Chapter 25 - The Casino

25.8K 1.9K 56
                                    

Seharusnya chapter ini dibagi 2 karena mayan panjang >,< tapi karena kemarin janji update tapi ternyata molor :v jadi nih Asia gabungin biar panjang (*´∀`*)

Eh sebelum mulai, Asia mau bilang kalo chapter ini sudah diedit, tapi kalau kalian nemu typo or kerancuan kalimat, komen aja yaaaa please itu bantu banget 😘

Jangan lupa tekan ⭐
Komen apa aja yang ada di pikiran kalian setelah baca chapter ini 😆

Happy reading💞


•●※●•

"Apa yang kau lakukan di sini, Landon?" Lucius bertanya pada lelaki yang saat ini berdiri di samping Alicia dengan tatapan terkejut, bukan karena kehadiran Lucius, tapi karena tatapan yang lelaki itu berikan padanya. Landon sontak saja melepas tangan Alicia dari genggamannya.

Alicia menyadari suasana tegang di antara mereka karena kehadiran si tuan rumah, dan Alicia pun tidak siap melihat Lucius secepat ini. Dia berharap melihatnya besok atau lusa, seperti biasa. Maka Alicia pun mengundurkan diri dan pergi, Lucius tidak mencegahnya, Alicia pun melangkah semakin cepat.

"Kau pulang sedikit telat. Kakek menghubungimu, Luc."

"Apa yang kau lakukan di sini, Landon?" Lucius mengulang pertanyaannya dengan nada yang lebih gelap, membuat Landon merinding seketika.

"Tenanglah, Sepupu, aku tadinya hanya datang untuk melaporkan sesuatu," Landon menjawab, dia kemudian terkekeh canggung, "tapi wanitamu membuatku penasaran. Maka aku putuskan untuk tinggal lebih lama. Kau tidak bisa mencegahku," lanjut Landon. Dan setelah kalimat terakhirnya terucap, dia langsung melangkah pergi dengan cepat sebelum Lucius sempat mengatakan apapun.

Di belakang, Lucius mengepalkan tangan, ujung bibirnya terangkat setengah, merasa terhibur pada keadaan yang saat ini terjadi di rumahnya.

Lucius kemudian pergi menuju ruang makan di mana di sana dia duduk seorang diri di ruangan yang sangat luas, hanya ditemani cahaya oranye dari matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Berapa lama dia pergi meninggalkan rumah hari ini? Rasa-rasanya hanya sebentar saja, tapi kenyataannya nyaris seharian, dan sekarang dia memiliki dua pengacau kecil di rumahnya.

Tangan Lucius masih terkepal di atas meja, amarahnya masih membumbung tinggi di dada. Namun dia telah bertahun-tahun belajar untuk mengontrol diri agar tidak lepas kendali. Dorongan untuk mendatangi kamar Alicia—mengeklaim gadis itu sebagai miliknya—muncul sama besarnya untuk menghampiri Landon dan membunuh sepupunya itu.

Lucius sendiri terkejut, sehingga membuatnya bertanya-tanya; Sebegitu besarnya kah Alicia mempengaruhinya?

Rasa kemenangan kecil yang ia dapatkan semalam lenyap begitu saja.

Sinar matahari nyaris hilang, bayangan gelap perlahan menutupi ruang makan. Lucius menoleh ke jendela. Iblis di dalam mozaik itu seolah mengejeknya, bahwa Lucius tidak sekuat yang lelaki itu pikirkan. Di hadapan si gadis, dia hanyalah lelaki lemah yang tidak memiliki kendali apapun.

***

Alicia tidur terlentang di atas ranjang, masih dengan pakaian yang sama bahkan sepatunya belum dilepas. Dia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Hari ini, untuk sejenak dia merasa begitu relaks. Landon ternyata tidak seburuk yang Alicia pikirkan pada awalnya.

Karena lelaki itu adalah sepupu Lucius, Alicia sudah berpikir bahwa mereka tidak akan jauh berbeda. Tapi justru Landon adalah sosok kebalikan dari Lucius.

Landon membuatnya tersenyum dengan cerita-cerita yang pria itu ceritakan. Dia tinggal di China, menjadi CEO di D Group cabang sana, memegang kendali pada perusahaan Entertainment yang juga menjadi salah satu fokus D Group di negeri itu. Sedangkan posisi Lucius lebih tinggi lagi, dia seorang CEO di kantor pusat D Group, posisinya berada di tingkat kedua setelah sang kakek, Luke Denovan.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang