Ablaze 06 - Runaway

6.7K 642 26
                                    

Maaf ya agak telat. 🙏
Enjoy your reading~ ❤

***
LIVING WITH THE DEVIL: ablaze 06 - Runaway

Hanya sekadar kata, tidak cukup mampu menjelaskan apa yang Alicia rasakan di dalam. London bilang bahwa yang dilihatnya tadi malam hanyalah halusinasinya semata. Alicia ingin membantah, tapi fakta bahwa itu memang benar, hanya halusinasi, atau mungkin arwah Lucius yang tertinggal di tempat ini.

Di hadapannya, London tengah menggigit roti sembari menatap ke layar laptopnya. Mereka sarapan dengan menu yang telah disiapkan oleh orang suruhan London, para pelayan yang baru dipanggil pagi ini. Selain bekerja, mereka juga memberi kesan rumah yang lebih hidup.

"London," panggil Alicia.

London langsung mengangkat pandangannya dan menatap Alicia yang ternyata sedari tadi belum menyentuh makanannya. "Ada apa? Apa kau butuh sesuatu?"

Alicia menggeleng. "Ke mana kita setelah ini? Ke mana kau akan membawaku?"

London terdiam untuk beberapa saat, sebelum menjawab. "Ke sebuah tempat."

Jawaban singkat itu sama sekali tidak cukup memuaskan bagi Alicia. "Kau belum menentukannya, kan? Kalau terus begini, aku hanya akan menyusahkanmu," kata Alicia. Ekspresi di wajahnya mendingin ketika mengatakan itu. Dia tidak ingin terus merepotkan London, tapi juga tidak ingin kembali ke Jepang dan bertemu lagi dengan Alarick.

"Alicia, kau sama sekali tidak menyusahkan. Aku melakukan semua ini bukan hanya karena Lucius memintaku, tapi juga karena keinginanku sendiri. Jadi kumohon, jangan berpikir yang macam-macam. Aku pasti akan menepati janjiku, Alicia. Aku akan membawamu ke tempat yang selama ini kau inginkan."

"Tempat yang aku inginkan?" Alicia membeo. Apakah London tahu apa yang saat ini benar-benar Alicia inginkan?

"Ya. Kau ingin tinggal ke tempat yang terpencil itu, kan? Kau ingin hidup dengan kedamaian. Dan kau akan mendapatkannya. Semua kebutuhanmu dan penjagaan sepenuhnya. Kau akan hidup tanpa perlu merasa khawatir tentang Alarick atau siapa pun, selain dirimu sendiri dan keponakanku nanti." Pandangan London tampak melamun untuk beberapa saat. "Itulah yang diinginkan Lucius," lanjutnya.

"...." Alicia menggigit bibirnya dengan keras saat mendengar nama itu disebut. Entah kenapa, hanya dengan nama saja, mampu menimbulkan perasaan menusuk di dadanya.

"Pantas saja kalian berjodoh. Kalian memang mirip dalam banyak hal. Lucius juga suka tempat-tempat terpencil untuk menenangkan diri. Tapi di sisi lain kalian juga sangat berbeda," komentar London, terkekeh tanpa selera humor sedikit pun.

Alicia menunduk, menatap pantulan dirinya pada sendok yang mengilap. Saat bayinya lahir nanti, mungkinkah dia akan mirip dengan ayahnya? Memikirkannya saja sedikit menghibur hati Alicia. Kalau anak ini bisa lebih mirip dengan ayahnya, maka itu akan lebih baik. Dia akan menjadi anak yang pintar dan tangkas, juga penyayang kepada keluarganya. Dia akan menjadi sosok yang kuat seperti ayahnya, laki-laki atau perempuan.

"Ini juga tempat terpencil," kata Alicia, tiba-tiba.

London mengangkat pandangannya lagi. "Maksudmu?"

Alicia membalas tatapan pria itu. "Tempat ini ... juga tempat terpencil. Jauh dari orang-orang, jauh dari Jepang, jauh dari Alarick."

Menyadari maksud ucapan Alicia itu, London sontak menggeleng. "Tidak. Tidak, Alicia. Kau tidak akan tinggal di sini. Aku tidak sejahat itu untuk membiarkanmu tinggal di rumah tua yang mungkin akan tersapu oleh angin besok paginya ini. Haha. Aku tidak sekejam itu. Percayalah padaku," kata London.

Tapi ekspresi dingin di wajah Alicia tidak berubah menjadi lega seperti yang London harapkan. Dia justru berkata lagi, dengan lebih gamblang, "Aku ingin tinggal di sini."

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang