Chapter 13 - Precious One (a)

29K 2.1K 123
                                    

Malam itu Alicia semakin kesusahan untuk tidur. Namun pada akhirnya, dia berhasil juga dibuai ke alam mimpi. Tidak tahu tepatnya kapan, tapi lama sekali rasanya Alicia menatap langit-langit kamar dengan pikiran berkecamuk, menunggu kantuk benar-benar berhasil merenggut kesadarannya.

Paginya, ketika Alicia bangun, matahari telah bersinar terik menembus gorden-gorden jendela yang ditutup. Garis-garis cahaya matahari itu masuk melalui celahnya. Alicia merasa semalam tidurnya sangat nyenyak. Dia bahkan tidak bermimpi apapun dan tidak terbangun pada waktu-waktu tertentu seperti biasanya. Dengan perasaan bahagia itu, Alicia tanpa sadar tersenyum. Matanya masih terpejam, kendati dia telah tersadar dan membukanya beberapa saat lalu, tapi Alicia ingin tidur lebih lama lagi.

Ketika kesadarannya nyaris terenggut lagi, saat itulah Alicia merasakan sesuatu melingkari kakinya, meraba-raba naik menuju pahanya. Mata Alicia langsung terbuka lebar. Dia hendak membalik posisi ketika tangannya menyentuh permukaan kulit yang terasa sangat panas, dan sangat keras. Alicia langsung mematung.

"Apakah tidurmu senyenyak itu, Sayangku?" tanya sebuah bisikan yang terdengar berat di belakangnya

Alicia tentu tahu siapa pemilik suara itu. Oleh karena itulah dia tidak jadi berbalik dan mempertahankan posisinya dengan tubuh yang kaku.

"Ka-kapan kau kembali?" tanya Alicia terbata. Sekalipun dia tidak menatap Lucius, namun Alicia merasakan dengan jelas tatapan pria itu padanya, yang seolah mampu menembus tengkorak kepalanya saat itu juga.

"Semalam," Lucius menjawab. "Tidakkah kau merindukanku?" godanya. Tangannya menyentuh pinggang Alicia, mengangkat sedikit baju tidur Alicia dan mengusap permukaan kulit Alicia yang meremang. Alicia terkesiap, dia menggigit bibirnya, namun tidak melakukan apapun dan berpura-pura bahwa dia tidak terpengaruh dengan sentuhan itu. Padahal sebenarnya Lucius tahu lebih baik.

"Aku harus bangun," kata Alicia pelan.

Lucius terkekeh di telinganya, embusan panas napas lelaki itu menerpa lehernya. "Kau tidur seperti bayi," ucap Lucius, kemudian mencium tengkuk Alicia dan menggigitnya lembut.

Alicia menutup mulutnya dengan tangan ketika dia hampir saja mengeluarkan suara yang sama sekali tidak diinginkannya.

"Bi-bisakah... k-kau... pergi?"

"Kenapa aku harus pergi? Padahal aku baru saja kembali?"

"Aku-"

"Apa kau menyukai hukumanmu minggu lalu?"

"Tidak!" jawab Alicia cepat.

"Hm... tapi tampaknya tidak seperti itu, Sweetheart."

Kedua tangan Alicia terkepal kuat tanpa sadar, untuk menahan efek dari sentuhan-sentuhan bibir Lucius.

"A-aku... benar-benar harus bangun. Kumohon, keluarlah dari kamarku." Karena Alicia sudah tidak punya muka lagi untuk berhadapan dengannya. Bahkan ketika Lucius tidak di sini, sosoknya dan apa yang telah dia mampu perbuat pada tubuh Alicia membayangi Alicia setiap saat. Terlebih, ketika lelaki itu ada di sini sekarang.

"Kamarmu, ya?" Lucius berkata dengan nada geli.

Alicia tidak merespon, dia menggigiti bibirnya semakin kuat ketika bibir Lucius bergerak semakin sensual di kulitnya yang sensitif. Tangan Lucius pun tidak tinggal diam, mengusap halus perut rata Alicia.

Hanya ada dua pilihan, pikir Alicia. Diam dan membiarkan Lucius melecehkannya sekali lagi, atau memberanikan diri melawan lelaki itu lalu lari sejauh mungkin darinya? Alicia hendak memilih opsi yang kedua walau dia takut pada konsekuensinya. Namun niat Alicia itu tersendat ketika usapan halus dan dingin kembali terasa di paha dan kakinya. Namun tidak terasa seperti tangan milik manusia. Alicia mendengar suara desisan. Kekehan Lucius di belakangnya semakin membuat dugaan Alicia kuat dan dia semakin ketakutan.

"A-apa itu?" tanya Alicia dengan tubuh membeku.

"Tebak," bisik Lucius.

Sentuhan dingin itu semakin merambat naik ke perutnya dan Alicia mulai bergetar. "Tu-Tuan?!"

"Ssstt! Angel bisa mencium ketakutanmu dengan sangat jelas."

"S-siapa Angel?!" suara Alicia nyaris memekik.

Lucius menggumam. "Hanya seekor piton." Dan tepat setelah itu, dari balik selimut yang menutupi dada Alicia, kepala seekor ular muncul dengan lidah menjulur menyentuh dagu Alicia, hewan itu mendesis.

Alicia langsung memekik dan meronta ketakutan.

Tapi justru ular itu melilit kakinya semakin erat. Suara teriakan Alicia semakin kencang, diiringi tawa Lucius yang menggelegar ke seisi ruangan.

Alicia berjuang sekuat tenaga melepaskan dirinya. Bahkan ketika dia terjatuh dari ranjang ke lantai dengan suara debuman yang keras, Alicia tidak peduli dengan rasa sakitnya dan langsung berlari menuju pintu hanya untuk menemukan benda itu terkunci.

Alicia berbalik dan bersandar di sana dengan napas tersendat-sendat. Baju tidurnya kusut. Rambutnya acak-acakan. Peluh membanjiri pelipisnya. Bahkan air mata mulai membayangi matanya.

Alicia menonton Lucius yang dengan tenang menyibak selimut dan memperlihatkan padanya seekor piton besar merayap di atas seprainya. Lelaki itu menoleh pada Alicia dan menyeringai lebar.

"Sepertinya dia menyukai tempat tidurmu," kata Lucius.

"Buka pintu ini!" seru Alicia dengan panik.

"Tidakkah kau mau menyapa teman sekamarmu mulai hari ini, Alicia?"

Kedua mata Alicia melebar. Tangannya kembali mencoba untuk membuka pintu kamarnya, memutar handlenya berulang kali.

Ketika Lucius berdiri dari ranjang dan mengangkat Angel ke tangannya. Mata Alicia menatap penuh horor, punggungnya menempel sempurna ke daun pintu dan jantungnya berdetak semakin liar.

"A-apa yang hendak kau lakukan?!"

Lucius berjalan semakin mendekat.

Alicia histeris dan memukul-mukul pintu itu berharap seseorang di luar sana mendengarnya dan mau menolongnya.

"Tolong!!!" seru Alicia berulang kali ketika rasa takut itu menguasai dirinya.

"Ini hanya seekor ular, Alice. Walau sebelumnya kudengar bahwa kau memiliki phobia pada hewan sejenis ini?"

"Menjauhlah dariku, Lucius!"

Lucius melangkah semakin dekat, matanya menatap Alicia seperti seekor pemangsa menatap makanannya.

Sekarang Alicia merasa memiliki dua ancaman sekaligus, dua predator yang siap melahap habis jiwanya.

Lucius berdiri tepat di hadapan Alicia dan tersenyum pada wajah ketakutan gadis itu, dia bahkan sengaja mengarahkan kepala Angel ke bahu Alicia. Tubuh Lucius semakin mendekat. Angel melata di lehernya dan menggelitik sekujur tubuh Alicia yang bergetar hebat. Kemudian tiba-tiba saja Lucius memagut bibir Alicia, membawanya ke dalam ciuman yang keras dan lama. Ketika tubuh Alicia merosot ke lantai lah baru kemudian Lucius berhenti dan menjauh. Dia menunduk menatap gadis itu dengan senyum tipis di ujung bibirnya.

Gadisnya yang malang, dia pasti sangat ketakutan dan tertekan.

Lucius pun melepas Angel ke ranjang yang langsung melingkar di atas selimut yang hangat. Lalu Lucius menggendong tubuh Alicia dan membawanya ke luar dengan senyum yang tidak terhapuskan dari bibirnya.

∽•●•∽

Pendek emang, nanti malem update lagi.
(-‿◦)

, Asia.
[03/03/20]

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang