Chapter 31 - The Letter (b)

19.6K 1.7K 92
                                    

Jangan lupa VOTE duluuuuuu ⭐⭐⭐

Enjooooy~

•●※●•


Semenjak hari itu, Alicia dilanda kekhawatiran yang semakin mendalam. Dia sudah tidak mual-mual lagi seperti di awal. Hanya pusing dan lemas hampir setiap saat. Alicia juga semakin tidak nafsu makan dan susah tidur. Ketika mengecek kalender pada hari itu, Alicia menyadari bahwa siklus haidnya telat selama dua bulang, awalnya Alicia pikir itu adalah hal yang lumrah karena dia masih menganggap dirinya remaja, dulu juga Alicia sering kali mengalami gangguan siklus haid sehingga dia tidak curiga sama sekali.

Namun di kondisinya yang sekarang, Alicia tidak lagi bisa menganggap hal itu lumrah. Lucius telah bersamanya beberapa kali, dan selama itu Alicia tidak terlalu memikirkan konsekuensi atas perbuatan lelaki itu padanya.

Alicia yakin bahwa dirinya hamil. Namun Lucius pasti membencinya sekarang. Alicia telah mencoba untuk berbicara padanya, tapi lelaki itu tidak pernah memberinya kesempatan. Makanan kini selalu diantarkan ke kamar Alicia, padahal sebenarnya Alicia berharap bisaa makan malam bersama di ruang makan dan berbicara pada Lucius.

Sebelumnya Alicia memang sempat berpapasan dengan Lucius ketika hendak ke perpustakaan, maksud Alicia memang hendak mencari lelaki itu di sana, tapi Lucius hanya menatapnya sebentar, kemudian sebelum Alicia dapat mengatakan apapun, dia pergi begitu saja. Alicia lantas menunduk dan menyadari, bahwa kebencian Lucius padanya memang serius, Alicia adalah anak dari orang yang telah membunuh keluarga Denovan, menghancurkan kebahagiaan Lucius. Jika selama ini Alicia selalu marah dan bersikeras untuk membenci lelaki itu karena telah menjauhkannya dengan orangtuanya, sekarang yang Alicia rasakan justru sebaliknya.

"Apakah aku harus memberitahu dia?" tanya Alicia pada bayangannya sendiri di cermin. Dia mengangkat kaos yang dikenakannya dan menatap perutnya yang masih tampak datar. Alicia mengusapnya pelan lalu tersenyum sedih.

Alicia lantas keluar dari kamar untuk sekali lagi mencoba peruntungannya berbicara dengan sang tuan. Dia berharap Lucius saat ini ada di rumah.

Malam telah semakin larut, Alicia melihat beberapa pelayan masih tampak melakukan tugas malam mereka. Alicia juga melihat Maloma di pintu dapur dan langsung menghampirinya.

"Nona Alicia, ada apa?" tanya Maloma.

Alicia meramas tangannya gugup. "A-apa... apa Tuan Lucius sudah pulang?"

"Belum, Nona Alicia."

Alicia menunduk kecewa. Dia pun berbalik, hendak kembali ke kamarnya saat pintu utama tiba-tiba saja terbuka.

Lucius masuk bersama seorang perempuan cantik berambut pirang.

Perempuan itu bergelayut mesra di lengan Lucius dan tengah membicarakan sesuatu kepada lelaki itu yang membuat Lucius tersenyum padanya.

Alicia tidak bisa berkata-kata, pun juga bergerak sedikitpun dari tempatnya. Untuk sesaat, napasnya tercekat di tenggorokan.

Siapa wanita itu?

Mata Lucius kemudian bertemu dengannya. Wajah lelaki itu berubah dingin. Lantas tanpa mengatakan apapun, mereka naik ke lantai atas, berdua.

Bahkan setelah keduanya pergi, Alicia masih dapat mendengar suara tawa merdu perempuan itu di ujung tangga. Rasa sakit bergumul di dalam dada Alicia. Sakit yang begitu menyesakkan.

"Si-siapa... siapa wanita itu, Maloma?" tanyanya.

Maloma tidak menjawab. Ketika Alicia berbalik dengan mata yang telah berkaca-kaca menghadap Maloma, Maloma hanya menatapnya tanpa ekspresi dan berkata, "Sebaiknya Anda kembali ke kamar dan istirahat, Nona Alicia."

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang