Gatha tersenyum tipis sambil merutuki dirinya sendiri. Ya. Seharusnya jika tahu bahwa itu adalah Andra, sebaiknya ia mendaftar lain hari saja!

"Lo anak teater?"

Gatha menggeleng pelan, "Gue baru mau daftar"

Mendengar itu mata Andra berbinar, "Sama! Gue juga mau daftar, dari tadi lagi liat-liat sambil nunggu Bu Rentari datang. Tadi, sebelum ke sini gue udah bilang sama anak teater dan udah didaftarin juga sama mereka, tapi biasanya anak-anak yang mau masuk selain lewat mereka harus lewat Bu Rentari juga. Ya, untuk memastikan mungkin"

Gatha mengangguk mengerti dan kini pikirannya bimbang. Apakah ia harus mengikuti kemauannya dan melanjutkan pendaftaran masuk eskul teater? Atau memilih pergi dari sini sekarang juga?

Tapi, mana mungkin ia merelakan keinginannya hanya karena seorang lelaki yang bahkan baru saja ia kenal. Andra bukan Kafka dan Kafka bukan Andra. Mereka hanya kebetulan mirip saja.

etnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang