Chapter 18 - Angel Without Wings (c)

27.4K 2K 52
                                    

Sebelumnya, Alicia mau klarifikasi dulu (ih apa banget dah bahasanya 😂)

Jadi, sebenarnya nama kepala pelayan di mansion Lucius adalah Maloma, bukan Harrieth! Ya ampun jauh banget yak typonya hahahaha... di awal pakenya Maloma, makin ke sini kok malah jadi Harrieth sih 😳 pasti nih gara2 mobile legend yang pas itu emang lagi kecanduan banget 😣

Jadi, dimulai dari sini, nggak ada lagi yang namanya Harrieth. Maaf, Alicia kurang teliti pas itu. Maaf banget 😭

Happy reading!

•●※●•


Pintu dibanting, tubuh Alicia ditarik dengan kasar dan disungkurkan ke ranjang. Alicia tidak mengatakan apa-apa. Mulutnya bungkam, matanya memerah oleh air mata. Dia bangkit secara perlahan dan memandang Lucius yang berdiri di dekat nakas, meletakkan kontak mata berwarna cokelat yang sebelumnya ia gunakan. Kemudian berlanjut membuka jasnya dan melemparnya ke sembarang arah. Lucius berbalik dan mata merahnya kembali, menatap Alicia tajam, dengan kemarahan yang membara.

Alicia merasa bergetar di dalam, oleh rasa takut dan sedikit keberanian yang menantang Alicia untuk tidak menunjukkan rasa takutnya.

"Kau mau tahu apa yang kulakukan pada mereka?" Lucius bersuara dengan berat. Jemarinya menyusuri kancing kemeja putih yang masih ia kenakan dan membukanya, sambil melangkah mendekati Alicia. Seluruh kancing kemeja itu telah terbuka, memperlihatkan setiap lekuk otot perut dan dadanya yang bidang.

Lucius sudah beberapa kali melihat tubuh Alicia tanpa tertutup sehelai benang pun, sedang Alicia justru sebaliknya. Yang kemudian membuat rasa takut itu semakin menjadi.

"A-apa yang akan kau lakukan?!" tanya Alicia mulai tampak panik.

Raut wajah Lucius tetap dingin, tatapannya menghunus tajam pada Alicia. "Memberimu jawaban," jawab Lucius, merangkak naik ke atas ranjang, mendorong tubuh Alicia terbaring dan dia membungkuk di atasnya.

Napas Alicia terengah oleh udara yang seolah semakin menipis dan tekanan yang tidak memberinya waktu untuk bernapas.

"Kau yang meminta ini, Alicia," geram Lucius, sebelum menunduk dan meraup bibir Alicia ke dalam ciuman keras yang panas.

Alicia memberontak, mendorong dada Lucius, hanya untuk mendapati rasa tersengat itu semakin menjadi ketika kulit mereka saling bersentuhan. Alicia terkesiap, dan saat itu dimanfaatkan Lucius untuk melesakkan lidahnya.

Ciuman panjang itu melembut, Alicia tidak lagi memberontak, tubuhnya seolah ikut meleleh dan bibirnya terasa kebas ketika Lucius menjauh. Dada Alicia kembang kempis dan napasnya memburu. Ketika kedua matanya yang semula terpejam erat terbuka kembali, dia langsung dihadapkan pada sepasang mata merah yang meredup. Tapi Lucius tetap dalam keadaan tenang, napasnya tetap teratur, dan keadaannya berbanding terbalik dengan Alicia yang telah merasa kacau hanya dengan satu ciuman. Tapi satu hal yang Alicia sadari, amarah di mata itu perlahan sirna, warnanya menggelap, dan gairah yang panas nyaris menguasai mereka.

Lucius menyentuh leher Alicia, jemarinya menyusuri kulit yang terasa rapuh itu, kemudian berhenti di tempat nadi yang berdenyut kencang, Lucius tersenyum.

Bukan jenis senyuman yang biasa lelaki itu tunjukkan, tapi senyum hangat yang sangat jarang Alicia lihat. Pikirannya dibuat nyaris kosong. Tapi Alicia mencoba untuk menerka-nerka, apa yang saat ini tengah Lucius pikirkan? Apa Lucius begitu marah oleh pertanyaanya di mobil sehingga dia akan menerima hukuman dari lelaki itu?

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Pertanyaan itu terus terngiang di benak Alicia, sampai Lucius menciumnya lagi, dan menunjukkan kepadanya apa yang sebenarnya lelaki itu pikirkan.

***

"Be-berhenti!" lirih Alicia ketika Lucius hendak membuka lapisan terakhir dari pakaiannya.

Mata Lucius sudah benar-benar gelap oleh gairah yang dia miliki. Pantulan sinar matahari dari gorden yang tertutup membuat cahaya di dalam kamar Alicia menjadi remang-remang, tapi Alicia bisa melihat dengan jelas semuanya, termasuk juga dirinya yang terekspos sempurna di mata lelaki itu.

Kemeja Lucius telah teronggok di lantai bersama dengan blus Alicia.

"Benarkah? Bukankah kau masih ingin tahu jawabannya?" bisik Lucius di telinga Alicia.

Alicia merintih tertahan ketika bibir basah Lucius mencium titik sensitifnya di leher, membuat pertahanan tipis Alicia semakin runtuh.

"A-aku----hentikan...!"

Namun Lucius tidak berhenti. Sekalipun amarah masih tersisa di dalam kedua matanya, tapi dia memperlakukan Alicia dengan lembut, membuai setiap jengkal kulit gadis itu seolah memujanya.

Alicia terlena, namun ketika hal yang paling panas itu terjadi, Alicia berteriak dan menangis tersedu-sedu. Hal itu tidak membuat Lucius berhenti, dia merenggut mahkota Alicia dan bersumpah akan menyimpannya untuk dirinya sendiri selamanya.

***

"Kau menyakitiku," lirih Alicia, meringkuk di atas ranjang dengan selimut membentang di tubuhnya yang terasa remuk, seluruh tenaganya seolah terkuras habis.

Lucius yang terbaring di samping Alicia dengan tatapan tertuju pada langit-langit menjawab, "Tidak sebanding dengan kenikmatan yang juga kau dapatkan."

Alicia menggigit bibirnya, menahan tangis yang mendesak ke luar. "Aku membencimu," ungkapnya.

Tapi Lucius sama sekali tidak tampak terpengaruh.

"Kau memperkosaku," kata Alicia lagi.

Saat itulah baru Lucius bereaksi, menoleh padanya dan bergerak menyamping kemudian memeluk tubuh Alicia dari belakang. Tidak hanya sampai di sana, dia juga mencium punggung telanjang Alicia. Alicia yang terlalu lemas tidak dapat bereaksi dan memilih untuk pasrah saja.

"Apa yang baru saja kita lakukan tidak bisa disebut pemerkosaan karena kita sama-sama menikmatinya."

Alicia menangis tanpa suara. Air matanya bergulir dan jatuh ke seprai putih yang kusut, tangannya terkepal kuat meremas selimut ketika kecupan-kecupan ringan Lucius di lehernya terasa semakin intens.

Alicia benci pada apa yang Lucius lakukan padanya, dan dia lebih benci lagi karena tubuhnya selalu berkhianat pada dirinya sendiri.

"Ya, walau aku akui bukan itu yang sebenarnya kurencanakan. Kau seharusnya bersyukur," bisik Lucius di dekat telinga Alicia. "Aku tidak pernah memperlakukan perempuan mana pun seperti aku memperlakukanmu," lanjutnya.

"Kau iblis tidak berperasaan! Pergilah ke neraka!" rutuk Alicia tajam.

Lucius terkekeh. "Iblis hanyalah kata lain dari malaikat tak bersayap."

•●tbc●•


Eh chapter ini pendek ternyata 😂

ASIA ❤
[19/04/20]

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang