Ablaze 05 - Your Shadow

6.1K 597 14
                                    

Ablaze 05 – Your Shadow

"Aku telah menyuruh beberapa orang untuk membersihkan tempat ini, jadi kurasa tidak apa-apa untuk kita menginap di sini, aku khawatir karena cuaca yang buruk sopirku akan kesulitan melihat jalanan. Apa kau baik-baik saja dengan itu?"

Alicia memberikan London tatapan persetujuan. Sementara mobil melaju mendekati rumah tua itu, Alicia tidak berhenti menatap ke arahnya. Rumah itu tampak semakin mencekam dilihat dari dekat. Cuaca dingin, hujan, dan berangin. Halaman depannya, walaupun memang tampak sudah dibersihkan, tapi dedaunan dari pohon-pohon di sekitarnya kembali mengotori, terbang ke sana kemari.

"Wow, aku tidak pernah merasa semerinding ini," gumam London pelan, juga menatap ke arah yang sama dengan Alicia.

"Apa kau yakin baik-baik saja, Alicia?"

"Ya," jawab Alicia singkat.

Saat ini, dia di dalam kondisi di mana dirinya tidak memikirkan harus tidur di mana. Bahkan mungkin dia tidak akan tidur malam ini. Tapi tubuhnya lelah dan dia sangat butuh istirahat.

Terlalu banyak yang terjadi hari ini, Alicia merasa seluruh tenaganya terkuras habis.

Mobil berhenti di teras yang beberapa keramiknya retak karena dimakan usia.

"Ugh! Aku tidak mengerti kenapa nenek buyutku sangat pelit pada tempat ini," keluh London sembari bergidik kedinginan ketika angin berembus melewati mereka.

"...."

Alicia hanya diam, menatap pintu utama yang juga sama tuanya dengan seluruh bagian rumah ini.

"Aku yakin ada seseorang di dalam yang akan menyambut kita. Ayo masuk, Alicia," kata London. Melangkah lebih dulu, membuka pintu yang mengeluarkan suara tercekik nyaring. Alicia mengikutinya di belakang, mendengar London menarik napas terkejut dan menahannya.

"Ada apa?" tanya Alicia.

"Atau ... tidak. Tidak ada yang menyambut kita. Haha." London tertawa sumbang, menoleh ke arah Alicia dengan tatapan yang menunjukkan keraguan.

Ruang utama rumah itu diterangi oleh kandelir tua yang lampunya redup. Tangga melingkar menuju lantai dua ditutupi oleh karpet merah gelap. Semua furnitur di sana adalah barang-barang yang sudah ketinggalan jaman; antik. Sebuah lorong menuju ruang makan dan daput tampak di pandangan. Rumah ini lebih besar dari yang Alicia duga.

Dan mereka hanya berdua di sini. Wajar kalau London merasa takut.

"Kenapa kita tidak menginap di hotel saja kalau begitu?" ucap Alicia dengan penasaran.

London menggeleng, pandangannya tertuju ke atas tangga yang gelap. "Sebaiknya kita di sini saja. Ini lebih baik daripada harus menerobos jalan yang diapit oleh hutan-hutan terbengkelai dalam keadaan hujan deras seperti ini."

"Kau jelas ketakutan, London. Aku tidak berniat untuk membuatmu merasa lebih baik, rumah ini mungkin memang telah menjadi sarang para hantu."

London tercekat, menatap Alicia horor. "Aku semakin yakin sekarang, bahwa kau benar-benar telah berubah menjadi wanita tidak berperasaan, Alicia. Ke mana gadis lugu yang dulu kukenal?"

Alicia melengos. "Gadis itu sudah mati," dengkusnya sembari melangkah pergi.

London yang melihat ke mana Alicia melangkah buru-buru menyusulnya. "Tu-tunggu aku!"

***

London menuntun Alicia menuju sebuah kamar yang katanya adalah kamar utama rumah ini. Alicia akan tidur di dalamnya, sementara London akan menggunakan kamar di samping kamar Alicia itu.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang