Ablaze 26 - Failed Plan

5.3K 525 15
                                    

Lucius sampai di tempat yang akan menjadi tujuannya hari ini. Langit di atas kepala mereka berwarna biru pucat, matahari bersinar sangat terik. Padahal kemarin hujan turun begitu deras. Lucius tidak menyukai cuaca cerah seperti ini dan berharap hujan akan kembali turun. Dengan begitu, barang bukti seperti darah—jika memang harus ditumpahkan—akan lebih mudah dihilangkan.

Dia dalam suasana perasaan yang juga buruk karena Landon memberitahunya bahwa Alarick belum juga datang. Pria itu terlambat beberapa menit di acara penting seperti ini. Itu memunculkan kecurigaan bagi Lucius; bagaimana kalau Alarick tidak akan datang?

Lucius melangkah mendekati jendela kaca yang lebar, menatap ke arah gedung di seberangnya di mana rapat penting para investor itu akan segera dimulai. Dia mulai merasa gerah, padahal ruangan ini dilengkapi dengan pendingin yang sejuk.

"Apakah dia masih belum juga datang?" tanya Lucius pada Benjamin di seberang telepon.

"Mobilnya sudah dalam pandangan," jawab Benjamin.

Dengan begitu, senyum Lucius pun terukir. Dia mematikan sambungan telepon itu dan melangkah keluar dari ruangan tersebut.

***

Sebuah lelucon garing dilontarkan, Landon tertawa terpingkal sekalipun tidak ada yang lucu baginya dari lelucon yang diucapkan oleh pria tua yang duduk di sampingnya ini. Sedari tadi, pandangannya akan berganti ke arah lawan bicaranya dan pintu masuk. Tidak lama kemudian, pintu itu terbuka, dan Landon hanya mengharapkan satu orang; Alarick.

Tapi ketika pria itu melangkah masuk, Landon tertegun.

"Maafkan keterlambatan saya. Dan maaf juga karena Tuan Alarick Lucero tidak bisa datang dikarenakan anak dan istrinya mengalami kecelakaan lalu lintas saat beliau dalam perjalanan ke sini. Oleh karena itu, saya yang akan menggantikan kehadiran beliau. Mohon pengertiannya."

Ekspresi di wajah Landon mengeras. Hal ini berada di luar kendalinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa pun saat kemudian pintu rapat ditutup dan rapat itu pun dimulai.

Landon mengambil ponselnya, mengetik pesan singkat kepada Lucius dengan cepat.

[Alarick tidak hadir, hanya asistennya.]

***

Sesaat setelah Lucius membaca pesan yang dikirim oleh Landon itu, dia memberi tahu Benjamin—pria itu tengah menyamar sebagai seorang pelayan yang akan mengantar minuman dan melaksanakan aksinya di saat itu.

Lucius kemudian berkata padanya, "Rencana semula tetap berjalan. Aku akan pergi menemui Alarick. Interogasi asisten pria itu."

Entah bagaimana Lucius bisa menebak di mana tempat Alarick berada sekarang, tapi firasatnya begitu kuat.

"Tuan, pastikan Anda tidak pergi sendiri," sahut Benjamin. Keraguan dan kekhawatiran terdengar di suaranya.

"Hm," jawab Lucius singkat sebelum memutus sambungan telepon itu dan berganti untuk menelepon satu unit terbaik penjaganya. Namun Lucius tidak punya waktu untuk menunggu mereka. Mobilnya melesat cepat di jalan raya dengan satu tujuan yang pasti.

Dia begitu cemas sehingga pikirannya menjadi berkecamuk. Berulang kali dia mencoba untuk menghubungi Gabrielle, tapi tidak ada jawaban. Jadi Lucius menghubungi Bibi Jane sebagai gantinya.

"Tuan Lucius!"

Sesaat setelah panggilan itu tersambung, suara tangis terdengar di sana.

"Ada apa, Jane? Apa semuanya baik-baik saja? Di mana Alicia?"

"Alicia, dia baik-baik saja. Tapi ... tapi anakku, Tuan!" Jane meraung tangis pilu. "Wendy hilang. Dia pergi dengan temannya tadi pagi dan sampai malam ini dia belum juga kembali. Tolong kami, Tuan Lucius. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Wendy, kami—"

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang