12. It's Not Me. Never Me

19 2 2
                                    

"Everything have time. But, not for us"

-etnan-

"Ini terakhir kalinya kita ketemu? Emang kamu mau kemana?"

Kafka tersenyum tipis, "Aku disini. Bersamamu"

"Aku serius, Kaf"

"Lho, aku juga serius"

Gatha berdiri dari duduknya, "Kita emang nggak suka ngobrolin perpisahan. Tapi, kita nggak bisa lari dari kenyataan"

Kafka ikut berdiri dari duduknya dan memegang kedua pundak Gatha untuk menghadap padanya, "Dengar, Princess. Aku mau hari ini kita ngabisin waktu berdua dan bahagia"

Gatha menelan ludahnya sambil menatap kedua bola mata lelaki yang ada dihadapannya tanpa berniat menjawab.

"Princess mau, kan?"

Gatha masih diam.

"Princess mau apa biar bilang, 'iya'?"

Gatha membuang napasnya dan mencoba untuk mengeluarkan suara.

"Jangan pergi lagi"

Seketika senyuman Kafka hilang. Lelaki itu malah terdiam mendengar apa yang keluar dari mulut Gatha. Sedangkan Gatha, menunggu jawaban lelaki itu dengan harapan yang besar.

Kafka menelan ludahnya kasar lalu kembali tersenyum dengan mata yang berbinar, "Apa aku bisa menolak permintaan Princess? Apapun, Tha. Apapun yang kamu mau"

***

Mereka kini duduk bersampingan dan berhadapan dengan pantai. Suara ombaknya menembus telinga mereka. Hari pun sudah mulai padam. Waktu benar-benar berjalan begitu cepat ketika mereka bersama.

Gatha ingin sekali menanyakan kemana saja lelaki itu. Ia ingin semua pertanyaan yang ada dikepalanya terjawab. Tapi, ia tidak ingin merusak kebahagiaan yang mereka ciptakan hari ini.

Hari ini adalah hari kebahagiaannya. Senyumannya tidak habis ia keluarkan untuk Kafka. Lelaki itu selalu bisa membuatnya bahagia. Ya.. bahagia.

"Jangan sedih lagi, Princess"

"Kenapa memangnya?"

"Selama kamu sedih, selama itu pula aku nggak bisa happy"

"Kaf, bukannya menyedihkan? Ketika kita udah ngebayangin suatu hal yang benar-benar buat happy. Tapi, ternyata itu nggak bisa jadi kenyataan. Itu cuma tinggal dikepala aku"

Kafka tersenyum, "Aku pun nggak mau itu cuma ada dikepala. Aku sebisa mungkin membuat itu jadi nyata"

"Bagaimana?"

"Dengan nggak meninggalkanmu"

Gatha terdiam. Lelaki itu terlihat sungguh-sungguh, bahkan sejak awal mereka bertemu, Kafka benar-benar serius dengan ucapannya. Mungkin benar. Mungkin lelaki itu tidak akan membiarkannya sendirian lagi. Mungkin lelaki itu tidak akan membuatnya seperti gadis yang menyedihkan lagi. Mungkin lelaki itu tidak akan menghilang tanpa kabar lagi. Mungkin lelaki itu ingin memperbaiki semuanya. Mungkin ia benar-benar dengan ucapannya. Mungkin janji-janjinya akan ia tepati. Mungkin tidak akan ada kebohongan lagi. Mungkin.

Kafka akan terus bersamanya, bukan? Dan Gatha akan memiliki cerita yang berakhir bahagia.

Happy ending yang Gatha harapkan bisa menjadi kenyataan jika ia lakukan dengan Kafka. Ya.. selalu Kafka.

***

"Makasih, ya? Makasih udah pulang" Ucap Gatha sambil tersenyum.

Kafka pun ikut tersenyum, "Aku pasti pulang. Karena rumahku disini" Ucapnya sambil mengusap puncak kepala Gatha, "Aku tungguin sampai kamu masuk rumah"

etnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang